26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Iran Bantu Syria Bantai Warga Sipil

YAYLADAG-Kebrutalan rezim Bashar Al Assad terus berlangsung. Para pengungsi Syria dari Kota Jisr Al Shughour yang berhasil selamat menyeberang ke Turki menceritakan bagaimana tentara pemerintah menembaki warga sipil meski tidak bersenjata. Termasuk  juga, tembakan ke arah ambulans pengangkut korban luka atau tewas.

Tidak mengherankan bahwa jumlah korban tewas sejak demonstrasi anti-Bashar merebak 12 pekan lalu diperkirakan menyentuh angka 1.400. Itu jumlah korban meninggal terbesar dari semua revolusi yang berkobar di kawasan Arab sejak akhir tahun lalu.

Turki juga harus membuka satu lagi kamp pengungsi di Distrik Hatay. Dengan demikian, ada tiga kamp khusus menampung pengungsi Syria di negeri yang kemarin menghelat pemilu itu.
“Mereka (tentara pemerintah) tidak peduli apa yang mereka tembaki. Bahkan, sapi yang mengeluarkan bunyi pun mereka tembak untuk menakut-nakuti kami,” kata Hikmat, 39, warga Jisr Al Shughour, kepada The Guardian yang menemuinya di kamp pengungsian di Hatay.

Hikmat tertembak di kaki. Dia selamat setelah mendapat tumpangan seorang n
warga Jisr Al Shughour lain yang mengendarai sepeda motor. Mereka mesti berkendara menuju perbatasan Turki pada malam hari.

Korban lain, Abu Tahar, 29, seorang sopir ambulas. Dia tertembak di punggung saat berusaha mengangkut korban tembakan membambi buta pasukan pemerintah ke arah demonstran yang berkumpul di taman kota Jisr Al Shughour pada Minggu lalu (5/6). “Peluru beterbangan dari mana saja. Kondisinya benar-benar kacau,” kata Tahal, yang kini dirawat di sebuah rumah sakit di Hatay, Turki.

Saat ini terdapat sekitar 15 ribu tentara pemerintah di Jisr Al Shughour, kota berpenduduk 40 ribu yang kini menjadi “kota hantu”. Sedangkan pengungsi yang telah mencapai wilayah Turki yang berada di utara Syria lebih dari 4 ribu jiwa.

Tidak hanya Turki yang kebanjiran pengungsi dari negeri berpenduduk 22,5 juta jiwa tersebut. Lebanon, negeri tetangga di timur Syria, juga mengalami hal serupa. Sebagian warga Syria juga berusaha melintasi Dataran Tinggi Golan yang diakuisisi Israel sejak Perang 1967.

Itu terjadi karena kebrutalan tentara pemerintah Syria terjadi merata di berbagai penjuru negeri yang beribu kota di Damaskus itu. Tidak hanya di Jisr Al Shughour, tapi juga Daraa, Taltalakh, dan Damaskus.

Sementara itu, Inggris menuding Iran turut mengirim tentara ke Syria untuk membantu rezim Bashar menghajar warga sipil. Tudingan dijustifikasi kesaksian sejumlah pengungsi di Hatay. Salah seorang di antara mereka, Samir, 27, yang bersama sejumlah kawan menangkap dua informan pemerintah.

“Salah seorang di antara mereka (yang ditangkap itu) berjanggut. Padahal, tidak ada seorang pun tentara Syria yang memiliki janggut. Dia juga tidak bisa berbahasa Arab sama sekali,” katanya kepada The Daily Telegraph.

Pekan lalu enam warga Jisr Al Shughour juga bersumpah mendengar pembicaraan dalam bahasa non-Arab dari sejumlah tentara yang bergabung dengan pasukan pemerintah.
“Tidak ada keraguan lagi, Syria pasti dibantu Iran yang menyediakan ’peralatan’ dan memberi tahu cara menghancurkan demonstran,” kata Menteri Luar Negeri Inggris William Hague kepada Sky News.

Belum ada tanggapan dari Iran mengenai tudingan tersebut. Tetapi, yang pasti, Damaskus dan Teheran terkoneksikan oleh faktor Syiah. Iran, sebagaimana diketahui, adalah negeri Syiah terbesar di dunia. Sedangkan rezim penguasa Syria berdarah Alawite, “cabang” dari Syiah.

Di antara 22,5 juta warga Syria, 90 persen adalah muslim. Di antara keseluruhan warga muslim itu, penganut Syiah/Alawite sebenarnya hanya 13 persen dan Sunni 74 persen. Tetapi, kendati minoritas, kaum Syiah/Alawite itu sudah berkuasa sejak 1971 melalui ayah Bashar, Hafez Al Assad.

Dalam perkembangan yang sama, upaya Inggris, Prancis, dan Portugal menekan PBB agar mengeluarkan resolusi mengecam keras kebrutalan Damaskus sekaligus meminta pertanggungjawaban terus membentur tembok.

