28 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Tersangka Telepon Polisi, Minta Jangan Ikut Campur

Foto: Amri/PM Farida, istri korban aksi sadism suami, yang suka mencambuk, memukul, dan meneteskan lilin ke tubuhnya sebelum disetubuhi.
Foto: Amri/PM
Farida, istri korban aksi sadism suami, yang suka mencambuk, memukul, dan meneteskan lilin ke tubuhnya sebelum disetubuhi.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kabar penyiksaan yang dialami Farida Gustina (42) telah beredar luas dan diketahui tersangka, tak lain suaminya sendiri. Mengetahui dirinya dilaporkan ke Polsek Percut Seituan, Syafrizal bukannya takut. Ia malah menelepon korban yang sedang diperiksa polisi dan mengancam akan berbuat lebih kejam. Bahkan meminta polisi untuk tidak ikut campur.

Jumat (23/1) siang, Farida ditemani keluarganya memberikan keterangan ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polsek Percut Seituan. Kondisinya yang menderita luka lecet dan lebam, membuat petugas mengiba melihatnya. Ketika berjalan Farida masih terlihat mengalami kesusahan dan terlihat mengangkang, lantaran perut dan kemaluannya disodok pakai gagang sapu oleh suaminya, Syafrizal.

Belum lagi sejumlah luka di tangan, kaki, wajah, bibir, pipi, punggung, perut serta payudara dan paha dekat kemaluannya mengalami luka lebam, memar dan lecet.

“Ngeri kali lah suami itu,” ujar Bripka Erna sebagai juru penyidik unit PPA Polsek Percut Seituan.

Tatapan mata Farida kerap terlihat kosong dan menerawang jauh. Tak jarang suara mengaduh keluar dari mulutnya. “Aku dulu pertama kenal dia gak gini. Dulu dia baik, sekarang udah berubah jadi monster. Sakit kali hati ku, aku jalan pun susah sekarang, perut ku sakit disodoknya pakai sapu kemarin itu,” kenang Farida sembari meneteskan air mata.

Tangisnya kian pecah saat dirinya menelepon anak perempuannya, Ema (14) yang ikut dengan suaminya. “Udah makan kau nak, kok nggak pigi aja dari situ? Kemari aja kau nak, atau ke rumah nenek mu,” ujar Farida membujuk anak sulungnya itu.

Ema mengaku belum makan sejak malam pergi dari rumahnya dan memutuskan tinggal bersama ayahnya. Ema juga mengadu jika bapaknya menyebut sang ibu sebagai orang gila. “Aku lapar bu, belum makan, ayah gak kasih uang buat beli makan. Aku udah ke rumah teman, nanti pulang aku ke rumah nenek. Bapak bilang ibu gila sambil mukuli dinding, aku jadi takut. Pas bapak bawa angkotnya aku langsung pigi,” ujar Ema melalui telepon yang diperdengarkan melalui pengeras suara.

Usai percakapan telepon, Farida mengusap air matanya yang jatuh sembari memaki suaminya. “Memang binatang gak punya otak, udah anakku nggak dikasih makan, aku pulak dibilangnya gila. Padahal aku dah mau mati dipukulinya,” repet Farida.

Ibu Farida dan saudaranya yang turut menemani juga berlinang air mata melihat kondisi ibu malang itu. Bahkan salah seorang tetangganya pun membelikanya nasi untuk dimakan Farida, karena sudah dua hari tak makan.

Telapak kaki Farida tampak mengelupas dan berwarnah merah. Saat ditanya kenapa bisa begitu, rupanya akibat sering kena air saat bekerja sebagai tukang cuci keliling, sampai saat ini.

“Kaki ku ini kayak gini karena nyuci baju keliling bang, itu kerja ku buat bertahan hidup makanya kayak gini. Pernah juga disiram air panas sama dia,” ucap Farida lirih.

