26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Sekeluarga Tewas Dimakamkan Berdampingan

Foto: Bernad L Gaol/New Tapanuli/SMG Tiga korban kecelakaan maut di Sei Rampah, Serdang Bedagai dimakamkan berdampingan, Rabu (28/1/2015).
Foto: Bernad L Gaol/New Tapanuli/SMG
Tiga korban kecelakaan maut di Sei Rampah, Serdang Bedagai dimakamkan berdampingan, Rabu (28/1/2015).

TARUTUNG, SUMUTPOS.CO – Sekeluarga korban kecelakaan maut Bus Intra Vs KBT (Koperasi Bintang Tapanuli) di depan Polres Sergai, Senin (26/1) lalu dimakamkan berdampingan. Pemakaman dipimpin 3 pendeta HKBP.

Rabu (28/1) sore Hotma Hutagalung (56), anaknya Koccu Hutagalung (26) dan Randi Hutagalung (2) anak kandung Koccu, dimakamkan di pemakaman keluarga di kawasan Bahal Begu Jalan Mayjen Samosir, Sipoholon.

Prosesi pemakaman dipimpin Pdt Pantun Lumbantoruan, Pdt Samsir Hutagalung dan Pdt Posma Simanungkalit. Pantauan wartawan, ketiga jenazah tiba dengan truk Colt Diesel BK 9528 CK.

Isak tangis keluarga dan kerabat keras terdengar saat jenazah diturunkan dari truk. Tangis semakin keras ketika Pdt Pantun Lumbantoruan memipin ibadah sakramen kematian.

Minaria boru Marbun, istri almarhum Hotma Hutagalung terpaksa digendong Prish Jhon Manalu, keponakaanya. Sebab, kedua kakinya patah tulang akibat kecelakaan tersebut.

Borhat ma hamu natolu amang, tinggal ma hape hami, lungun nai diau. Ikkon sahali lao ma hamu natolu (Pergilah kalian bertiga, tinggalnya rupanya kami, sedihnya kurasakan. Harus sekali pergi rupanya kalian bertiga),” ucap Minaria sambil terus menangis.

Minaria kemudian diminta istirahat karena kondisinya semakin lemah. Semasa hidup, Hotma Hutagalung merupakan pengusaha gitar dan Poti Marende. Almarhum dikenal sebagai pria yang supel.

“Bahkan tulangnya itu (Hotma) sering memberikan motivasi kepada keluarga dan rekan-rekannya untuk berbuat baik bagi semua,” ujar Pris Jhon Manalu, keponakan korban saat diwawancara New Tapanuli (Grup SUMUTPOS.CO)

Ia mengatakan, tulangnya memiliki keluarga yang akur dan takut akan Tuhan.

“Gitu juga dengan anak tulang itu, lae Koccu. Semuanya baik-baik,” tuturnya.

Sebelumnya, menurut cerita keluarga korban, Hotma semula ingin mengantar anaknya Koccu pulang ke Medan. Sebab, Koccu sudah satu minggu berkunjung ke rumah orangtuanya di Sipoholon.

Koccu datang bersama istrinya (Rendi boru Sitanggang) dan dua anaknya, Randi dan satu lagi yang masih berumur dua bulan.

“Minggu lalu, keluarga lae si Koccu ini berkunjung ke Sipoholon dan berencana pulang ke Medan, Senin (26/1). Terus paman dan bibi saya (orangtua lae Koccu ikut mendampingi),” beber keponakan korban Jhon Manalu.

“Mereka berangkat dari Sipoholon naik mini bus KBT sekitar pukul 11.00 WIB,” kata Jhon.

Awalnya, Jhon yang diminta mengantar keluarga tulangnya ke Medan sekalian jalan-jalan. Namun karena masa berlaku SIM nya sudah habis, Jhon tidak jadi pergi.

Naeng au hian do manaruhon. Aalai SIM hu ngamate, gabe sundatma. (Semula aku yang diminta mengantar mereka. Namun karena masa berlaku SIM ku sudah habis, jadi tidak jadi kuantar),” ujar Manalu.

Sebelumnya, kecelakaan maut antara bus Intra kontra bus KBT terjadi di depan Polres Sergai dan Kantor DPRD Sergai, Senin (26/1) sekira pukul 16.40 WIB. Empat orang tewas, 18 lainnya luka-luka.

