JAKARTA- Atlet wushu sanda Indonesia asal Tanah Karo, Sumatera Utara, Junita Malau membuat kejutan pada Kejuaraan Dunia Sanda 2014 yang berlangsung di Jakarta. Boru Malau sukses melaju ke final kelas 48 kg putri setelah mengalahkan pesanda asal India, Sanathoi Devi Yumnam dengan skor 2-0 di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (20/11).
Kemenangan ini membuat Junita Malau berhasil melakukan revans atas Sanathoi Devi Yumnam. Sebelumnya pada Kejuaraan Dunia Sanda 2013 lalu di Kuala Lumpur, Junita dikalahkan Yumnan. “Saya bangga bisa membalas kekalahan dari Yumnan. Saya ingin memanfaatkan peluang ini untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia,” ucap Junita usai pertandingan.
Keberhasilan lolos ke final membuat Junita memiliki peluang untuk membuat sejarah. Dia bisa menjadi pesanda pertama Indonesia yang menjadi juara dunia. Pada pertandingan final yang berlangsung di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (20/11) hari ini, Junita bakal menghadapi pesanda dari Vietnam, Chinh Nguyen Thi. Nguyen Thi lolos ke final usai mengalahkan pewushu asal Mesir Mayada Aly Ahmed Elzawawy melalui pertarungan tiga ronde.
Menghadapi Nguyen Thi, Junita menyebut dia akan tampil dengan strategi berbeda. Dia mengaku belum pernah bertemu dengan atlet Vietnam tesebut, sebab itu selain melihat permainan lawan di lapangan tadi, dia juga akan mempelajari gaya permainan lawan lewat rekaman video. “Saya belum pernah bertemu dengan dia (Nguyen Thi). Tapi saya sudah melihat permainannya,” sebut Junita.
Selain Junita, pesanda Indonesia lainnya Moria Manalu juga melaju ke final kelas 65 kg putri. Di pertandingan perdana, Maria mengalahkan atlet Mesir Yasmein Ahmed Shaaban Ahmed Anbar 2-1. Pada kelas hanya ada tiga peserta sehingga menggunakan sistem round robin. Artinya Moria masih akan menghadapi Maryam Hashemforoud dari Iran di laga kedua Jumat (20/11) hari ini.
Sekretaris Jenderal PB WI, Iwan Kwok mengatakan, sebenarnya para Indonesia tidak dibenakan target pada even ini. Dia hanya berharap atletnya mampu menunjukkan performa terbaik sebagai modal untuk mengikuti kejuaraan-kejuaraan lainnya, termasuk SEA Games 2015 dan Asian Games 2018. “Namun kalau ada peluang, kenapa tidak dimanfaatkan,” sebut Iwan. (bbs/dek)