MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dua hari sudah mayat Robin Marpaung (25) belum diambil keluarganya dari kamar mayat RSUP H. Adam Malik Medan. Polisi mengaku belum mengetahui identitas pria yang diduga sebagai perampok tersebut.
Hal tersebut diungkap Kapolsek Sunggal, AKP Aldi Subartono SH, SIK, MH, saat ditemui di Mapolsek Sunggal, kemarin (17/11). Dikatakannya, pihaknya belum dapat melakukan penyelidikan lebih lanjut atas kasus perampokan yang dilaporkan korban Tajul Arifin (57), warga Jalan Sunggal.
“Kami masih tangani kasusnya, karena ini ’kan kasus perampokan. Hanya saja, saat ini kami juga belum bisa memastikan identitas pelaku yang sebenarnya,” ujar Aldi.
Kanit Reskrim Polsek Sunggal, Iptu Adi Putranto menyebutkan kalau petunjuk yang mereka peroleh masih samar-samar. Dalam kondisi sekarat, Lambok Gultom (25) sempat menyebut Jalan Sei Rotan dan Jalan Piring ketika ditanya soal alamat rekannya.
“Ada, rekannya yang sekarat itu (Lambok, red) nyebutin alamat rumah. Cuma masih samar-samar. Katanya rekannya yang tewas itu tinggal di Jl. Sei Rotan, Jl. Piring. Gak jelas. Meskipun begitu, anggota kita sedang menelusuri jejak alamatnya. Makanya kami belum bisa memberi keterangan lengkap,” ungkap Adi.
Dasar itu pula, Adi meminta bantuan masyarakat yang mengenal Robin Marpaung agar datang ke RSUP H. Adam Malik Medan. “Kalau ada yang kenal dengan Robin, segera datang ke RSUD H. Adam malik agar jenazahnya bisa cepat dimakamkan. Kan kita kasihan juga. Tidak peduli dia rampok atau apapun. Yang jelas, dia manusia,” imbau Adi.
Adi mengungkapkan, untuk saat ini harapan mereka dalam mengungkap identitas lengkap Robin hanya tinggal kepada Lambok Gultom, yang kini masih menjalani perawatan intensif di ruang ICU RSUP H. Adam Malik Medan.
Terkait penjagaan, Adi mengatakan, pihaknya telah menempatkan petugas berpakaian preman. “Untuk Lambok, ada anggota kita berpakaian preman yang ngawal dia di sana,” tanda Adi.
Sebelumnya, saat kembali ke lokasi tabrakan, Koran ini bertemu dengan seorang warga bernama Bambang Irawan (45). Dalam keterangannya, saat kejadian itu Bambang dan lima rekannya sedang bertugas ronda.
“Aku baru siap mukul kentongan menandakan jam 2 pagi, kudengar ada suara sepeda motor ngegas gitu. Makin lama makin dekat aja kudengar suaranya,” kenang Bambang.
Berikutnya, Bambang dan temannya beranjak dari pos kamling yang hanya berjarak sekitar 5 meter dari pinggir Jalan Rajawali. Saat itulah mereka melihat sebuah sepedamotor melaju kencang yang diikuti sebuah truk colt diesel. “Kami waktu itu gak tau apa yang terjadi, kami liat kereta dikejar-kejar sama truk,” ujar Bambang.
Ketika truk melintas dari depan mereka, sopir truk terdengar berteriak rampok, sementara pengedara sepedamotor sempat menoleh ke belakang (arah truk). Tak lama, sepedamotor berhenti dan langsung ditabrak truk. “Kurasa mau belok kesitu dia (pengendara sepedamotor), makanya berhenti,” terang Bambang sembari mengatakan, pria yang berada di boncengan terpental ke kiri sedangkan yang menyetir sempat terseret.
Melihat tabrakan tersebut, Bambang dan rekan-rekannya langsung mendatangi lokasi untuk melihat kondisi korban. “Aku sempat melihat tangan korban bergerak, tapi nggak lama langsung meninggal,” imbuhnya.
Sejurus kemudian, Bambang memberitahu kejadian itu kepada Kepala Lingkungan 6, Sugiono. “Begitu mendapat kabar, saya langsung turun ke lokasi. Kulihat 1 orang sudah tewas, sedangkan 1 orang lagi patah-patah. Makanya langsung kusuruh wargaku menelepon Polsek Sunggal,” ujar Sugiono saat ditemui kru Koran ini di rumahnya.
Terpisah, ditemui kembali di depan ruang ICU RSUP H. Adam Malik Medan, ayah Lambok Gultom mengungkapkan kalau kondisi anaknya sudah mulai membaik, namun belum bisa diajak bicara.
“Kasian kali anaku itu, kedua kakinya patah tebu. Padahal, Sabtu (15/11) sekitar pukul 18.00 wib, dia sempat meminta pulsa sama ibu tirinya, Inem (49),” ungkap Slamat Gultom. (cr-2/cr-3/ind/ras)