28.9 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Konsumen: Rakyat Bisa Mati Berdiri

FOTO: ANDRI GINTING/SUMUT POS Antrean panjang kendaraan untuk mengisi BBM di SPBU Jalan Sisingamangaraja, Medan, Senin (17/11) malam.  Pemerintah menaikkan  harga BBM premium dari Rp6.500 menjadi Rp8.500.
FOTO: ANDRI GINTING/SUMUT POS
Antrean panjang kendaraan untuk mengisi BBM di SPBU Jalan Sisingamangaraja, Medan, Senin (17/11) malam. Pemerintah menaikkan harga BBM premium dari Rp6.500 menjadi Rp8.500.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kenaikan harga BBM subsidi, premium menjadi Rp8.500 per liter, naik dari sebelumnya Rp6.500 per liter. Solar menjadi Rp 7.500 per liter dari sebelumnya Rp5.500 per liter, memicu kepanikan para pemilik kendaraan di Kota Medan. Senin malam, hampir seluruh SPBU di pusat kota dipenuhi kendaraan yang mengantre untuk mengisi premium ataupun solar.

Dari hiruk pikuknya suasana antre di SPBU terdengar masyarakat yang resah naiknya harga BBM. “Pening kepalaku,” kata Samsul (40), pengemudi mobil travel, saat antre mengisi BBM.

“Nggak pening kepala saja. Kita bisa mati berdiri. Dengan ongkos sekarang saja penumpang sudah menjerit. Ini mau naik berapa lagi,” ungkap sopir lintas Medan-Padang itu.

Jeritan serupa juga dilontarkan oleh Ida (45), pengendara kendaraan roda dua. “Siap-siap sediakan obat sakit kepala banyak-banyak di rumah. Overdosis ya overdosislah. BBM naik, habis ini entah apalagi yang naik. Bisa-bisa anakku nggak sekolah lagi. Tinggal mati berdiri aja yang belum. Kurasa pun besok udah mati berdiri,” ungkapnya.

“Jokowi bikin rakyat mati berdiri,” sambung Priyo, pedagang minyak eceran yang ikut antre di SPBU Jl SM Raja.

Dedi (24), pengendara sepeda motor yang mengisi BBM di SPBU Jalan TB Simatupang mengaku, tak setuju dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM.

“Payah pemerintah Jokowi ini nggak pro rakyat,” ujar Dedi.

Ardi (30) salah seorang angkutan umum yang juga ikut mengantre mengatakan bahwa sengaja ikut antre agar bisa mengisi BBM dengan harga yang normal. Dirinya merasa sangat keberatan dengan kenaikan harga BBM ini. Pasalnya, dengan kenaikan harga BBM membuat dirinya mengalami penurunan pendapatan.

“BBM naik, ongkos nggak dinaikkan. Kayak mana kami mau makan. Dapat apa lagilah kami. Belum lagi harus nyetor. Penumpang ini kan nggak tau, taunya ongkos tetap. Akh, kecewa kali aku sama pemerintah. Tak mau mikirin rakyatnya,” ucap Ardi.

Tatang, salah satu pengendara mobil mengaku telah satu jam mengantre untuk mendapatkan BBM sebelum harganya dinaikkan.

“Apa-apa mahal sekarang. Wajar dong kalo kita ngantre, hemat-hemat uang sedikit,” ujar Tatang. (cr-3/ind/mag-1/mri)

FOTO: ANDRI GINTING/SUMUT POS Antrean panjang kendaraan untuk mengisi BBM di SPBU Jalan Sisingamangaraja, Medan, Senin (17/11) malam.  Pemerintah menaikkan  harga BBM premium dari Rp6.500 menjadi Rp8.500.
FOTO: ANDRI GINTING/SUMUT POS
Antrean panjang kendaraan untuk mengisi BBM di SPBU Jalan Sisingamangaraja, Medan, Senin (17/11) malam. Pemerintah menaikkan harga BBM premium dari Rp6.500 menjadi Rp8.500.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kenaikan harga BBM subsidi, premium menjadi Rp8.500 per liter, naik dari sebelumnya Rp6.500 per liter. Solar menjadi Rp 7.500 per liter dari sebelumnya Rp5.500 per liter, memicu kepanikan para pemilik kendaraan di Kota Medan. Senin malam, hampir seluruh SPBU di pusat kota dipenuhi kendaraan yang mengantre untuk mengisi premium ataupun solar.

Dari hiruk pikuknya suasana antre di SPBU terdengar masyarakat yang resah naiknya harga BBM. “Pening kepalaku,” kata Samsul (40), pengemudi mobil travel, saat antre mengisi BBM.

“Nggak pening kepala saja. Kita bisa mati berdiri. Dengan ongkos sekarang saja penumpang sudah menjerit. Ini mau naik berapa lagi,” ungkap sopir lintas Medan-Padang itu.

Jeritan serupa juga dilontarkan oleh Ida (45), pengendara kendaraan roda dua. “Siap-siap sediakan obat sakit kepala banyak-banyak di rumah. Overdosis ya overdosislah. BBM naik, habis ini entah apalagi yang naik. Bisa-bisa anakku nggak sekolah lagi. Tinggal mati berdiri aja yang belum. Kurasa pun besok udah mati berdiri,” ungkapnya.

“Jokowi bikin rakyat mati berdiri,” sambung Priyo, pedagang minyak eceran yang ikut antre di SPBU Jl SM Raja.

Dedi (24), pengendara sepeda motor yang mengisi BBM di SPBU Jalan TB Simatupang mengaku, tak setuju dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM.

“Payah pemerintah Jokowi ini nggak pro rakyat,” ujar Dedi.

Ardi (30) salah seorang angkutan umum yang juga ikut mengantre mengatakan bahwa sengaja ikut antre agar bisa mengisi BBM dengan harga yang normal. Dirinya merasa sangat keberatan dengan kenaikan harga BBM ini. Pasalnya, dengan kenaikan harga BBM membuat dirinya mengalami penurunan pendapatan.

“BBM naik, ongkos nggak dinaikkan. Kayak mana kami mau makan. Dapat apa lagilah kami. Belum lagi harus nyetor. Penumpang ini kan nggak tau, taunya ongkos tetap. Akh, kecewa kali aku sama pemerintah. Tak mau mikirin rakyatnya,” ucap Ardi.

Tatang, salah satu pengendara mobil mengaku telah satu jam mengantre untuk mendapatkan BBM sebelum harganya dinaikkan.

“Apa-apa mahal sekarang. Wajar dong kalo kita ngantre, hemat-hemat uang sedikit,” ujar Tatang. (cr-3/ind/mag-1/mri)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/