Itu terjadi karena kuatnya dukungan kepada Syria yang memiliki hubungan dekat dengan Rusia, anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB. Lebanon yang merupakan wakil kawasan Arab di DK juga dikenal sangat pro-Damaskus. (c4/ttg/jpnn)

YAYLADAG-Kebrutalan rezim Bashar Al Assad terus berlangsung. Para pengungsi Syria dari Kota Jisr Al Shughour yang berhasil selamat menyeberang ke Turki menceritakan bagaimana tentara pemerintah menembaki warga sipil meski tidak bersenjata. Termasuk  juga, tembakan ke arah ambulans pengangkut korban luka atau tewas.

Tidak mengherankan bahwa jumlah korban tewas sejak demonstrasi anti-Bashar merebak 12 pekan lalu diperkirakan menyentuh angka 1.400. Itu jumlah korban meninggal terbesar dari semua revolusi yang berkobar di kawasan Arab sejak akhir tahun lalu.

Turki juga harus membuka satu lagi kamp pengungsi di Distrik Hatay. Dengan demikian, ada tiga kamp khusus menampung pengungsi Syria di negeri yang kemarin menghelat pemilu itu.
“Mereka (tentara pemerintah) tidak peduli apa yang mereka tembaki. Bahkan, sapi yang mengeluarkan bunyi pun mereka tembak untuk menakut-nakuti kami,” kata Hikmat, 39, warga Jisr Al Shughour, kepada The Guardian yang menemuinya di kamp pengungsian di Hatay.

Hikmat tertembak di kaki. Dia selamat setelah mendapat tumpangan seorang n
warga Jisr Al Shughour lain yang mengendarai sepeda motor. Mereka mesti berkendara menuju perbatasan Turki pada malam hari.

Korban lain, Abu Tahar, 29, seorang sopir ambulas. Dia tertembak di punggung saat berusaha mengangkut korban tembakan membambi buta pasukan pemerintah ke arah demonstran yang berkumpul di taman kota Jisr Al Shughour pada Minggu lalu (5/6). “Peluru beterbangan dari mana saja. Kondisinya benar-benar kacau,” kata Tahal, yang kini dirawat di sebuah rumah sakit di Hatay, Turki.

Saat ini terdapat sekitar 15 ribu tentara pemerintah di Jisr Al Shughour, kota berpenduduk 40 ribu yang kini menjadi “kota hantu”. Sedangkan pengungsi yang telah mencapai wilayah Turki yang berada di utara Syria lebih dari 4 ribu jiwa.

Tidak hanya Turki yang kebanjiran pengungsi dari negeri berpenduduk 22,5 juta jiwa tersebut. Lebanon, negeri tetangga di timur Syria, juga mengalami hal serupa. Sebagian warga Syria juga berusaha melintasi Dataran Tinggi Golan yang diakuisisi Israel sejak Perang 1967.

Itu terjadi karena kebrutalan tentara pemerintah Syria terjadi merata di berbagai penjuru negeri yang beribu kota di Damaskus itu. Tidak hanya di Jisr Al Shughour, tapi juga Daraa, Taltalakh, dan Damaskus.

Sementara itu, Inggris menuding Iran turut mengirim tentara ke Syria untuk membantu rezim Bashar menghajar warga sipil. Tudingan dijustifikasi kesaksian sejumlah pengungsi di Hatay. Salah seorang di antara mereka, Samir, 27, yang bersama sejumlah kawan menangkap dua informan pemerintah.

“Salah seorang di antara mereka (yang ditangkap itu) berjanggut. Padahal, tidak ada seorang pun tentara Syria yang memiliki janggut. Dia juga tidak bisa berbahasa Arab sama sekali,” katanya kepada The Daily Telegraph.

Pekan lalu enam warga Jisr Al Shughour juga bersumpah mendengar pembicaraan dalam bahasa non-Arab dari sejumlah tentara yang bergabung dengan pasukan pemerintah.
“Tidak ada keraguan lagi, Syria pasti dibantu Iran yang menyediakan ’peralatan’ dan memberi tahu cara menghancurkan demonstran,” kata Menteri Luar Negeri Inggris William Hague kepada Sky News.

Belum ada tanggapan dari Iran mengenai tudingan tersebut. Tetapi, yang pasti, Damaskus dan Teheran terkoneksikan oleh faktor Syiah. Iran, sebagaimana diketahui, adalah negeri Syiah terbesar di dunia. Sedangkan rezim penguasa Syria berdarah Alawite, “cabang” dari Syiah.

Di antara 22,5 juta warga Syria, 90 persen adalah muslim. Di antara keseluruhan warga muslim itu, penganut Syiah/Alawite sebenarnya hanya 13 persen dan Sunni 74 persen. Tetapi, kendati minoritas, kaum Syiah/Alawite itu sudah berkuasa sejak 1971 melalui ayah Bashar, Hafez Al Assad.

Dalam perkembangan yang sama, upaya Inggris, Prancis, dan Portugal menekan PBB agar mengeluarkan resolusi mengecam keras kebrutalan Damaskus sekaligus meminta pertanggungjawaban terus membentur tembok.

Itu terjadi karena kuatnya dukungan kepada Syria yang memiliki hubungan dekat dengan Rusia, anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB. Lebanon yang merupakan wakil kawasan Arab di DK juga dikenal sangat pro-Damaskus. (c4/ttg/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/