30 C
Medan
Friday, May 24, 2024

Sadar, Topan Tak Lagi Kenali Ibunya

Foto: Amri/PM Topan saat dirawat di RSUD Pingadi kasus percobaan bunuh diri.
Foto: Amri/PM
Topan saat dirawat di RSUD Pingadi kasus percobaan bunuh diri.

SUMUTPOS.CO – Setelah beberapa jam menjalani perawatan intensif, Topan akhirnya berhasil melalui masa kritis. Pun begitu, dia masih dalam pengawasan penuh perawat dan dokter.

Hal itu diungkap Humas RSU Pirngadi Medan, Edison. “Saat ini, peran keluarga sangat penting agar pasien tidak kembali berpikiran untuk bunuh diri,” ujarnya.

Ketika kembali ditemui, Hamidah, ibu korban membenarkan kalau kondisi putranya sudah mulai membaik. Hanya saja, ketika sadar, Topan seperti hilang ingatan.

“Macam ilang ingatan dia waktu siuman. Tadi ditanyanya ada dimana. Dikiranya sudah di alam lain. Dia juga sempat bertanya tentang siapa saya,” sedih Hamidah.

Di sisi lain, salah seorang perawat yang merawat Topan mengatakan kalau pria tersebut masih memakai pempers. Agar kondisinya cepat pulih, selain dipasangi infus, Topan juga diberikan suntikan vitamin. “Tinggal pemulihan aja pak, karena sudah lewat masa kritis. Sekarang pasien dirawat di ruang RR pemulihan,” ujar Ari, salah seorang perawat.

Dari kaca mata psikolog, tindakan Hatopan yang ingin mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri, merupakan prilaku umum untuk kalangan pecandu khususnya yang sedang sakaw.

Sebab, para pecandu narkoba cenderung berperilaku kasar dan tidak memiliki empati atau pertimbangan. Pengaruh narkoba telah merusak sistem syaraf di otaknya, sehingga tidak lagi memiliki kemampuan berpikir secara logis.

“Sebab, mereka (pecandu) hanya berorientasi pada kepuasan sesaatnya saja. Apalagi ketika dia dalam kondisi sakaw, sehingga dia akan merasa gelisah dan tidak nyaman kalau tidak segera dipuaskan keinginannya,” ujar Direktur Minauli Consulting, Irna Minauli kepada kru koran ini, Minggu (21/12).

Lebih lanjut, psikolog Sumut ini mengatakan, pengaruh negatif lain dari narkoba adalah timbulnya depresi. Sehingga, pengguna sering merasa tertekan yang membuat mereka berusaha untuk menggunakan kembali narkoba. “Ketika kebutuhannya tidak terpenuhi, dia akan merasa sangat tertekan sehingga berpikiran melakukan bunuh diri,” imbuhnya.

Biasanya, tambah Irna, kalau mereka tidak membunuh orang yang tidak memberikan apa yang diinginkannya, mereka akan menghabisi dirinya sendiri dengan membunuh dirinya. Hal itu dilakukannya untuk mengurangi rasa tidak nyaman dan depresi yang dirasakannya akibat ketergantungannya pada narkoba.

“Para pecandu narkoba sering tidak menyadari bahaya yang mengintainya. Banyak yang dengan penuh kepercayaan diri beranggapan, mereka dengan mudah dapat menghentikan kebiasaannya setiap saat mereka menginginkannya,” tungkasnya.

Namun, jabar Irna, pada kenyataannya, ketika seseorang sudah menggunakan narkoba maka tubuhnya semakin lama menuntut jumlah yang lebih besar dari penggunaan sebelumnya. “Tubuhnya menjadi toleran terhadap jumlah narkoba yang sama,” urainya. (mri/ind/ras)

Foto: Amri/PM Topan saat dirawat di RSUD Pingadi kasus percobaan bunuh diri.
Foto: Amri/PM
Topan saat dirawat di RSUD Pingadi kasus percobaan bunuh diri.

SUMUTPOS.CO – Setelah beberapa jam menjalani perawatan intensif, Topan akhirnya berhasil melalui masa kritis. Pun begitu, dia masih dalam pengawasan penuh perawat dan dokter.

Hal itu diungkap Humas RSU Pirngadi Medan, Edison. “Saat ini, peran keluarga sangat penting agar pasien tidak kembali berpikiran untuk bunuh diri,” ujarnya.

Ketika kembali ditemui, Hamidah, ibu korban membenarkan kalau kondisi putranya sudah mulai membaik. Hanya saja, ketika sadar, Topan seperti hilang ingatan.

“Macam ilang ingatan dia waktu siuman. Tadi ditanyanya ada dimana. Dikiranya sudah di alam lain. Dia juga sempat bertanya tentang siapa saya,” sedih Hamidah.

Di sisi lain, salah seorang perawat yang merawat Topan mengatakan kalau pria tersebut masih memakai pempers. Agar kondisinya cepat pulih, selain dipasangi infus, Topan juga diberikan suntikan vitamin. “Tinggal pemulihan aja pak, karena sudah lewat masa kritis. Sekarang pasien dirawat di ruang RR pemulihan,” ujar Ari, salah seorang perawat.

Dari kaca mata psikolog, tindakan Hatopan yang ingin mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri, merupakan prilaku umum untuk kalangan pecandu khususnya yang sedang sakaw.

Sebab, para pecandu narkoba cenderung berperilaku kasar dan tidak memiliki empati atau pertimbangan. Pengaruh narkoba telah merusak sistem syaraf di otaknya, sehingga tidak lagi memiliki kemampuan berpikir secara logis.

“Sebab, mereka (pecandu) hanya berorientasi pada kepuasan sesaatnya saja. Apalagi ketika dia dalam kondisi sakaw, sehingga dia akan merasa gelisah dan tidak nyaman kalau tidak segera dipuaskan keinginannya,” ujar Direktur Minauli Consulting, Irna Minauli kepada kru koran ini, Minggu (21/12).

Lebih lanjut, psikolog Sumut ini mengatakan, pengaruh negatif lain dari narkoba adalah timbulnya depresi. Sehingga, pengguna sering merasa tertekan yang membuat mereka berusaha untuk menggunakan kembali narkoba. “Ketika kebutuhannya tidak terpenuhi, dia akan merasa sangat tertekan sehingga berpikiran melakukan bunuh diri,” imbuhnya.

Biasanya, tambah Irna, kalau mereka tidak membunuh orang yang tidak memberikan apa yang diinginkannya, mereka akan menghabisi dirinya sendiri dengan membunuh dirinya. Hal itu dilakukannya untuk mengurangi rasa tidak nyaman dan depresi yang dirasakannya akibat ketergantungannya pada narkoba.

“Para pecandu narkoba sering tidak menyadari bahaya yang mengintainya. Banyak yang dengan penuh kepercayaan diri beranggapan, mereka dengan mudah dapat menghentikan kebiasaannya setiap saat mereka menginginkannya,” tungkasnya.

Namun, jabar Irna, pada kenyataannya, ketika seseorang sudah menggunakan narkoba maka tubuhnya semakin lama menuntut jumlah yang lebih besar dari penggunaan sebelumnya. “Tubuhnya menjadi toleran terhadap jumlah narkoba yang sama,” urainya. (mri/ind/ras)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/