Perjuangan Farida untuk bertahan hidup sangat miris. Selain untuk makan, gajinya yang tak seberapa itu juga untuk menyicil rumah kontrakan. Bahkan sering dicuri sang suami untuk mabuk mabukan. “Uang ku tiap bulan aku dapat Rp 1,2 juta bang dari nyuci, jadi pembantu dan dari usaha lainnya. Kadang buat makan, buat nyicil sewa rumah dan buat anak-anak bang. Kalau suamiku nggak ada gunanya bahkan dia sering curi uangku,” ujarnya.

Di tengah memberi keterangan, tiba-tiba Syafrijal menelpon, namun Farida tak mengangkatnya. Setelah ditelpon sebanyak 7 kali barulah Farida mengangkatnya, itu pun karena bujukan dari keluarga dan polisi untuk mengetahui di mana keberadaan Syafrijal.

Bukannya perkataan maaf yang diucapkan Syafrijal melainkan makian dan ancaman. “Kau kira siapa kau, kau laporkan pulak aku ke polisi. Kau korankan pulak aku ya. Kau liat nanti ya kalau jumpa aku sama mu,” ancam Syafrijal melalui telepon.

Mendapat telepon dan ancaman dari suaminya, Farida jadi ketakutan dan mohon agar Polisi segera menangkap suami tersebut. “Tolonglah pak, liatlah dia ancam aku kan,” kata Farida.

Selanjutnya salah seorang Polisi pun menelpon nomor Syafrijal namun tak kunjung diangkat. Dan akhirnya melalui nomor telepon Farida, Syafrijal pun mengangkat telepon.

Saat ditanya polisi kenapa tega menganiaya istrinya sampai begitu parah, dengan enteng Syafrijal mengatakan kalau dirinya berhak sebagai suami. Syafrizal juga meminta polisi untuk tidak ikut campur.

“Jangan campurilah urusan rumah tangga orang bos (polisi). Siapa yang nggak geram, dia gak tau diri. Aku ini supir angkot, kadang dapat uang kadang gak dapat, jadi banyak tuntutanya setiap hari aku mesti dapat uang. Jadi kalau udah pulang aku ke rumah uang aja yang ditanyanya, geram lah aku,” ujar Syafrijal dari seberang telepon.

Begitu menjawab satu pertanyaan, Syafrijal langsung mematikan teleponya dan setelah itu nomor Syafrijal tak kunjung aktif kembali. Pihak kepolisian mengatakan kalau Syafrijal akan segera ditangkap. “Nanti kita tangkap, sabar dulu karena masih kita lacak keberadaannya,” ujar AKP Bambang Gunanti, Kanit Reskrim Polsek Percut Seituan.

Diberitakan sebelumnya, Farida membeber prilaku seks menyimpang suaminya, diketahui sejak anak pertama mereka berumur sekitar 5 bulan. Padahal, sebelumnya, Syafrizal biasa saja saat bersetubuh.

Belakangan, sejak sering minum tuak dan mabuk, belangnya mulai terlihat. Farida disiksa dulu baru ditiduri. Bahkan, Syafrizal kerap memaksa, meski Farida lagi tak mood. Gilanya, puas menyetubuhi, Syafrizal juga kerap mencekik dan menampar Farida, lalu pergi begitu saja.

Awal-awalnya, Farida kaget juga. Namun, dia akhirnya memaklumi prilaku seks suami meski dia yang tersiksa. Tapi, makin lama, aksi Syafrizal makin gila.

