31.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Didalangi Teman Bisnis, Perampokan Dirancang Sebulan

Foto: Rizky/PM Toko Indo Digital Printing yang dirampok kawanan bersajam, Selasa (27/1/2015).
Foto: Rizky/PM
Toko Indo Digital Printing yang dirampok kawanan bersajam, Selasa (27/1/2015).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dalang perampokan Indo Digital Ekpress di Ruko Komplek Sekip Mas Jl. Sekip, Kel. Sei Putih Timur I, Kec. Medan Petisah, akhirnya terkuak. Dia adalah Freddy, warga etnis Tionghoa. Nama Freddy diperoleh dari hasil interogasi 5 dari 7 perampok yang menyekap Ayung dan istrinya.

Dibeber kelima pelaku yang sudah ditangkap, mereka merencanakan aksinya sejak sebulan lalu. Komplotan ini bahkan sampai 4 kali melakukan pertemuan membahas perampokan, yakni di Amplas, Patumbak, Pondok Kelapa dan Ringroad. Awal pertemuan, dimulai dari Freddy yang telah lama mengenal Refli.

Mereka menyusun rencana untuk merampok di rumah pasutri Sui Lui In alias Ayung (45) dan Susanawati (41). Kebetulan, Freddy pernah menawarkan bisnis properti dengan modal Rp800 juta. Keduanya berkenalan di sebuah perkumpulan warga Tionghoa di Medan.

Freddy pun memerintahkan Refli untuk merekrut 5 orang lain untuk memperlancar aksi. Setelah Refli merekrut kelimanya, Freddy melakukan pertemuan dan menyusun rencana. Bahkan telah dibuatnya sketsa dan denah ruko Ayung.

Selanjutnya, Freddy membagi peran. Rendi dan Solihin bertugas mengikat para korban dengan dipersenjatai pisau. Sementara Abdul memantau situasi di luar ruko.

Setelah rencana dirasa matang, pada Selasa (27/1) siang sekira pukul 10.30, mereka beraksi. Abdul dan Muda Bahraen menaiki Vario BK 4340 ADE warna hitam mendatangi ruko Ayung. Disusul Solihin, Rendi dan Refli dengan menaiki becak mesin.

Mereka pun beraksi, namun akhirnya sebagian ditangkap. Yakni Muda Bahraen (37) warga Jl M.A Selatan Sukaramai, Kec. Medan Area; Abdul Mutaleb (38) Dusun Suka Jadi, Desa Lubok Pempek, Aceh Timur; Muh Refli Fernando (23) warga Jl Pertahanan Gg Family, Dusun 6, Kec. Patumbak; Solihin Manyak (35) warga Jl Utama, Simpang Cemara, Kel. Kota Matsum, Kec. Medan Area; Rendi Baru (19) warga Jl Pertahanan Gg Seuwai, Dusun 6, Desa Patumbak, Patumbak. Sementara, Freddy dan Andi masih buron.

Abdul Muthalib dan Bahraen ditangkap di lokasi kejadian. Sejam kemudian Rendi tertangkap di Jl. Orion. Sementara Refli dan Solihin ditembak karena melawan. Solihin sendiri diciduk di depan Yuki Simpang Raya Jl. SM Raja Medan, lalu Refli di kawasan Patumbak.

Foto: Robert/PM Dua pelaku perampokan toko Indo Digital Printing, yang ditembak polisi dirawat di rumah sakit.
Foto: Robert/PM
Dua pelaku perampokan toko Indo Digital Printing, yang ditembak polisi dirawat di rumah sakit.

Ayung, saat ditemui di Polsek Medan Baru mengaku mengenal Freddy di salah satu perkumpulan di Medan. Diaakuinya, sempat menawarkan bisnis property bermodalkan Rp 800 juta pada September 2014 lalu. Namun kesepakatan tersebut batal.

”Saya mengklarifikasi tentang pemberitaan yang mengatakan bahwa Freddy adalah bekas sopir. Dia bukan sopir saya bang. Tapi dia saya kenal di perkumpulan dan sempat menawarkan bisnis. Tapi karena sesuatu hal, kami membatalkan kesepakatan bisnis tersebut. Dia nggak pernah bekerja dengan saya, cuma pernah menawarkan bisnis,” terangnya.

Ayung mengaku sempat mendapatkan penganiayaan dari para pelaku yang memukul perut serta mengiris lehernya dengan pisau saat kemudian diikat. “Perut saya dipukul, dan juga leher saya di iris pakai pisau. Nie masih perih,” ungkap Ayung, lalu pergi.

Panit I Reskrim Polsek Medan Baru, Ipda Arjuna Bangun, ketika dikonfirmasi mengaku mereka masih memburu Freddy dan Andi. Refli dan Solihin yang melakukan perlawanan saat ditangkap terpaksa dihadiahi timah panas polisi.