Keempat korban tewas adalah penumpang bus KBT. Tiga diantaranya berstatus ayah, anak, dan cucu yakni Hotman Hutagalung (56), Kocu P. Hutagalung (26), dan Rendy Hutagalung (2). Sedangkan korban tewas lainnya adalah Salman Ritonga (67).(bl/smg/ala)

Foto: Bernad L Gaol/New Tapanuli/SMG Tiga korban kecelakaan maut di Sei Rampah, Serdang Bedagai dimakamkan berdampingan, Rabu (28/1/2015).
Foto: Bernad L Gaol/New Tapanuli/SMG
Tiga korban kecelakaan maut di Sei Rampah, Serdang Bedagai dimakamkan berdampingan, Rabu (28/1/2015).

TARUTUNG, SUMUTPOS.CO – Sekeluarga korban kecelakaan maut Bus Intra Vs KBT (Koperasi Bintang Tapanuli) di depan Polres Sergai, Senin (26/1) lalu dimakamkan berdampingan. Pemakaman dipimpin 3 pendeta HKBP.

Rabu (28/1) sore Hotma Hutagalung (56), anaknya Koccu Hutagalung (26) dan Randi Hutagalung (2) anak kandung Koccu, dimakamkan di pemakaman keluarga di kawasan Bahal Begu Jalan Mayjen Samosir, Sipoholon.

Prosesi pemakaman dipimpin Pdt Pantun Lumbantoruan, Pdt Samsir Hutagalung dan Pdt Posma Simanungkalit. Pantauan wartawan, ketiga jenazah tiba dengan truk Colt Diesel BK 9528 CK.

Isak tangis keluarga dan kerabat keras terdengar saat jenazah diturunkan dari truk. Tangis semakin keras ketika Pdt Pantun Lumbantoruan memipin ibadah sakramen kematian.

Minaria boru Marbun, istri almarhum Hotma Hutagalung terpaksa digendong Prish Jhon Manalu, keponakaanya. Sebab, kedua kakinya patah tulang akibat kecelakaan tersebut.

Borhat ma hamu natolu amang, tinggal ma hape hami, lungun nai diau. Ikkon sahali lao ma hamu natolu (Pergilah kalian bertiga, tinggalnya rupanya kami, sedihnya kurasakan. Harus sekali pergi rupanya kalian bertiga),” ucap Minaria sambil terus menangis.

Minaria kemudian diminta istirahat karena kondisinya semakin lemah. Semasa hidup, Hotma Hutagalung merupakan pengusaha gitar dan Poti Marende. Almarhum dikenal sebagai pria yang supel.

“Bahkan tulangnya itu (Hotma) sering memberikan motivasi kepada keluarga dan rekan-rekannya untuk berbuat baik bagi semua,” ujar Pris Jhon Manalu, keponakan korban saat diwawancara New Tapanuli (Grup SUMUTPOS.CO)

Ia mengatakan, tulangnya memiliki keluarga yang akur dan takut akan Tuhan.

“Gitu juga dengan anak tulang itu, lae Koccu. Semuanya baik-baik,” tuturnya.

Sebelumnya, menurut cerita keluarga korban, Hotma semula ingin mengantar anaknya Koccu pulang ke Medan. Sebab, Koccu sudah satu minggu berkunjung ke rumah orangtuanya di Sipoholon.

Koccu datang bersama istrinya (Rendi boru Sitanggang) dan dua anaknya, Randi dan satu lagi yang masih berumur dua bulan.

“Minggu lalu, keluarga lae si Koccu ini berkunjung ke Sipoholon dan berencana pulang ke Medan, Senin (26/1). Terus paman dan bibi saya (orangtua lae Koccu ikut mendampingi),” beber keponakan korban Jhon Manalu.

“Mereka berangkat dari Sipoholon naik mini bus KBT sekitar pukul 11.00 WIB,” kata Jhon.

Awalnya, Jhon yang diminta mengantar keluarga tulangnya ke Medan sekalian jalan-jalan. Namun karena masa berlaku SIM nya sudah habis, Jhon tidak jadi pergi.

Naeng au hian do manaruhon. Aalai SIM hu ngamate, gabe sundatma. (Semula aku yang diminta mengantar mereka. Namun karena masa berlaku SIM ku sudah habis, jadi tidak jadi kuantar),” ujar Manalu.

Sebelumnya, kecelakaan maut antara bus Intra kontra bus KBT terjadi di depan Polres Sergai dan Kantor DPRD Sergai, Senin (26/1) sekira pukul 16.40 WIB. Empat orang tewas, 18 lainnya luka-luka.

Keempat korban tewas adalah penumpang bus KBT. Tiga diantaranya berstatus ayah, anak, dan cucu yakni Hotman Hutagalung (56), Kocu P. Hutagalung (26), dan Rendy Hutagalung (2). Sedangkan korban tewas lainnya adalah Salman Ritonga (67).(bl/smg/ala)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/