TEBINGTINGGI, SUMUTPOS.CO – Selalu disindir sehabis makan, kekesalan Japidsar Lumbangaol (58) memuncak. Setelah 3 hari mengasah pisau, dia akhirnya menikam istrinya yang sedang bugil di kamar mandi, Sabtu (24/1) pagi.
Inilah konflik rumah tangga pasutri yang menetap di Jl. KL Yos Sudarso, Kel. Tanjungmarulak, Kec. Rambutan, Kota Tebingtinggi itu. Pengakuan Sonta br Sinaga (55), pagi itu dia dan putrinya, Tiodor br Lumbangaol (24) sudah janjian belanja bersama. Namun, karena belum mandi, Sonta menyuruh Tiodor pergi duluan membeli beras.
Tapi, Tiodor tak langsung pergi. Dia menunggu ibunya selesai mandi. Nah, selesai mandi, petaka itu terjadi. Saat akan mengambil handuk, tiba-tiba pintu kamar mandi didobrak kuat. Sonta yang masih bugil, terjatuh dan terduduk di dalam ember.
Belum hilang kagetnya, Sonta melihat suaminya berdiri sembari memegang pisau. Sonta makin panik saat Japidsar coba menikam perutnya. Tak mau konyol, pisau ditangkap Sonta dengan tangannya hingga koyak berdarah. Sekuat tenaga, Sonta berteriak minta tolong. “Tolong aku Tuhan,” teriak Sonta, membuat Tiodor berlari mendatanginya.
Melihat ayahnya coba membunuh ibunya, Tiodor berusaha menghalangi. Dia mendorong tubuh ayahnya agar menjauh dari ibunya. Japidsar berang. Dia menyaunkan pisaunya dan melukai tangan putrinya itu. Meski terluka, Tiodor berusaha agar ayahnya tak membunuh ibunya. Dia lalu menggigit tangan kiri ayahnya. Tapi Japidsar membalas. Dia kembali menggigit punggung Tiodor.
Usai melukai istri dan putrinya, Japidsar kemudian pergi dari rumah. Tetangga yang mendengar keributan, akhirnya berdatangan. Japidsar sendiri tak kabur jauh. Dia hanya di belakang rumah, yang kebetulan ada tempat permainan biliar. Dia diamankan dari sana dan diboyong ke Mapolres Tebingtinggi.
”Bukan lagi orangtua namanya itu, tega dia mau membunuh Mamakku. Bukan sekali ini aja begitu, ini yang ketiga kalinya. Yang pertama dan kedua, mamakku diancam sama pisau itu juga, pas di lehernya. Sempat juga luka tapi mamakku tak cerita,” geram Tiodor saat melapor.
”Siapa yang sanggup melihat suami seperti itu. Kerjanya main judi aja. Sejak aku menikah sampai sekarang, tak pernah aku dibuat bahagia. Yang ada, harta habis dijualinya. Ini saja, membesarkan anak, kalau tak kerja aku, kek mana mau makan? Tahunya dia, kerja satu minggu, pre (libur) sebulan. Bukan ada difikirkannya (menafkahi anak istri),” sambar Sonta.
“Rumahpun, kalau tak kusewa, tak punya tempat tinggal kami Pak. Udah cukup-cukup aku dibuatnya. Pisau itu pun udah kucari-carinya itu, rupanya yang dirondokkannya. Malam baru diasahnya. Memang sengaja aku mau dibunuhnya. Tak adanya masalah di rumah kami, cuma masalah ekonomi aja. Tapi itu tadi memang sudah kelewat batas, tak bisa lagi dimaafkan. Bagus penjarakan aja dia, biar tahu dulu dia,” kesal Sonta memperlihatkan luka di tangannya.
Meski di kantor polisi, perselisihan suami istri yang sudah bercucu ini, terus terjadi. Sonta misalnya. Dia terus menyalahkan kelakuan suaminya. Terlebih di depan polisi bermarga Sinaga. “Biar tahu dulu kau, banyak polisi di sini hula-hulamu (kerabat satu marga istri, red),” sergah Sonta pada Japidsar di depan polisi muda bermarga Sinaga.
“Iya. Kenapa Lae ginikan Itoku ini?” tanya polisi itu. “Siapa yang tahan Lae. Asal aku makan, direpetinya aja aku terus. Sering kali aku digitukan, siapa yang tak marah? Makanya pas dia mandi mau kutikam dia,” terang Japidsar, mengaku tak lagi dihormati istri dan anaknya.
Polisi bermarga Sinaga itupun mengalihkan pertanyaan ke Sonta. “Iya Ito, kok direpeti Lae ini pas makan?” tanyanya. Sonta membela diri. “Akupun tahu adat Ito. Gak pernah kurepeti dia pas makan. Tapi, habis dia makan, memang sering kusindir dia lewat anak-anakku. Bayangkan ajalah, udah bertahun-tahun dia tak ngasih makan kami,” ketusnya. Kasubag Humas Polres Tebingtinggi, AKP Syahril Daulay mengaku ada kejadian itu dilaporkan. “Kasus tersebut masih dalam lidik,” jelasnya.(cr3/trg)