Bahkan, tanpa alasan apapun, kadang tangan Syafrijal melayang menampar wajah istrinya. Apalagi kalau makanan tak enak maka Farida jadi sasaran kekerasan ditendang dipukul di depan ketiga anaknya. Parahnya lagi, sang suami malah menetesi tubuh Farida dengan kerak lilin baru mencampurinya. Karena tak tahan lagi, Farida memutuskan melaporkan suaminya ke Polisi. (mri/bd)

Foto: Amri/PM Farida, istri korban aksi sadism suami, yang suka mencambuk, memukul, dan meneteskan lilin ke tubuhnya sebelum disetubuhi.
Foto: Amri/PM
Farida, istri korban aksi sadism suami, yang suka mencambuk, memukul, dan meneteskan lilin ke tubuhnya sebelum disetubuhi.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kabar penyiksaan yang dialami Farida Gustina (42) telah beredar luas dan diketahui tersangka, tak lain suaminya sendiri. Mengetahui dirinya dilaporkan ke Polsek Percut Seituan, Syafrizal bukannya takut. Ia malah menelepon korban yang sedang diperiksa polisi dan mengancam akan berbuat lebih kejam. Bahkan meminta polisi untuk tidak ikut campur.

Jumat (23/1) siang, Farida ditemani keluarganya memberikan keterangan ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polsek Percut Seituan. Kondisinya yang menderita luka lecet dan lebam, membuat petugas mengiba melihatnya. Ketika berjalan Farida masih terlihat mengalami kesusahan dan terlihat mengangkang, lantaran perut dan kemaluannya disodok pakai gagang sapu oleh suaminya, Syafrizal.

Belum lagi sejumlah luka di tangan, kaki, wajah, bibir, pipi, punggung, perut serta payudara dan paha dekat kemaluannya mengalami luka lebam, memar dan lecet.

“Ngeri kali lah suami itu,” ujar Bripka Erna sebagai juru penyidik unit PPA Polsek Percut Seituan.

Tatapan mata Farida kerap terlihat kosong dan menerawang jauh. Tak jarang suara mengaduh keluar dari mulutnya. “Aku dulu pertama kenal dia gak gini. Dulu dia baik, sekarang udah berubah jadi monster. Sakit kali hati ku, aku jalan pun susah sekarang, perut ku sakit disodoknya pakai sapu kemarin itu,” kenang Farida sembari meneteskan air mata.

Tangisnya kian pecah saat dirinya menelepon anak perempuannya, Ema (14) yang ikut dengan suaminya. “Udah makan kau nak, kok nggak pigi aja dari situ? Kemari aja kau nak, atau ke rumah nenek mu,” ujar Farida membujuk anak sulungnya itu.

Ema mengaku belum makan sejak malam pergi dari rumahnya dan memutuskan tinggal bersama ayahnya. Ema juga mengadu jika bapaknya menyebut sang ibu sebagai orang gila. “Aku lapar bu, belum makan, ayah gak kasih uang buat beli makan. Aku udah ke rumah teman, nanti pulang aku ke rumah nenek. Bapak bilang ibu gila sambil mukuli dinding, aku jadi takut. Pas bapak bawa angkotnya aku langsung pigi,” ujar Ema melalui telepon yang diperdengarkan melalui pengeras suara.

Usai percakapan telepon, Farida mengusap air matanya yang jatuh sembari memaki suaminya. “Memang binatang gak punya otak, udah anakku nggak dikasih makan, aku pulak dibilangnya gila. Padahal aku dah mau mati dipukulinya,” repet Farida.

Ibu Farida dan saudaranya yang turut menemani juga berlinang air mata melihat kondisi ibu malang itu. Bahkan salah seorang tetangganya pun membelikanya nasi untuk dimakan Farida, karena sudah dua hari tak makan.

Telapak kaki Farida tampak mengelupas dan berwarnah merah. Saat ditanya kenapa bisa begitu, rupanya akibat sering kena air saat bekerja sebagai tukang cuci keliling, sampai saat ini.

“Kaki ku ini kayak gini karena nyuci baju keliling bang, itu kerja ku buat bertahan hidup makanya kayak gini. Pernah juga disiram air panas sama dia,” ucap Farida lirih.