Selanjutnya, petugas memboyong kedua tersangka yang ditembak ke RS Bhayangkara Polda Sumut Jalan KH Wahid Hasyim Medan. “Lima orang sudah ditangkap bang, dua ditangkap di TKP, 3 lagi di luar TKP ditangkap. Dua orang kami tembak, seorang DPO bernama Freddy, etnis Tionghoa,” jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, saat beraksi, dua pelaku berpura-pura ingin mencetak foto, sedangkan dua lagi membeli buku. Oleh Ayung, pelaku yang ingin cetak foto dibawa ke lantai dua. Sementara sang istri melayani 2 pelaku lainnya di lantai dasar. Sebagai pemantau lokasi, seorang pelaku berbadan gemuk (Abdul) duduk di warung persis samping Indo Digital Ekspress. Sementara 1 lagi menunggu di becak yang diparkirkan beberapa meter dari TKP.

Setelah memastikan situasi aman, pelaku di lantai dasar menodongkan pisau kepada Susanawati dan memaksanya untuk menyerahkan barang-barang berharga. Aksi penodongan juga dialami Ayung di lantai dua. Korban diikat dengan tali nilon lalu disekap. Hanya dalam hitungan menit pelaku berhasil menggondol uang 2000 ringgit Malaysia, serta beberapa perhiasan emas.

Usai memastikan tidak ada barang berharga lain, pelaku pun bergegas pergi. Tapi baru beberapa langkah, mereka dikejutkan teriakan minta tolong dari lantai II, tempat Ayung disekap.

Panik, seorang pelaku kembali mendatangi Susanawati dan menganiaya perempuan itu. Sementara di luar toko, warga yang mendengar teriakan korban telah berkerumun. Melihat reaksi warga, Abdul ketakutan dan langsung berusaha meloloskan diri.

“Saya sempat menahan pelaku (Abdul), karena dia belum bayar roti dan minumannya. Tapi setelah dia beri Rp5.000, saya kembali melepaskannya. Sumpah, waktu kulepaskan, saya tidak tahu kalau pria itu perampok,” ujar Ucok, pemilik warung.

Meski lolos dari pemilik warung, Abdul tetap tertangkap dan dipukuli warga. Seorang lagi tertangkap setelah seorang anggota Brimob yang kebetulan melintas, ikut mengejar.

“Anggota Brimob itu sempat melepaskan tembakan ke udara, karena melihat pelaku melawan dan berusaha melarikan diri. Seorang pelaku lari dari pintu belakang rumah korban dan melompati tembok. Tiga pelaku lainnya nggak tau bagaimana bisa lolos,” ungkap Ucok diamini Juntak (30), warga yang ikut mengamankan pelaku. (mag-2)

Foto: Rizky/PM Toko Indo Digital Printing yang dirampok kawanan bersajam, Selasa (27/1/2015).
Foto: Rizky/PM
Toko Indo Digital Printing yang dirampok kawanan bersajam, Selasa (27/1/2015).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dalang perampokan Indo Digital Ekpress di Ruko Komplek Sekip Mas Jl. Sekip, Kel. Sei Putih Timur I, Kec. Medan Petisah, akhirnya terkuak. Dia adalah Freddy, warga etnis Tionghoa. Nama Freddy diperoleh dari hasil interogasi 5 dari 7 perampok yang menyekap Ayung dan istrinya.

Dibeber kelima pelaku yang sudah ditangkap, mereka merencanakan aksinya sejak sebulan lalu. Komplotan ini bahkan sampai 4 kali melakukan pertemuan membahas perampokan, yakni di Amplas, Patumbak, Pondok Kelapa dan Ringroad. Awal pertemuan, dimulai dari Freddy yang telah lama mengenal Refli.

Mereka menyusun rencana untuk merampok di rumah pasutri Sui Lui In alias Ayung (45) dan Susanawati (41). Kebetulan, Freddy pernah menawarkan bisnis properti dengan modal Rp800 juta. Keduanya berkenalan di sebuah perkumpulan warga Tionghoa di Medan.

Freddy pun memerintahkan Refli untuk merekrut 5 orang lain untuk memperlancar aksi. Setelah Refli merekrut kelimanya, Freddy melakukan pertemuan dan menyusun rencana. Bahkan telah dibuatnya sketsa dan denah ruko Ayung.

Selanjutnya, Freddy membagi peran. Rendi dan Solihin bertugas mengikat para korban dengan dipersenjatai pisau. Sementara Abdul memantau situasi di luar ruko.

Setelah rencana dirasa matang, pada Selasa (27/1) siang sekira pukul 10.30, mereka beraksi. Abdul dan Muda Bahraen menaiki Vario BK 4340 ADE warna hitam mendatangi ruko Ayung. Disusul Solihin, Rendi dan Refli dengan menaiki becak mesin.

