JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Tarik ulur posisi menteri terjadi hingga saat-saat terakhir. Akibatnya, beberapa nama yang masuk daftar kandidat kuat akhirnya terpental dan digantikan nama baru. Sementara itu, beberapa nama lain bertukar posisi.
Salah satu kejutan terjadi di pos Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam). Nama Wiranto yang sebelumnya menjadi kandidat kuat akhirnya digantikan Tedjo Edhy Purdijatno, mantan kepala staf TNI Angkatan Laut. Nama Wiranto sebelumnya memang banyak disorot karena dinilai terlibat dalam beberapa kasus dugaan pelanggaran HAM.
Tedjo pun mengakui bahwa dirinya ditunjuk secara mendadak oleh Jokowi. Dia mengatakan baru ditelepon Andi Widjajanto, mantan deputi tim transisi, Sabtu malam, pukul 22.00 WIB. ”Jadi, baru tadi malam saya diberi tahu Mas Andi, besok Bapak (ditunjuk sebagai) Menko Polhukam,” ujarnya seusai pengumuman di halaman belakang Istana Merdeka, Minggu (26/10).
Purnawirawan yang juga politikus Partai Nasional Demokrat (Nasdem) itu bahkan membatalkan rencana pergi ke dokter gigi karena harus segera bertemu Jokowi di istana Sabtu malam lalu. Tedjo hanya berdiskusi sekitar 15 menit dengan Jokowi untuk memantapkan penunjukannya. Lalu, status Tedjo mewakili partai atau profesional? ”Bisa dari partai, bisa dari profesional, terserah lah. Yang saya tahu, Pak Jokowi dan Pak Suryo Paloh mendukung,” jelasnya.
Tidak masuknya Wiranto dalam jajaran kabinet menimbulkan efek kocok ulang di beberapa pos kementerian Kabinet Kerja, nama kabinet baru tersebut. Jatah Partai Hanura pun diserahkan kepada Saleh Husin yang diplot sebagai menteri perindustrian. Politikus yang juga pengusaha itu mengatakan, Wiranto sebagai ketua umum Partai Hanura sudah tidak berminat masuk kabinet sebagai menteri. ”Jadi, beliau menyerahkan (jatah Hanura) kepada saya sebagai kader yang lebih muda,” ujar Saleh.
Masuknya Saleh di pos menteri perindustrian membuat Rachmat Gobel yang sebelumnya menjadi kandidat kuat menteri perindustrian digeser ke pos menteri perdagangan. ”Saya juga baru dikasih tahu kalau (ditempatkan sebagai menteri) di perdagangan,” katanya, lantas tertawa. Itu membuat Mahendra Siregar, sebelumnya kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), yang menjadi calon kuat menteri perdagangan akhirnya terpental.
Isu kocok ulang juga berembus kuat di pos menteri komunikasi dan informatika (Menkominfo). Hingga siang kemarin, nama politikus muda PDIP Maruarar Sirait mencuat sebagai kandidat kuat Menkominfo, menggeser Rudiantara yang sebelumnya juga menjadi kandidat kuat.
Bahkan, kemarin Maruarar sudah datang ke istana, lengkap dengan baju putih lengan panjang dan celana hitam yang menjadi dress code para menteri. Namun, perkembangan terakhir menyebut Maruarar tidak jadi masuk kabinet sehingga posisi Menkominfo tetap dipercayakan kepada Rudiantara. Isu yang berkembang, Maruarar gagal masuk kabinet karena tidak direstui Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Sekitar pukul 20.00 tadi malam Presiden Jokowi sampai mengantar Maruarar saat hendak pergi meninggalkan istana. Jokowi membantah bahwa Maruarar batal masuk kabinet. ”Kata siapa? Yang jelas, Ara (Maruarar, Red) akan tetap bantu-bantu saya,” ucap Jokowi.
Ketika didesak wartawan terkait Maruarar yang sudah mengenakan dress code baju putih seperti calon menteri lain, Jokowi langsung menimpali. ”Jangan gitu lah,” ucapnya. Maruarar pun segera menyahut. ”Saya kan fansnya Pak Jokowi (jadi ikut pakai baju putih),” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Fraksi PDIP Puan Maharani yang kemarin ditunjuk sebagai Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan mengatakan, penunjukan menteri Jokowi-JK sudah sesuai. Yakni, mempertimbangkan usulan ketua partai dan melihat rekam jejak calon menteri tersebut.
Ketika ditanya terkait hilangnya nama Ara dalam calon menteri, Puan enggan menjawab. ”Tanya presiden saja. Itu hak presiden,” ucapnya.
Puan menegaskan, dalam pemilihan nama menteri, tidak ada intervensi dari ketua umum PDIP. ”Tidak ada intervensi. Pak Jokowi di sini sibuk menemui tamu dan ibu di rumah,” ujarnya. (owi/ken/aph/c10/sof)