28.9 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Pemerintah Jangan Paksa Inalum Penuhi Permintaan PLN

Bendungan Sigura-gura, yang airnya dialirkan untuk PLTA Sigura-gura. Listrik dari PLTA ini diprioritaskan untuk pabrik peleburan  Inalum.
Bendungan Sigura-gura, yang airnya dialirkan untuk PLTA Sigura-gura. Listrik dari PLTA ini diprioritaskan untuk pabrik peleburan Inalum.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Peneliti Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara, menilai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sigura-gura dan Pembangkit Tangga, dibuat untuk kebutuhan listrik bagi pabrik peleburan aluminium PT Indonesia Aluminium Asahan (Inalum). Karena itu pemerintah jangan terlalu memaksakan perusahaan BUMN tersebut menambah pasokan listrik bagi Perusahaan Listrik Negara (PLN).

“Pemerintah jangan terlalu memaksakan Inalum sesuai kebutuhan PLN. Enggak bisa memaksakan seperti itu, karena kapasitas PLTA yang dibangun kan sejak awal listriknya untuk kebutuhan Inalum dan jangan meminta lebih bantuan Inalum yang telah diberikan yaitu 90 MW,” ujarnya di Jakarta, Senin (17/11).

Karena itu menghadapi kondisi adanya permintaan penambahan pasokan listrik dari Inalum ke PLN hingga 300 MW, Marwan menilai pemerintah perlu segera mengagendakan pertemuan antara dua BUMN tersebut. Karena jika tidak, pemerintah sama saja membenturkan antara Inalum dengan PLN.

“Ini kan namanya membenturkan Inalum-PLN. Kalau begini caranya kan bisa mengganggu produksi. Harus ada kompromi jalan tengahnya, yaitu tidak terlalu memenuhi PLN,” katanya. Menurut Marwan, setelah diambilalih dari pemerintah Jepang, pemerintah seharusnya dapat memberi perhatian lebih agar Inalum dapat lebih berkembang dan mencukupi kebutuhan inalum di dalam negeri. Bukan justru membebaninya untuk kepentingan lain.

“Kedua BUMN itu kan anaknya pemerintah. Sehingga harus dibuat keputusan yang tidak merugikan salah satunya. Saya kira keputusan untuk kepentingan negara perlu memenuhi tatanegara pemerintahan yang baik, mengatasi masalah dengan memaksimalkan upaya PLN yang juga telah dijalankan untuk mengatasi krisis listrik di Sumatera Utara,” katanya.

Sementara itu secara terpisah, Direktur Utama PT Inalum (Persero), Winardi, mengatakan selama ini Inalum telah berkontribusi dalam usaha mengurangi krisis listrik di Sumatera Utara dengan memberikan daya sebesar 90 MW yang dihasilkan PLTA milik PT Inalum (Persero). Daya yang dihasilkan delapan turbin pembangkit, yakni 4 turbin di pembangkit Sigura-gura dan empat turbin di pembangkit Tangga, mencapai total 603 MW pada kapasitas output puncak.

“Setelah dikurangi spinning power dan rugi-rugi transmisi, daya yang sampai di sub station pabrik peleburan Kuala Tanjung hanya sekitar 553 MW saja, dan dari daya ini sebanyak 90 MW secara kontinu sejak November 2013 disalurkan kepada masyarakat Sumatera Utara melalui PLN,” katanya.

Menurut Winardi, dengan sisa 463 MW yang ada, listrik yang dihasilkan Inalum kemudian dipergunakan untuk mengoperasikan 510 unit tungku peleburan dan seluruh fasilitas pendukungnya. Tungku dioperasikan 24 jam secar terus menerus selama 6-7 tahun (umur rata-rata tungku).

“Jika tidak mendapatkan energi listrik lebih dari 3 jam, maka tungku akan rusak dan harus dibangun ulang (pot reconstruction) dengan dana milyaran rupiah per tungku,” ujarnya. Hal senada diungkapkan Pengamat Intelijen Indonesia, Kresna Handoko. PLN menurutnya telah membangun pembangkit untuk memenuhi kekurangan listrik di Sumut yang hanya dalam kurun waktu 2 bulan ke depan.

“Kenapa tidak didorong saja proyek tersebut ketimbang harus mengganggu kinerja Inalum yg telah susah payah dinasionalisasikan dari Jepang dengan biaya yg tidak sedikit dan menjadi kebanggaan Bangsa sebagai produksi Aluminium satu-satunya di Indonesia,” ungkapnya.

