27 C
Medan
Monday, December 2, 2024
spot_img

Pagelaran Danau Toba akan Lebih Profesional Ditangani Swasta

Pesta Danau Toba atau yang biasanya disingkat dengan nama PDT merupakan pesta rakyat yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi Sumatera Utara dan beberapa Kabupaten yang dekat dengan kawasan Danau Toba. PDT dilakukan tak lain untuk menarik wisatawan asing maupun lokal berkunjung ke tempat wisata tersebut. Pesta yang sudah menjadi agenda tahunan, sejak tahun 1980 ternyata belum mampu meningkatkan jumlah wisatawan ke danau vulkanik terbesar di dunia ini. Bahkan, masyarakat Sumatera Utara pada umumnya sudah sangat pesimis dengan penyelenggaraan PDT dan menganggapnya bahwa pesta ini sebagai ajang untuk menghabiskan anggaran yang sudah disiapkan, atau dengan kata lain gagal total.

Konon katanya, kedatangan wisatawan ke kawasan pada umumnya bukan karena adanya pesta Danau Toba, melainkan karena Danau Toba yang sudah terkenal di mancanegara, dan menjadi tujuan utama bagi siapa saja yang berkunjung ke Sumatera Utara.

Untuk mengembalikan dan memanfaatkan potensi Danau Toba, akhirnya penyelenggaran even tahunan ini diambil oleh dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif hingga 5 tahun mendatang. Tak pelak, nama Pesta danau Toba, menjadi Festival Danau Toba. Bukan hanya itu, manajemen dalam acara juga dirombak seutuhnya, dimana dalam Festival danau Toba bukan hanya akan menampilkan acara budaya, tetapi juga olahraga. Nah bagaimana pengusaha Travel, seperti Ben Sukma selaku pemilik Sukma Travel melihat kondisi tersebut. Berikut wawancaranya dengan wartawan Sumut Pos, Juli Ramadhani Rambe.

Bagaimana pendapat Anda tentang Danau Toba?

Potensi wisata yang mungkin sengaja dilupakan. Maksudnya begini, pemerintah dan masyarakat sekitar mengetahui bahwa Danau Toba adalah suatu tempat yang akan membuat semua orang yang datang kesana mengungkapkan kekagumannya. Tetapi, walaupun begitu, tidak ada yang memanfaatkannya, jangankan maksimal, sedikitpun tidak ada. Ini yang paling disayangkan. Daerah yang seharusnya dapat menghasilkan uang hingga ratusan juta, kini hanya mampu menghasilkan puluhan juta saja.

Mengapa Anda menganggap ini dilupakan?

Karena jauh, dan tidak ada yang peduli. Masyarakat setempat hanya memikirkan bagaimana cara menghasilkan uang. Tapi, tidak belajar untuk memberikan fasilitas. Sedangkan pemerintah hanya memikirkan bagaimana anggaran untuk membangun kawasan tersebut. Jadi, tidak heran bila data yang kita miliki, pengunjung Danau Toba terus mengalami penurunan, bukan kenaikan seperti yang kita harapkan.

Selaku pengusaha yang bergerak di bidang agen perjalanan, menurut Anda apakah penjualan paket ke Danau Toba ini diminati?

Banyak, kalau untuk wisman (wisatawan mancanegara) dari Malaysia dan Singapura. Kalau dari yang Eropa sedikit kurang diminati. Kalau dari Malaysia dan Singapura, itu dipaketkan bersama untuk mengunjungi kawasan daerah wisata yang lain, seperti Berastagi, Bukit Lawang, dan lainnya. Karena begitu banyaknya yang harus dikunjungi, akhirnya yang ke Danau Toba itu hanya 1 hari, jelas tidak memuaskan para wisman. Ini pula yang membuat para wisman asal Eropa dan Amerika tidak terlalu antusias dengan paket yang kita jual, karena menurut mereka terlalu singkat. Bagi para bule ke Danau Toba itu minimal 1 minggu.

