MEDAN, SUMUTPOS.CO – Hatopan alias Topan (30) ditemukan gantung diri di kamar rumahnya, menggunakan tali tambang warna hijau tua, Minggu (21/12) pagi. Untuk memuluskan niatnya, pria ini sengaja mengunci kamar dari dalam. Namun saat masih sekarat, warga mendobrak pintu lalu memotong tali gantungannya.
Pupusnya keinginan Topan mengakhiri hidup bermula dari kecurigaan adiknya, Wani (19). Pagi itu, sang adik melihatnya buru-buru masuk kamar sambil memegang tali tambang.
“Aku curiga karena waktu masuk kamar, abang nampak gelisah sambil memegang tali. Selain itu, abang menutup pintu kamarnya dengan sangat kuat,” ujar Wani.
Ingin tahu apa yang terjadi, Wani pun bergegas menuju kamar Topan. Namun keingintahuannya terhadang pintu kamar yang terkunci. “Bang, buka pintunya bang. Abang ngapai, kok dikunci pintu,” tanya Wani sambil terus mengetuk pintu.
Karena tak kunjung ada jawaban, perempuan berambut panjang ini langsung memanggil pamannya. Mendengar laporan Wani, sang paman bersama 4 warga Jalan Murai 13, Perumnas Mandala, Kec. Percut Seituan, lainnya langsung bergegas.
Setibanya di depan kamar, mereka kembali memanggil Topan dan meminta agar membuka pintu. Tapi Topan lagi-lagi tidak menjawab. Cemas, pintu pun dibuka paksa dengan cara mendobrak.
Begitu pintu terbuka, Topan kala itu tidak memakai baju terlihat sudah tergantung. Matanya melotot. Melihat kakinya masih bergerak, warga buru-buru mendirikan kursi plastik yang berada tepat di bawah Topan.
Langkah berikutnya, warga memotong tali dengan menggunakan pisau belati. Topan pun jatuh dengan nafas terengah-engah lalu tak sadarkan diri. Guna menyelamatkan nyawanya, pria ini dilarikan ke RS Muhamadiyah. Tapi karena kondisinya parah, pihak rumah sakit merujuknya ke RSU Pirngadi.
Menurut tetangga korban bernama Nanda, pria berusia 30 tahun itu diduga kuat nekat bunuh diri karena sakaw. Pasalnya, sehari sebelumnya, Topan sempat minta uang kepada ibunya, tapi tidak diberi. “Mamaknya takut ngasih. Karena kalau dikasih pasti dibelikan sabu,” ujarnya.
Kelakuan korban yang suka nyabu serta kerap membuat ibunya sakit hati itu, membuat sebagian warga tidak menyukainya. Tak heran, banyak yang berpikiran kalau tidak tewasnya Topan, dianggap sebagai hukuman dari Yang Maha Kuasa. “Kok nggak mati aja sekalian! Kasian mamaknya lah. Jadi beban aja anak itu,” ketus warga.
Beberapa pemuda setempat juga mengaku kurang mengetahui pasti aktifitas Topan, karena pria itu lebih memilih bergaul dengan orang di luar kampung. Kalau pun bertemu, Topan hanya sekadar menyapa dan mengobrol biasa saja.
“Aku kenal sama Topan. Dia jarang gabung sama kami. Gabungnya kalau nggak salah sama orang dari luar kampung sini. Orangnya pendiam dan nggak banyak cakap. Kami pun heran kenapa dia mau gantung diri,” ujar Andre, warga setempat.
Kebiasaan Topan menyabu juga diungkap bibinya, Ainun. Kata Ainun saat ditemui di RSU Pirngadi, korban sangat kuat nyabu. Saking kuatnya, barang-barang di rumah mereka dijuali, hanya agar bisa membeli barang haram tersebut.
Satu hal yang paling tidak disukai Ainun adalah sikap Topan. Dimana, Topan diketahui kerap bicara kasar alias durhaka kepada ibunya. “Kasar kali anak itu (Topan). Mamaknya aja sering dimaki. Kalau tidak karena memandang mamaknya, malas aku datang kemari (rumah sakit),” ungkapnya.
Senada, Wani juga mengaku sangat yakin abangnya seorang pecandu. “Abangku memang pecandu narkoba. Itu yang membua dia kayak gini. Aku yakin kali, karena aku liat tingkahnya aneh. Jarang tidur. Nanti kalau sudah pagi baru tidur,” imbuh Wani.
Apa yang disampaikan Nanda dan Ainun dibenarkan Hamidah, ibu Topan. Menurut perempuan berusia 58 tahun ini, perubahan sikap putranya itu terjadi sejak kembali dari Bali. “Dia sempat kerja 2 tahun di sana, ikut abangnya,” kenang Hamidah.
Dikisahkan perempuan berkerudung hitam ini, sehari sebelum nekat gantung diri, Topan memang sempat meminta uang kepadanya. Karena tidak diberi, korban gelisah dan mondar-mandir tak karuan.
Hamidah sendiri mengaku pasrah dengan nasib Topan. Dia bahkan sudah rela jika harus kehilangan seorang putranya. “Kalau pun lewat ya sudah nggak apa-apa, kami ikhlas,” ujar Hamidah pasrah. “Kalau nanti sudah siuman, kami harap Topan berubah,” doa Hamidah.
Pantauan di RSU Pirngadi Medan, kondisi Topan sekarat. Bekas jerat tali tampak jelas di lehernya. Goresan di urat nadinya juga masih tampak jelas.
Oleh pihak rumah sakit, dia dipakaikan popok layaknya bayi karena kotorannya berulang kali keluar. Itu merupakan efek dari gantung diri yang tidak tewas.
“Sudah kita rawat dan kondisinya sangat kritis. Itu karena jeratan tali membuat peredaran darah tidak lancar. Selain itu, telah terjadi pembekuan darah di kepalanya. Dampak lainnya, pasien kerap mengeluarkan urine dan kotoran,” beber Rido, dokter yang menangani Topan.
Demi kelancaran proses penyembuhan, dokter menyarankan agar Topan dirawat di rumah sakit sampai pulih, setidaknya hingga seminggu ke depan. Soal penggunaan narkoba, pihaknya belum bisa memastikan karena belum dilakukan tes urine.
Terpisah, Kapolsek Percut Seituan, Kompol Ronald Sipayung SiK, SH, MH mengatakan kalau keluarga korban belum melaporkan kejadian tersebut. (mri/ind/ras)