26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Ingin Merdeka, Skotlandia Gelar Referendum

Rakyat Skotlandia menentukan masa depan negerinya lewat referendum pada 18 September mendatang.
Rakyat Skotlandia menentukan masa depan negerinya lewat referendum pada 18 September mendatang.

EDINBURGH, SUMUTPOS.CO – Mata dunia tertuju ke Skotlandia. Itu terkait dengan rencana negara yang selama ini menjadi bagian dari Inggris Raya tersebut untuk merdeka. Rakyat Skotlandia menentukan masa depan negerinya lewat referendum pada 18 September mendatang.

‘Skotlandia sudah berada di ambang sejarahnya,’ kata Alex Salmond, first minister (jabatan setara perdana menteri) Skotlandia. Kemarin (11/9) dia optimistis rakyat Skotlandia akan mewujudkan mimpi mereka untuk merdeka. Sejauh ini kampanye yes yang merupakan bentuk dukungan terhadap pemisahan wilayah sukses meraup lebih banyak simpati.

Salmond menyebut rangkaian persiapan menuju 18 September sebagai pemberdayaan nasional. Dia juga menjanjikan Skotlandia yang merdeka nanti sebagai negara yang lebih adil dan lebih makmur. ‘Skotlandia memilih yes Kamis depan (18/9). Sebab, kampanye no tidak akan bisa menipu rakyat dengan janji-janji palsu,’ kata pemimpin tertinggi pemerintah Skotlandia tersebut.

Dia menambahkan, Skotlandia bakal menjadi negara yang mandiri dan lebih percaya diri setelah tidak lagi berada di bawah naungan Inggris Raya. ‘Pada 18 September nanti, kami berhak menentukan sendiri masa depan (Skotlandia) dengan tangan kami sendiri,’ ungkap politikus 59 tahun tersebut. Hasil jajak pendapat Rabu (10/9) menyebutkan bahwa dukungan untuk yes mencapai 53 persen.

Jika massa yes sukses memenangkan referendum, Skotlandia akan menjadi negara baru di Eropa. Kemesraan Inggris dan Skotlandia dalam naungan Inggris Raya yang sudah terjalin selama 307 tahun pun bakal langsung berakhir. Bersamaan dengan kampanye yes Salmond, Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron melawat ke Skotlandia dan mengampanyekan no.

Di tempat terpisah, Bank Skotlandia (RBS) berharap Skotlandia tidak berpisah dengan Inggris Raya. Bila itu terjadi, RBS justru akan memilih bergabung dengan Inggris. Pendapat yang sama diungkapkan para pebisnis besar Skotlandia.

Sebaliknya, para pengusaha kecil memilih untuk merdeka. Sebab, mereka ingin bisa menjadi bos bagi diri mereka sendiri, setidaknya dalam bisnis yang telah mereka bangun. (AP/AFP/hep/c14/ami)

Rakyat Skotlandia menentukan masa depan negerinya lewat referendum pada 18 September mendatang.
Rakyat Skotlandia menentukan masa depan negerinya lewat referendum pada 18 September mendatang.

EDINBURGH, SUMUTPOS.CO – Mata dunia tertuju ke Skotlandia. Itu terkait dengan rencana negara yang selama ini menjadi bagian dari Inggris Raya tersebut untuk merdeka. Rakyat Skotlandia menentukan masa depan negerinya lewat referendum pada 18 September mendatang.

‘Skotlandia sudah berada di ambang sejarahnya,’ kata Alex Salmond, first minister (jabatan setara perdana menteri) Skotlandia. Kemarin (11/9) dia optimistis rakyat Skotlandia akan mewujudkan mimpi mereka untuk merdeka. Sejauh ini kampanye yes yang merupakan bentuk dukungan terhadap pemisahan wilayah sukses meraup lebih banyak simpati.

Salmond menyebut rangkaian persiapan menuju 18 September sebagai pemberdayaan nasional. Dia juga menjanjikan Skotlandia yang merdeka nanti sebagai negara yang lebih adil dan lebih makmur. ‘Skotlandia memilih yes Kamis depan (18/9). Sebab, kampanye no tidak akan bisa menipu rakyat dengan janji-janji palsu,’ kata pemimpin tertinggi pemerintah Skotlandia tersebut.

Dia menambahkan, Skotlandia bakal menjadi negara yang mandiri dan lebih percaya diri setelah tidak lagi berada di bawah naungan Inggris Raya. ‘Pada 18 September nanti, kami berhak menentukan sendiri masa depan (Skotlandia) dengan tangan kami sendiri,’ ungkap politikus 59 tahun tersebut. Hasil jajak pendapat Rabu (10/9) menyebutkan bahwa dukungan untuk yes mencapai 53 persen.

Jika massa yes sukses memenangkan referendum, Skotlandia akan menjadi negara baru di Eropa. Kemesraan Inggris dan Skotlandia dalam naungan Inggris Raya yang sudah terjalin selama 307 tahun pun bakal langsung berakhir. Bersamaan dengan kampanye yes Salmond, Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron melawat ke Skotlandia dan mengampanyekan no.

Di tempat terpisah, Bank Skotlandia (RBS) berharap Skotlandia tidak berpisah dengan Inggris Raya. Bila itu terjadi, RBS justru akan memilih bergabung dengan Inggris. Pendapat yang sama diungkapkan para pebisnis besar Skotlandia.

Sebaliknya, para pengusaha kecil memilih untuk merdeka. Sebab, mereka ingin bisa menjadi bos bagi diri mereka sendiri, setidaknya dalam bisnis yang telah mereka bangun. (AP/AFP/hep/c14/ami)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/