Walaupun sudah ada PDT, tetap tidak meningkatkan pengunjung?

Kalau saya bisa katakan, PDT itu berhasil, tetapi sebagai pesta rakyat. Karena banyak masyarakat sekitar seperti dari Siantar,Tarutung, dan lainnya hadir dalam PDT. Tapi, kalau untuk mendatangkan wisatawan sama sekali gagal. Begini, data yang saya miliki, pada tahun 2012 yang lalu, wisatawan yang datang ke Sumut itu hanya 200 ribu orang. Dan yang ke Danau Toba hanya 30 persen dari jumlah tersebut yang berarti hanya sekitar 90 ribu orang.

Menurut Anda, apa yang menjadi penyebab kegagalan tersebut?

Banyak, tetapi pada umumnya karena tidak adanya komitmen untuk menyelenggarakan acara ini. Saya misalkan, kapan penyelenggaraan PDT?, jawabannya hanya siapa yang menjadi ketua panitia yang tahu. Kedua, apa saja acara?, jawabannya lihat saja nanti. Ketiga, bagaimana kemasannya?, menarik karena itu jangan lupa datang. Menarik itu seperti apa?, apa bisa kita katakan menarik tetapi tidak ada contohnya.

Bagaimana pendapat Anda tentang FDT?

Tergantung kemasan dan niatnya seperti apa. Kalau niatnya hanya untuk mendatangkan turis lokal, jelas ini akan berhasil. Tetapi, kalau mau mendatangkan wisatawan asing, kita lihat dulu. Karena ini untuk yang pertama kali. Saya maksudkan begini, gagalnya acara PDT pun tetap adanya pengunjung Danau Toba. Jadi, walaupun acara ini gagal, akan tetap ada pengunjung Danau Toba. Kenapa? karena ini Danau Toba yang sudah terkenal ke dunia tanpa biaya, hanya menggunakan promosi dari mulut ke mulut.

Kabarnya, akan ada beberapa acara menarik yang akan diselenggarakan?

Yang saya ketahui, semua acara yang akan diselengarakan saat ini sama seperti yang dulu-dulu. Misalnya, renang menggelilingi Danau Toba, dulu juga sudah ada lomba renang, tepatnya dari Samosir ke Prapat. Kemudian, dulu juga sudah pernah dilakukan Paralayang, serta Solu Bolon, juga sudah pernah dilakukan kok. Makanya, sekarang bagaimana kemasannya, apakah dimanajemeni secara profesional, atau hanya ala kadarnya.

Nah, bila untuk mendatangkan wisatawan ke kawasan ini, sepertinya ada yang terlupakan. Misalnya, promosi FDT ini seharusnya dilakukan di Danau toba atau keluar negeri sekalian. Kalau dilakukan di Jakarta, sama saja ini untuk orang Batak yang mau pulang kampung, dan singgah ke Danau Toba untuk melepas penat. Kalau untuk pulang kampung, berarti ada kemungkinan dia akan datang lagi ke Danau Toba 3 atau 5 tahun kemudian.

Kendala lain menurut Anda?

Infrastruktur yang tidak baik. Pada umumnya, jalan menuju ke Danau Toba atau Prapat itu bisa memakan waktu hingga 5 jam. Walaupun saat ini sudah ada bandara, bukan berarti mempermudah, karena minimal harus menempuh 2 jam lagi untuk mencapai Danau Toba. Hal lain, masyarakat yang sampai saat ini belum sadar pariwisata. Saya misalkan, begitu mendengar logat yang berbeda, harga langsung dinaikkan. Bukan hanya itu, saat membeli buah tangan, hasilnya sangat mengecewakan.