Perjuangan Farida untuk bertahan hidup sangat miris. Selain untuk makan, gajinya yang tak seberapa itu juga untuk menyicil rumah kontrakan. Bahkan sering dicuri sang suami untuk mabuk mabukan. “Uang ku tiap bulan aku dapat Rp 1,2 juta bang dari nyuci, jadi pembantu dan dari usaha lainnya. Kadang buat makan, buat nyicil sewa rumah dan buat anak-anak bang. Kalau suamiku nggak ada gunanya bahkan dia sering curi uangku,” ujarnya.

Di tengah memberi keterangan, tiba-tiba Syafrijal menelpon, namun Farida tak mengangkatnya. Setelah ditelpon sebanyak 7 kali barulah Farida mengangkatnya, itu pun karena bujukan dari keluarga dan polisi untuk mengetahui di mana keberadaan Syafrijal.

Bukannya perkataan maaf yang diucapkan Syafrijal melainkan makian dan ancaman. “Kau kira siapa kau, kau laporkan pulak aku ke polisi. Kau korankan pulak aku ya. Kau liat nanti ya kalau jumpa aku sama mu,” ancam Syafrijal melalui telepon.

Mendapat telepon dan ancaman dari suaminya, Farida jadi ketakutan dan mohon agar Polisi segera menangkap suami tersebut. “Tolonglah pak, liatlah dia ancam aku kan,” kata Farida.

Selanjutnya salah seorang Polisi pun menelpon nomor Syafrijal namun tak kunjung diangkat. Dan akhirnya melalui nomor telepon Farida, Syafrijal pun mengangkat telepon.

Saat ditanya polisi kenapa tega menganiaya istrinya sampai begitu parah, dengan enteng Syafrijal mengatakan kalau dirinya berhak sebagai suami. Syafrizal juga meminta polisi untuk tidak ikut campur.

“Jangan campurilah urusan rumah tangga orang bos (polisi). Siapa yang nggak geram, dia gak tau diri. Aku ini supir angkot, kadang dapat uang kadang gak dapat, jadi banyak tuntutanya setiap hari aku mesti dapat uang. Jadi kalau udah pulang aku ke rumah uang aja yang ditanyanya, geram lah aku,” ujar Syafrijal dari seberang telepon.

Begitu menjawab satu pertanyaan, Syafrijal langsung mematikan teleponya dan setelah itu nomor Syafrijal tak kunjung aktif kembali. Pihak kepolisian mengatakan kalau Syafrijal akan segera ditangkap. “Nanti kita tangkap, sabar dulu karena masih kita lacak keberadaannya,” ujar AKP Bambang Gunanti, Kanit Reskrim Polsek Percut Seituan.

Diberitakan sebelumnya, Farida membeber prilaku seks menyimpang suaminya, diketahui sejak anak pertama mereka berumur sekitar 5 bulan. Padahal, sebelumnya, Syafrizal biasa saja saat bersetubuh.

Belakangan, sejak sering minum tuak dan mabuk, belangnya mulai terlihat. Farida disiksa dulu baru ditiduri. Bahkan, Syafrizal kerap memaksa, meski Farida lagi tak mood. Gilanya, puas menyetubuhi, Syafrizal juga kerap mencekik dan menampar Farida, lalu pergi begitu saja.

Awal-awalnya, Farida kaget juga. Namun, dia akhirnya memaklumi prilaku seks suami meski dia yang tersiksa. Tapi, makin lama, aksi Syafrizal makin gila.

Bahkan, tanpa alasan apapun, kadang tangan Syafrijal melayang menampar wajah istrinya. Apalagi kalau makanan tak enak maka Farida jadi sasaran kekerasan ditendang dipukul di depan ketiga anaknya. Parahnya lagi, sang suami malah menetesi tubuh Farida dengan kerak lilin baru mencampurinya. Karena tak tahan lagi, Farida memutuskan melaporkan suaminya ke Polisi. (mri/bd)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/