30 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Raja Salman Cium Bendera Editan

Foto editan yang merekayasa Raja Salman seolah-olah mencium bendera USA.

SUMUTPOS.CO – Sebuah kolase foto yang sangat provokatif beredar di sejumlah akun media sosial beberapa hari ini. Kolase itu memuat foto Presiden Jokowi, Ketua Umum Banser Yaqut Cholil Qoumas, dan Raja Salman. Tidak ada masalah sebenarnya dengan kolase foto tersebut jika foto Raja Salman tidak direkayasa.

Foto raja Arab Saudi itu diedit seolah sedang mencium kain bercorak bendera Amerika Serikat oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Di bawahnya, ada tulisan: ’’Yang anti Pak Jokowi, anti Ansor Banser, itulah antek Israel musuh Islam sebenarnya’’.

Belakangan, gambar tersebut diketahui hasil editan sebuah foto ketika Raja Salman menghadiri perayaan Ardha. Tarian pedang tradisional yang menjadi bagian dari Janadriyah National Heritage and Culture Festival. Foto itu diberi watermark Saudi Press Agency (SPA). Lalu, foto tersebut digunakan sejumlah media di Arab Saudi yang menurunkan tulisan tentang perayaan Ardha.

Foto Raja Salman yang diedit plek dengan jepretan SPA. Hanya, dalam jepretan SPA itu, Raja Salman mencium bendera warna hijau (seperti bendera Arab Saudi). Sebaliknya, di foto editan, Raja Salman mencium bendera seperti corak bendera AS.

Data EXIF foto Raja Salman mencium bendera AS sudah tidak terbaca. Jejak foto itu juga tidak ada di sejumlah mesin pencarian. Artinya, memang tidak ada foto asli yang menampakkan Raja Salman mencium bendera Amerika Serikat.

Dosen Universitas Bina Nusantara Abdul Aziz menyatakan, keaslian foto bisa dilihat melalui digital forensic. Namun, jika dilihat secara kasatmata, dua foto tersebut sudah bisa dibandingkan. Pertama, objek dua foto itu sama persis. ’’Hanya, foto yang mencium kain seperti bendera AS itu telah didistorsi. Jadi, kelihatannya agak beda,’’ jelas alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta tersebut.

Menurut Aziz, foto Raja Salman yang mencium kain mirip bendera Amerika Serikat tidak bisa lagi disebut karya fotografi. Sebab, di dalamnya sudah diberi teks. ’’Jadi, memang sengaja diedit,’’ ujarnya.

Sementara itu, pakar telematika Abimanyu Wahjoehidajat menjelaskan bahwa sebuah foto yang diedit bisa terlihat dalam banyak hal. ’’Bisa terlihat dari perbedaan suatu objek dengan sekitarnya. Misalnya, dalam intensitas warna, pencahayaan, ketajaman dan kedalaman pikselasi, color tone, color temperature, shadow, deep of field, logika, komposisi, dan lainnya,’’ paparnya. (gun/eko/c14/fat/jpg)

Foto editan yang merekayasa Raja Salman seolah-olah mencium bendera USA.

SUMUTPOS.CO – Sebuah kolase foto yang sangat provokatif beredar di sejumlah akun media sosial beberapa hari ini. Kolase itu memuat foto Presiden Jokowi, Ketua Umum Banser Yaqut Cholil Qoumas, dan Raja Salman. Tidak ada masalah sebenarnya dengan kolase foto tersebut jika foto Raja Salman tidak direkayasa.

Foto raja Arab Saudi itu diedit seolah sedang mencium kain bercorak bendera Amerika Serikat oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Di bawahnya, ada tulisan: ’’Yang anti Pak Jokowi, anti Ansor Banser, itulah antek Israel musuh Islam sebenarnya’’.

Belakangan, gambar tersebut diketahui hasil editan sebuah foto ketika Raja Salman menghadiri perayaan Ardha. Tarian pedang tradisional yang menjadi bagian dari Janadriyah National Heritage and Culture Festival. Foto itu diberi watermark Saudi Press Agency (SPA). Lalu, foto tersebut digunakan sejumlah media di Arab Saudi yang menurunkan tulisan tentang perayaan Ardha.

Foto Raja Salman yang diedit plek dengan jepretan SPA. Hanya, dalam jepretan SPA itu, Raja Salman mencium bendera warna hijau (seperti bendera Arab Saudi). Sebaliknya, di foto editan, Raja Salman mencium bendera seperti corak bendera AS.

Data EXIF foto Raja Salman mencium bendera AS sudah tidak terbaca. Jejak foto itu juga tidak ada di sejumlah mesin pencarian. Artinya, memang tidak ada foto asli yang menampakkan Raja Salman mencium bendera Amerika Serikat.

Dosen Universitas Bina Nusantara Abdul Aziz menyatakan, keaslian foto bisa dilihat melalui digital forensic. Namun, jika dilihat secara kasatmata, dua foto tersebut sudah bisa dibandingkan. Pertama, objek dua foto itu sama persis. ’’Hanya, foto yang mencium kain seperti bendera AS itu telah didistorsi. Jadi, kelihatannya agak beda,’’ jelas alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta tersebut.

Menurut Aziz, foto Raja Salman yang mencium kain mirip bendera Amerika Serikat tidak bisa lagi disebut karya fotografi. Sebab, di dalamnya sudah diberi teks. ’’Jadi, memang sengaja diedit,’’ ujarnya.

Sementara itu, pakar telematika Abimanyu Wahjoehidajat menjelaskan bahwa sebuah foto yang diedit bisa terlihat dalam banyak hal. ’’Bisa terlihat dari perbedaan suatu objek dengan sekitarnya. Misalnya, dalam intensitas warna, pencahayaan, ketajaman dan kedalaman pikselasi, color tone, color temperature, shadow, deep of field, logika, komposisi, dan lainnya,’’ paparnya. (gun/eko/c14/fat/jpg)

Artikel Terkait

Undangan Nobar Palsu dari Panglima TNI

Kabar Permen Susu PCC yang Meresahkan

Gunung Soputan kok Dibilang Gunung Agung

Terpopuler

Artikel Terbaru

/