TULISAN ini mungkin cocok untuk yang masih single, dan yang belum pernah menikah (karena duda dan janda single juga, bukan?). Bagi yang lain, silakan membaca sebagai hiburan.
***
Ini tanda-tanda bahwa saya memang mulai tua: Makin lama saya makin sering diundang untuk jadi pembicara dalam seminar atau kuliah umum, menceritakan kisah ”sukses” atau perjalanan karir/hidup.
Karena memang bukan dosen, dan pada dasarnya lebih suka ”do show” daripada ”talk show”, saya sangat membatasi persetujuan untuk memenuhi permintaan-permintaan tersebut.
Kalaupun menerima, yang paling saya suka kalau bicara di depan anak-anak SMA atau pelajar perguruan tinggi (saya tetap keberatan memakai istilah mahasiswa, baca Happy Wednesday 8).
Mungkin supaya saya merasa fresh lagi dekat anak-anak muda. Walau mungkin sebenarnya saya bisa merasa semakin tua ketika dekat dengan mereka!
Ketika bicara, saya biasanya mengingatkan bahwa saya ini belum sukses. Karena menurut saya, orang itu baru bisa dinilai sukses kalau hidupnya sudah selesai (the end), dan dia meninggalkan impact yang dikenang dan bermanfaat untuk banyak orang.
Selama belum the end, walau dianggap banyak orang berhasil, tetap saja kita bisa ”terpeleset” dan meninggalkan kesan buruk sebelum benar-benar the end.
Bill Cosby saja selama puluhan tahun dianggap menginspirasi banyak orang, eh di usia hampir 80 malah harus bersiap menghadapi persidangan karena selama puluhan tahun pula dianggap memperdaya banyak perempuan!
Jadi, hidup kita belum benar-benar sukses sampai benar-benar the end.
Dan ketika bicara dengan anak-anak muda itu, saya sering menutupnya dengan dua pertanyaan ini: Siapa yang di sini bekerja sambil sekolah atau kuliah? Siapa yang di sini pernah atau sedang pacaran?
Biasanya yang mendengar tertawa, khususnya setelah pertanyaan yang kedua. Padahal, menurut saya, dua pertanyaan itu sangat, sangat, sangat penting. Lebih penting daripada: Berapa nilai Anda di sekolah?
Ini serius.
Saya agak sedih, karena untuk pertanyaan yang pertama (soal bekerja saat sekolah/kuliah), biasanya yang mengacungkan tangan tidak sampai separo.
Sebagai orang yang pernah bekerja mencuci piring, mengepel lantai, menjadi pelayan, dan menjadi barista saat kuliah, saya benar-benar merasakan manfaat bekerja.
Klise: Bukan karena duitnya, tapi karena pengalamannya. Segala teori di sekolah/universitas tidak ada gunanya kalau tidak pernah dipraktikkan dan dirasakan.
Belajar bagaimana menghadapi konsumen tidak ada gunanya kalau tidak pernah benar-benar menghadapi konsumen.
Dan ada banyak sekali pelajaran yang tidak ada di sekolah. Misalnya bagaimana menyiasati bos. Atau mendapatkan kencan atau bahkan pacar saat bekerja itu (kan konsumen manusia juga, dan banyak yang menarik, he he he…).
Ini nyambung ke pertanyaan kedua.