Kalau terkait dengan PDT, masalahnya adalah di penginapan, apalagi saat hari pertama yang pada umumnya ramai pengunjung. Tetapi, begitu memasuki hari kedua dan ketiga, pesta danau toba sudah mulai ditinggalkan. Karena, para pejabatnya sudah pada berpulanggan. Sehingga, kamar yang diisi oleh keluarganya menjadi kosong.

Selain pemandangan, apalagi potensi dari Danau Toba?

Banyak sekali, walaupun yang memang paling menarik adalah pemandangannya. Suhu udara di kawasan Danau Toba masih sejuk, dengan pemandangan yang masih asri. Selain itu, kalau buah yang menjadi ciri khas kawasan tersebut. Yaitu, mangga Prapat. Walaupun saat ini sudah ada banyak beredar di Medan.

Menurut Anda, apa yang harus dilakukan untuk FDT sehingga kegagalan PDT tidak terulang lagi?

Satu, lakukan kerjasama dengan pihak penyelenggara perjalanan. Karena pihak travel yang berhubungan langsung dengan pengunjung. Jadi, bila pihak travel dibekali dengan informasi tentang FDT, maka akan lebih mudah untuk memberikan informasi juga kepada para pengunjung yang akan melakukan perjalanan ke kawasan wisata tersebut. Kedua, lakukan promosi seluas-luasnya, bila memungkinkan jangan di Indonesia, untuk mengejar wisatawan asing. Ketiga, pelaksanaan festival ini usahakan berikan ke pihak swasta agar lebih profesional, karena kalau pemerintah, ujung-ujungnya bagaimana agar dapat menghabiskan anggaran.

Kalau FDT berhasil, apakah memungkinkan untuk lebih mendatangkan wisatawan lebih banyak lagi?

Kenapa tidak?, PDT gagal saja masih ada dan termasuk banyak yang datang ke Danau Toba. Apalagi bila FDT berhasil, ya jelas akan meningkatkan kunjungan, baik lokal maupun yang internasional. Tapi kalau untuk wisman jelas belum tentu dalam waktu dekat. Masih membutuhkan waktu lah. (*)

Pesta Danau Toba atau yang biasanya disingkat dengan nama PDT merupakan pesta rakyat yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi Sumatera Utara dan beberapa Kabupaten yang dekat dengan kawasan Danau Toba. PDT dilakukan tak lain untuk menarik wisatawan asing maupun lokal berkunjung ke tempat wisata tersebut. Pesta yang sudah menjadi agenda tahunan, sejak tahun 1980 ternyata belum mampu meningkatkan jumlah wisatawan ke danau vulkanik terbesar di dunia ini. Bahkan, masyarakat Sumatera Utara pada umumnya sudah sangat pesimis dengan penyelenggaraan PDT dan menganggapnya bahwa pesta ini sebagai ajang untuk menghabiskan anggaran yang sudah disiapkan, atau dengan kata lain gagal total.

Konon katanya, kedatangan wisatawan ke kawasan pada umumnya bukan karena adanya pesta Danau Toba, melainkan karena Danau Toba yang sudah terkenal di mancanegara, dan menjadi tujuan utama bagi siapa saja yang berkunjung ke Sumatera Utara.

Untuk mengembalikan dan memanfaatkan potensi Danau Toba, akhirnya penyelenggaran even tahunan ini diambil oleh dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif hingga 5 tahun mendatang. Tak pelak, nama Pesta danau Toba, menjadi Festival Danau Toba. Bukan hanya itu, manajemen dalam acara juga dirombak seutuhnya, dimana dalam Festival danau Toba bukan hanya akan menampilkan acara budaya, tetapi juga olahraga. Nah bagaimana pengusaha Travel, seperti Ben Sukma selaku pemilik Sukma Travel melihat kondisi tersebut. Berikut wawancaranya dengan wartawan Sumut Pos, Juli Ramadhani Rambe.

Bagaimana pendapat Anda tentang Danau Toba?

