25 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Tulisan di Museum, Tulisan di Toilet

***
Karena sekolahnya di pantai timur, mendaratnya di New York dulu. Saya berangkat beberapa hari sebelum kelas dimulai, supaya sempat jalan-jalan dulu di The Big Apple.

Maaf, bukan ’’jalan-jalan’’. Maksud saya ’’belajar informal’’. Bersama keluarga.

Karena untuk kali kesekian ke New York, saya selalu menyempatkan diri mampir ke tempat favorit saya di kota ini: American Museum of Natural History.

Ya, museum.

Maklum, saya kan kutu buku dari dulu.

Saya sudah menyukai tempat ini sejak sebelum dipopulerkan oleh film komedi Night at the Museum yang dibintangi Ben Stiller dan mendiang Robin Williams.

Sejak kali pertama ke sana belasan tahun lalu, tidak banyak yang berubah di museum yang dicanangkan Theodore ’’Teddy’’ Roosevelt, mantan presiden Amerika yang juga mantan gubernur New York, itu. Tapi, karena saking besarnya, dan karena selalu terbatasi oleh waktu, dari dulu selalu tidak pernah bisa menikmati semua isinya.

Yang wajib dilihat ya fosil-fosil dinosaurus di lantai 4 museum, khususnya favorit saya Stegosaurus. Walau mungkin kebanyakan paling suka fosil T-Rex. Kebetulan tahun ini ada yang baru: Fosil raksasa Titanosaurus dari Argentina yang panjangnya sampai 37 meter. Saking panjangnya, kepalanya harus menjulur sampai ke luar ruang display. Sebagai perbandingan, T-Rex yang dipajang di museum itu panjangnya ’’hanya’’ 12 meter!
Favorit saya yang lain: Replika life size Paus Biru yang menggantung di lantai paling bawah. Panjangnya hampir 30 meter.

Tahun ini, karena anak laki-laki saya sedang suka dengan dunia luar angkasa, akhirnya saya sempat juga masuk dan menikmati show di dalam planetariumnya.

Bagian lain yang paling berkesan? Tulisan pesan dari Roosevelt, yang terpampang di dinding besar di lobi utama, di atas barisan loket (ada harga tiket masuk yang dianjurkan, tapi sifatnya sukarela, jadi boleh memberikan semampunya).

Pesan itu agak panjang, dan sangat spesifik. Bukan dipajang pakai digital print, melainkan seperti dipahat di dindingnya. Saya memotretnya di HP saya (tentu saja!), dan selalu membacanya lagi dan membacanya lagi dan membacanya lagi.

Tulisan itu berjudul ’’Youth’’, disampaikan untuk orang muda yang datang ke sana, dan diharapkan mendapat inspirasi. Terjemahannya kira-kira begini:
’’Saya ingin melihat kalian yang muda berkemauan. Saya ingin melihat kalian berani dan jantan, dan saya ingin melihat kalian ramah dan berbudi bahasa.

Jadi orang yang praktis sekaligus dermawan dalam menjaga idealisme, selalu menatap bintang-bintang di langit sambil selalu menjejakkan kaki di bumi.

Keberanian, kerja keras, kendali diri, dan upaya yang pintar, semua itu sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan hidup.

Dan untuk jangka panjang, karakter adalah faktor penentu dalam hidup seorang individu dan bangsa.’’
Bagus sekali, bukan?

***
Karena sekolahnya di pantai timur, mendaratnya di New York dulu. Saya berangkat beberapa hari sebelum kelas dimulai, supaya sempat jalan-jalan dulu di The Big Apple.

Maaf, bukan ’’jalan-jalan’’. Maksud saya ’’belajar informal’’. Bersama keluarga.

Karena untuk kali kesekian ke New York, saya selalu menyempatkan diri mampir ke tempat favorit saya di kota ini: American Museum of Natural History.

Ya, museum.

Maklum, saya kan kutu buku dari dulu.

Saya sudah menyukai tempat ini sejak sebelum dipopulerkan oleh film komedi Night at the Museum yang dibintangi Ben Stiller dan mendiang Robin Williams.

Sejak kali pertama ke sana belasan tahun lalu, tidak banyak yang berubah di museum yang dicanangkan Theodore ’’Teddy’’ Roosevelt, mantan presiden Amerika yang juga mantan gubernur New York, itu. Tapi, karena saking besarnya, dan karena selalu terbatasi oleh waktu, dari dulu selalu tidak pernah bisa menikmati semua isinya.

Yang wajib dilihat ya fosil-fosil dinosaurus di lantai 4 museum, khususnya favorit saya Stegosaurus. Walau mungkin kebanyakan paling suka fosil T-Rex. Kebetulan tahun ini ada yang baru: Fosil raksasa Titanosaurus dari Argentina yang panjangnya sampai 37 meter. Saking panjangnya, kepalanya harus menjulur sampai ke luar ruang display. Sebagai perbandingan, T-Rex yang dipajang di museum itu panjangnya ’’hanya’’ 12 meter!
Favorit saya yang lain: Replika life size Paus Biru yang menggantung di lantai paling bawah. Panjangnya hampir 30 meter.

Tahun ini, karena anak laki-laki saya sedang suka dengan dunia luar angkasa, akhirnya saya sempat juga masuk dan menikmati show di dalam planetariumnya.

Bagian lain yang paling berkesan? Tulisan pesan dari Roosevelt, yang terpampang di dinding besar di lobi utama, di atas barisan loket (ada harga tiket masuk yang dianjurkan, tapi sifatnya sukarela, jadi boleh memberikan semampunya).

Pesan itu agak panjang, dan sangat spesifik. Bukan dipajang pakai digital print, melainkan seperti dipahat di dindingnya. Saya memotretnya di HP saya (tentu saja!), dan selalu membacanya lagi dan membacanya lagi dan membacanya lagi.

Tulisan itu berjudul ’’Youth’’, disampaikan untuk orang muda yang datang ke sana, dan diharapkan mendapat inspirasi. Terjemahannya kira-kira begini:
’’Saya ingin melihat kalian yang muda berkemauan. Saya ingin melihat kalian berani dan jantan, dan saya ingin melihat kalian ramah dan berbudi bahasa.

Jadi orang yang praktis sekaligus dermawan dalam menjaga idealisme, selalu menatap bintang-bintang di langit sambil selalu menjejakkan kaki di bumi.

Keberanian, kerja keras, kendali diri, dan upaya yang pintar, semua itu sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan hidup.

Dan untuk jangka panjang, karakter adalah faktor penentu dalam hidup seorang individu dan bangsa.’’
Bagus sekali, bukan?

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/