26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Para Jurnalis Ikut Tanam Haminjon di Tele

Sejumlah jurnalis pose dengan bibit haminjon atau kemenyan, di lahan konsensi PT TPL.
Sejumlah jurnalis pose dengan bibit haminjon atau kemenyan, di lahan konsensi PT TPL.

TELE, SUMUTPOS.CO – Di tengah perbincangan yang belum pernah usai mengenai haminjon, sejumlah jurnalis ditantang menanam bibit klon-nya di konsesi TobaPulp di Tele, Rabu dua pekan lalu.

Sejumlah jurnalis datang memenuhi ajakan Humas TobaPulp (PT Toba Pulp Lestari,Tbk) Parmaksian, Juliandri Hutabarat, untuk menyaksikan sendiri bagaimana perusahaan pulp (bubur kertas) itu memperlakukan pohon-pohon haminjon (bahasa Batak: kemenyan) di dalam konsesi.

Setelah memperoleh paparan umum mengenai kinerja HTI (hutan tanaman industri) perusahaan dari Askep (asisten kepala) Humas HTI sektor Tele, Bedman Ritonga, di base camp, para jurnalis diajak ke pasar-8, menyaksikan dua ratusan pohon haminjon berusia 15-an tahun yang masih berdiri kokoh tetapi tak beraturan di atas lahan sekitar 4 hektar, dan sebagian dalam proses mengeluarkan getah. Lokasi itu –salah satu dari 80 lokasi sejenis dengan luas bervariasi antara 1 hingga 6 hektar– berada di tengah HTI dan “bersanding secara damai” dengan tanaman pokok ekaliptus (Eucalyptus sp).

Sebelum bergerak ke pasar-8, para jurnalis lebih dulu ditawari menanam bibit klon (clone) haminjon di garis pinggir KPPN (kawasan pelestarian plasma nutfah), sekitar 300 meter di belakang base camp. Mereka memperlihatkan sikap antusias, sebab –meski sudah beberapa kali memberitakan tentang haminjon— ternyata masih ada diantara mereka yang belum pernah menyaksikannya sendiri. Para jurnalis, memang biasa menjadikan buku, perpustakaan, keterangan nara sumber, serta internet sebagai referensi liputan.

Bedman, sengaja menabalkan nama para jurnalis sebagai penanda pohon haminjon yang ditanam, misalnya “haminjon Rudi Fransisko Sihombing” merujuk pada klon yang ditanam jurnalis Medan Bisnis. Ia juga mempersilakan para jurnalis mengecek pertumbuhannya di kemudian hari.

Fernando Sitanggang, sambil berkelakar, menimpali, “wah, kita ditantang  melakukan sidak (inspeksi mendadak) sewaktu-waktu.”

Kepada para jurnalis, Bedman Ritonga menyampaikan keyakinannya, bahwa haminjon budidaya dapat tumbuh lebih cepat dari haminjon tombak, sehingga lebih cepat pula bisa dipanen (umur kurang dari 10 tahun) serta menghasilkan getah lebih banyak dengan kualitas lebih baik.

“Kelak, semua hasilnya untuk petani. TobaPulp membantu melindunginya, serta membudidayakannya sebagai tanaman kehidupan bagi kepentingan masyarakat,” kata Bedman. (rel/mea)

Sejumlah jurnalis pose dengan bibit haminjon atau kemenyan, di lahan konsensi PT TPL.
Sejumlah jurnalis pose dengan bibit haminjon atau kemenyan, di lahan konsensi PT TPL.

TELE, SUMUTPOS.CO – Di tengah perbincangan yang belum pernah usai mengenai haminjon, sejumlah jurnalis ditantang menanam bibit klon-nya di konsesi TobaPulp di Tele, Rabu dua pekan lalu.

Sejumlah jurnalis datang memenuhi ajakan Humas TobaPulp (PT Toba Pulp Lestari,Tbk) Parmaksian, Juliandri Hutabarat, untuk menyaksikan sendiri bagaimana perusahaan pulp (bubur kertas) itu memperlakukan pohon-pohon haminjon (bahasa Batak: kemenyan) di dalam konsesi.

Setelah memperoleh paparan umum mengenai kinerja HTI (hutan tanaman industri) perusahaan dari Askep (asisten kepala) Humas HTI sektor Tele, Bedman Ritonga, di base camp, para jurnalis diajak ke pasar-8, menyaksikan dua ratusan pohon haminjon berusia 15-an tahun yang masih berdiri kokoh tetapi tak beraturan di atas lahan sekitar 4 hektar, dan sebagian dalam proses mengeluarkan getah. Lokasi itu –salah satu dari 80 lokasi sejenis dengan luas bervariasi antara 1 hingga 6 hektar– berada di tengah HTI dan “bersanding secara damai” dengan tanaman pokok ekaliptus (Eucalyptus sp).

Sebelum bergerak ke pasar-8, para jurnalis lebih dulu ditawari menanam bibit klon (clone) haminjon di garis pinggir KPPN (kawasan pelestarian plasma nutfah), sekitar 300 meter di belakang base camp. Mereka memperlihatkan sikap antusias, sebab –meski sudah beberapa kali memberitakan tentang haminjon— ternyata masih ada diantara mereka yang belum pernah menyaksikannya sendiri. Para jurnalis, memang biasa menjadikan buku, perpustakaan, keterangan nara sumber, serta internet sebagai referensi liputan.

Bedman, sengaja menabalkan nama para jurnalis sebagai penanda pohon haminjon yang ditanam, misalnya “haminjon Rudi Fransisko Sihombing” merujuk pada klon yang ditanam jurnalis Medan Bisnis. Ia juga mempersilakan para jurnalis mengecek pertumbuhannya di kemudian hari.

Fernando Sitanggang, sambil berkelakar, menimpali, “wah, kita ditantang  melakukan sidak (inspeksi mendadak) sewaktu-waktu.”

Kepada para jurnalis, Bedman Ritonga menyampaikan keyakinannya, bahwa haminjon budidaya dapat tumbuh lebih cepat dari haminjon tombak, sehingga lebih cepat pula bisa dipanen (umur kurang dari 10 tahun) serta menghasilkan getah lebih banyak dengan kualitas lebih baik.

“Kelak, semua hasilnya untuk petani. TobaPulp membantu melindunginya, serta membudidayakannya sebagai tanaman kehidupan bagi kepentingan masyarakat,” kata Bedman. (rel/mea)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/