Mereka pun beraksi, namun akhirnya sebagian ditangkap. Yakni Muda Bahraen (37) warga Jl M.A Selatan Sukaramai, Kec. Medan Area; Abdul Mutaleb (38) Dusun Suka Jadi, Desa Lubok Pempek, Aceh Timur; Muh Refli Fernando (23) warga Jl Pertahanan Gg Family, Dusun 6, Kec. Patumbak; Solihin Manyak (35) warga Jl Utama, Simpang Cemara, Kel. Kota Matsum, Kec. Medan Area; Rendi Baru (19) warga Jl Pertahanan Gg Seuwai, Dusun 6, Desa Patumbak, Patumbak. Sementara, Freddy dan Andi masih buron.

Abdul Muthalib dan Bahraen ditangkap di lokasi kejadian. Sejam kemudian Rendi tertangkap di Jl. Orion. Sementara Refli dan Solihin ditembak karena melawan. Solihin sendiri diciduk di depan Yuki Simpang Raya Jl. SM Raja Medan, lalu Refli di kawasan Patumbak.

Foto: Robert/PM Dua pelaku perampokan toko Indo Digital Printing, yang ditembak polisi dirawat di rumah sakit.
Foto: Robert/PM
Dua pelaku perampokan toko Indo Digital Printing, yang ditembak polisi dirawat di rumah sakit.

Ayung, saat ditemui di Polsek Medan Baru mengaku mengenal Freddy di salah satu perkumpulan di Medan. Diaakuinya, sempat menawarkan bisnis property bermodalkan Rp 800 juta pada September 2014 lalu. Namun kesepakatan tersebut batal.

”Saya mengklarifikasi tentang pemberitaan yang mengatakan bahwa Freddy adalah bekas sopir. Dia bukan sopir saya bang. Tapi dia saya kenal di perkumpulan dan sempat menawarkan bisnis. Tapi karena sesuatu hal, kami membatalkan kesepakatan bisnis tersebut. Dia nggak pernah bekerja dengan saya, cuma pernah menawarkan bisnis,” terangnya.

Ayung mengaku sempat mendapatkan penganiayaan dari para pelaku yang memukul perut serta mengiris lehernya dengan pisau saat kemudian diikat. “Perut saya dipukul, dan juga leher saya di iris pakai pisau. Nie masih perih,” ungkap Ayung, lalu pergi.

Panit I Reskrim Polsek Medan Baru, Ipda Arjuna Bangun, ketika dikonfirmasi mengaku mereka masih memburu Freddy dan Andi. Refli dan Solihin yang melakukan perlawanan saat ditangkap terpaksa dihadiahi timah panas polisi.

Selanjutnya, petugas memboyong kedua tersangka yang ditembak ke RS Bhayangkara Polda Sumut Jalan KH Wahid Hasyim Medan. “Lima orang sudah ditangkap bang, dua ditangkap di TKP, 3 lagi di luar TKP ditangkap. Dua orang kami tembak, seorang DPO bernama Freddy, etnis Tionghoa,” jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, saat beraksi, dua pelaku berpura-pura ingin mencetak foto, sedangkan dua lagi membeli buku. Oleh Ayung, pelaku yang ingin cetak foto dibawa ke lantai dua. Sementara sang istri melayani 2 pelaku lainnya di lantai dasar. Sebagai pemantau lokasi, seorang pelaku berbadan gemuk (Abdul) duduk di warung persis samping Indo Digital Ekspress. Sementara 1 lagi menunggu di becak yang diparkirkan beberapa meter dari TKP.

Setelah memastikan situasi aman, pelaku di lantai dasar menodongkan pisau kepada Susanawati dan memaksanya untuk menyerahkan barang-barang berharga. Aksi penodongan juga dialami Ayung di lantai dua. Korban diikat dengan tali nilon lalu disekap. Hanya dalam hitungan menit pelaku berhasil menggondol uang 2000 ringgit Malaysia, serta beberapa perhiasan emas.

Usai memastikan tidak ada barang berharga lain, pelaku pun bergegas pergi. Tapi baru beberapa langkah, mereka dikejutkan teriakan minta tolong dari lantai II, tempat Ayung disekap.

Panik, seorang pelaku kembali mendatangi Susanawati dan menganiaya perempuan itu. Sementara di luar toko, warga yang mendengar teriakan korban telah berkerumun. Melihat reaksi warga, Abdul ketakutan dan langsung berusaha meloloskan diri.

“Saya sempat menahan pelaku (Abdul), karena dia belum bayar roti dan minumannya. Tapi setelah dia beri Rp5.000, saya kembali melepaskannya. Sumpah, waktu kulepaskan, saya tidak tahu kalau pria itu perampok,” ujar Ucok, pemilik warung.

Meski lolos dari pemilik warung, Abdul tetap tertangkap dan dipukuli warga. Seorang lagi tertangkap setelah seorang anggota Brimob yang kebetulan melintas, ikut mengejar.

“Anggota Brimob itu sempat melepaskan tembakan ke udara, karena melihat pelaku melawan dan berusaha melarikan diri. Seorang pelaku lari dari pintu belakang rumah korban dan melompati tembok. Tiga pelaku lainnya nggak tau bagaimana bisa lolos,” ungkap Ucok diamini Juntak (30), warga yang ikut mengamankan pelaku. (mag-2)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/