Potensi wisata yang mungkin sengaja dilupakan. Maksudnya begini, pemerintah dan masyarakat sekitar mengetahui bahwa Danau Toba adalah suatu tempat yang akan membuat semua orang yang datang kesana mengungkapkan kekagumannya. Tetapi, walaupun begitu, tidak ada yang memanfaatkannya, jangankan maksimal, sedikitpun tidak ada. Ini yang paling disayangkan. Daerah yang seharusnya dapat menghasilkan uang hingga ratusan juta, kini hanya mampu menghasilkan puluhan juta saja.

Mengapa Anda menganggap ini dilupakan?

Karena jauh, dan tidak ada yang peduli. Masyarakat setempat hanya memikirkan bagaimana cara menghasilkan uang. Tapi, tidak belajar untuk memberikan fasilitas. Sedangkan pemerintah hanya memikirkan bagaimana anggaran untuk membangun kawasan tersebut. Jadi, tidak heran bila data yang kita miliki, pengunjung Danau Toba terus mengalami penurunan, bukan kenaikan seperti yang kita harapkan.

Selaku pengusaha yang bergerak di bidang agen perjalanan, menurut Anda apakah penjualan paket ke Danau Toba ini diminati?

Banyak, kalau untuk wisman (wisatawan mancanegara) dari Malaysia dan Singapura. Kalau dari yang Eropa sedikit kurang diminati. Kalau dari Malaysia dan Singapura, itu dipaketkan bersama untuk mengunjungi kawasan daerah wisata yang lain, seperti Berastagi, Bukit Lawang, dan lainnya. Karena begitu banyaknya yang harus dikunjungi, akhirnya yang ke Danau Toba itu hanya 1 hari, jelas tidak memuaskan para wisman. Ini pula yang membuat para wisman asal Eropa dan Amerika tidak terlalu antusias dengan paket yang kita jual, karena menurut mereka terlalu singkat. Bagi para bule ke Danau Toba itu minimal 1 minggu.

Walaupun sudah ada PDT, tetap tidak meningkatkan pengunjung?

Kalau saya bisa katakan, PDT itu berhasil, tetapi sebagai pesta rakyat. Karena banyak masyarakat sekitar seperti dari Siantar,Tarutung, dan lainnya hadir dalam PDT. Tapi, kalau untuk mendatangkan wisatawan sama sekali gagal. Begini, data yang saya miliki, pada tahun 2012 yang lalu, wisatawan yang datang ke Sumut itu hanya 200 ribu orang. Dan yang ke Danau Toba hanya 30 persen dari jumlah tersebut yang berarti hanya sekitar 90 ribu orang.

Menurut Anda, apa yang menjadi penyebab kegagalan tersebut?

Banyak, tetapi pada umumnya karena tidak adanya komitmen untuk menyelenggarakan acara ini. Saya misalkan, kapan penyelenggaraan PDT?, jawabannya hanya siapa yang menjadi ketua panitia yang tahu. Kedua, apa saja acara?, jawabannya lihat saja nanti. Ketiga, bagaimana kemasannya?, menarik karena itu jangan lupa datang. Menarik itu seperti apa?, apa bisa kita katakan menarik tetapi tidak ada contohnya.

Bagaimana pendapat Anda tentang FDT?

Tergantung kemasan dan niatnya seperti apa. Kalau niatnya hanya untuk mendatangkan turis lokal, jelas ini akan berhasil. Tetapi, kalau mau mendatangkan wisatawan asing, kita lihat dulu. Karena ini untuk yang pertama kali. Saya maksudkan begini, gagalnya acara PDT pun tetap adanya pengunjung Danau Toba. Jadi, walaupun acara ini gagal, akan tetap ada pengunjung Danau Toba. Kenapa? karena ini Danau Toba yang sudah terkenal ke dunia tanpa biaya, hanya menggunakan promosi dari mulut ke mulut.

Kabarnya, akan ada beberapa acara menarik yang akan diselenggarakan?