Menurut Kresna, dengan situasi seperti ini tidak menutup kemungkinan ada pemasok aluminium dari Negara Asing yang mencoba mempengaruhi pembuat kebijakan agar mengganggu kinerja Inalum atau setidaknya mengurangi produksi Inalum agar perusahaannya bisa memasok Aluminium ke Indonesia. “Banggalah dengan produk bangsa sendiri dan jangan menggesernya hanya demi keuntungan semata, kita bukan bangsa liberal dengan modal inilah bangsa kita akan menjadi terdepan,” ujarnya.(gir)

Bendungan Sigura-gura, yang airnya dialirkan untuk PLTA Sigura-gura. Listrik dari PLTA ini diprioritaskan untuk pabrik peleburan  Inalum.
Bendungan Sigura-gura, yang airnya dialirkan untuk PLTA Sigura-gura. Listrik dari PLTA ini diprioritaskan untuk pabrik peleburan Inalum.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Peneliti Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara, menilai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sigura-gura dan Pembangkit Tangga, dibuat untuk kebutuhan listrik bagi pabrik peleburan aluminium PT Indonesia Aluminium Asahan (Inalum). Karena itu pemerintah jangan terlalu memaksakan perusahaan BUMN tersebut menambah pasokan listrik bagi Perusahaan Listrik Negara (PLN).

“Pemerintah jangan terlalu memaksakan Inalum sesuai kebutuhan PLN. Enggak bisa memaksakan seperti itu, karena kapasitas PLTA yang dibangun kan sejak awal listriknya untuk kebutuhan Inalum dan jangan meminta lebih bantuan Inalum yang telah diberikan yaitu 90 MW,” ujarnya di Jakarta, Senin (17/11).

Karena itu menghadapi kondisi adanya permintaan penambahan pasokan listrik dari Inalum ke PLN hingga 300 MW, Marwan menilai pemerintah perlu segera mengagendakan pertemuan antara dua BUMN tersebut. Karena jika tidak, pemerintah sama saja membenturkan antara Inalum dengan PLN.

“Ini kan namanya membenturkan Inalum-PLN. Kalau begini caranya kan bisa mengganggu produksi. Harus ada kompromi jalan tengahnya, yaitu tidak terlalu memenuhi PLN,” katanya. Menurut Marwan, setelah diambilalih dari pemerintah Jepang, pemerintah seharusnya dapat memberi perhatian lebih agar Inalum dapat lebih berkembang dan mencukupi kebutuhan inalum di dalam negeri. Bukan justru membebaninya untuk kepentingan lain.

“Kedua BUMN itu kan anaknya pemerintah. Sehingga harus dibuat keputusan yang tidak merugikan salah satunya. Saya kira keputusan untuk kepentingan negara perlu memenuhi tatanegara pemerintahan yang baik, mengatasi masalah dengan memaksimalkan upaya PLN yang juga telah dijalankan untuk mengatasi krisis listrik di Sumatera Utara,” katanya.

Sementara itu secara terpisah, Direktur Utama PT Inalum (Persero), Winardi, mengatakan selama ini Inalum telah berkontribusi dalam usaha mengurangi krisis listrik di Sumatera Utara dengan memberikan daya sebesar 90 MW yang dihasilkan PLTA milik PT Inalum (Persero). Daya yang dihasilkan delapan turbin pembangkit, yakni 4 turbin di pembangkit Sigura-gura dan empat turbin di pembangkit Tangga, mencapai total 603 MW pada kapasitas output puncak.

“Setelah dikurangi spinning power dan rugi-rugi transmisi, daya yang sampai di sub station pabrik peleburan Kuala Tanjung hanya sekitar 553 MW saja, dan dari daya ini sebanyak 90 MW secara kontinu sejak November 2013 disalurkan kepada masyarakat Sumatera Utara melalui PLN,” katanya.

Menurut Winardi, dengan sisa 463 MW yang ada, listrik yang dihasilkan Inalum kemudian dipergunakan untuk mengoperasikan 510 unit tungku peleburan dan seluruh fasilitas pendukungnya. Tungku dioperasikan 24 jam secar terus menerus selama 6-7 tahun (umur rata-rata tungku).

“Jika tidak mendapatkan energi listrik lebih dari 3 jam, maka tungku akan rusak dan harus dibangun ulang (pot reconstruction) dengan dana milyaran rupiah per tungku,” ujarnya. Hal senada diungkapkan Pengamat Intelijen Indonesia, Kresna Handoko. PLN menurutnya telah membangun pembangkit untuk memenuhi kekurangan listrik di Sumut yang hanya dalam kurun waktu 2 bulan ke depan.

“Kenapa tidak didorong saja proyek tersebut ketimbang harus mengganggu kinerja Inalum yg telah susah payah dinasionalisasikan dari Jepang dengan biaya yg tidak sedikit dan menjadi kebanggaan Bangsa sebagai produksi Aluminium satu-satunya di Indonesia,” ungkapnya.

Menurut Kresna, dengan situasi seperti ini tidak menutup kemungkinan ada pemasok aluminium dari Negara Asing yang mencoba mempengaruhi pembuat kebijakan agar mengganggu kinerja Inalum atau setidaknya mengurangi produksi Inalum agar perusahaannya bisa memasok Aluminium ke Indonesia. “Banggalah dengan produk bangsa sendiri dan jangan menggesernya hanya demi keuntungan semata, kita bukan bangsa liberal dengan modal inilah bangsa kita akan menjadi terdepan,” ujarnya.(gir)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/