Yang saya ketahui, semua acara yang akan diselengarakan saat ini sama seperti yang dulu-dulu. Misalnya, renang menggelilingi Danau Toba, dulu juga sudah ada lomba renang, tepatnya dari Samosir ke Prapat. Kemudian, dulu juga sudah pernah dilakukan Paralayang, serta Solu Bolon, juga sudah pernah dilakukan kok. Makanya, sekarang bagaimana kemasannya, apakah dimanajemeni secara profesional, atau hanya ala kadarnya.

Nah, bila untuk mendatangkan wisatawan ke kawasan ini, sepertinya ada yang terlupakan. Misalnya, promosi FDT ini seharusnya dilakukan di Danau toba atau keluar negeri sekalian. Kalau dilakukan di Jakarta, sama saja ini untuk orang Batak yang mau pulang kampung, dan singgah ke Danau Toba untuk melepas penat. Kalau untuk pulang kampung, berarti ada kemungkinan dia akan datang lagi ke Danau Toba 3 atau 5 tahun kemudian.

Kendala lain menurut Anda?

Infrastruktur yang tidak baik. Pada umumnya, jalan menuju ke Danau Toba atau Prapat itu bisa memakan waktu hingga 5 jam. Walaupun saat ini sudah ada bandara, bukan berarti mempermudah, karena minimal harus menempuh 2 jam lagi untuk mencapai Danau Toba. Hal lain, masyarakat yang sampai saat ini belum sadar pariwisata. Saya misalkan, begitu mendengar logat yang berbeda, harga langsung dinaikkan. Bukan hanya itu, saat membeli buah tangan, hasilnya sangat mengecewakan.

Kalau terkait dengan PDT, masalahnya adalah di penginapan, apalagi saat hari pertama yang pada umumnya ramai pengunjung. Tetapi, begitu memasuki hari kedua dan ketiga, pesta danau toba sudah mulai ditinggalkan. Karena, para pejabatnya sudah pada berpulanggan. Sehingga, kamar yang diisi oleh keluarganya menjadi kosong.

Selain pemandangan, apalagi potensi dari Danau Toba?

Banyak sekali, walaupun yang memang paling menarik adalah pemandangannya. Suhu udara di kawasan Danau Toba masih sejuk, dengan pemandangan yang masih asri. Selain itu, kalau buah yang menjadi ciri khas kawasan tersebut. Yaitu, mangga Prapat. Walaupun saat ini sudah ada banyak beredar di Medan.

Menurut Anda, apa yang harus dilakukan untuk FDT sehingga kegagalan PDT tidak terulang lagi?

Satu, lakukan kerjasama dengan pihak penyelenggara perjalanan. Karena pihak travel yang berhubungan langsung dengan pengunjung. Jadi, bila pihak travel dibekali dengan informasi tentang FDT, maka akan lebih mudah untuk memberikan informasi juga kepada para pengunjung yang akan melakukan perjalanan ke kawasan wisata tersebut. Kedua, lakukan promosi seluas-luasnya, bila memungkinkan jangan di Indonesia, untuk mengejar wisatawan asing. Ketiga, pelaksanaan festival ini usahakan berikan ke pihak swasta agar lebih profesional, karena kalau pemerintah, ujung-ujungnya bagaimana agar dapat menghabiskan anggaran.

Kalau FDT berhasil, apakah memungkinkan untuk lebih mendatangkan wisatawan lebih banyak lagi?

Kenapa tidak?, PDT gagal saja masih ada dan termasuk banyak yang datang ke Danau Toba. Apalagi bila FDT berhasil, ya jelas akan meningkatkan kunjungan, baik lokal maupun yang internasional. Tapi kalau untuk wisman jelas belum tentu dalam waktu dekat. Masih membutuhkan waktu lah. (*)

Artikel Terkait

Bubarkan Pengurus Lama

Ada Sindikat di Hutan Mangrove

Selesaikan Konflik SMPN 14

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/