30 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Sulitnya Bertahan

Menurut olahraga catur, menyerang adalah pertahanan terbaik. Dengan kata lain, ketika kita terus menyerang maka secara otomatis membuat lawan sulit menyerang. Jadi, serangan yang kita buat adalah pertahanan juga bukan?

Tapi, soal bertahan yang baik di catur tentunya berbeda dengan sepakbola. Pasalnya, jika terus bertahan kapan kita bisa membuat gol. Memang, Italia cukup berhasil memiliki strategi bertahan yang yahud. Dia mengandalkan kecepatan serangan balik ketika lawan sedang asyik menyerang. Bahkan, strategi Italia itu sempat mendapat cibiran sebagai sepakbola negatif. Negeri Pizza tak peduli, mereka tetap menggunakan strategi itu. Hasilnya, beberapa trofi Piala Dunia dan Piala Eropa pun berhasil mereka bawa pulang.

Begitulah, soal bertahan memang memiliki kelebihan dan kekurangan. Maksud catatan ini sejatinya bukan ke arah itu. Ini lebih mengarah pada bagaimana kita mempertahankan prestasi. Tentu hal ini terkait dengan Olimpiade London 2012 yang masih digelar.

Seperti diberitakan, tradisi meraih medali emas di cabang bulutangkis selama ini telah lenyap. Tidak ada lagi pendekar beraket kebanggaan Indonesia yang bisa meraih prestasi tertinggi. Semuanya kandas.

Itulah sebab kenapa saya tuliskan di awal soal catur tadi. Idealnya, Indonesia harus terus menciptakan atlet andal di bulutangkis agar negara lain tak sempat mencetak yang andal juga. Kenyataannya, prestasi Indonesia terus mundur. Jangankan untuk ‘menyerang’, mempertahankan prestasi saja sulit.

Saya jadi iri dengan perenang Michael Phelps. Bagaimana tidak, perenang AMerika Serikat itu kembali meraih medali emas. Emas di nomor 200 meter gaya ganti perseorangan pada Olimpiade 2012 tersebut merupakan medali emas yang ke-16. Secara keseluruhan ia telah mengoleksi 20 medali. Ia juga menjadi perenang pertama dalam sejarah yang berhasil mempertahankan gelar dua kali, setelah juara di nomor yang sama di Olimpiade Athena dan Olimpiade London. Fiuh. Bisakah pebulutangkis Indonesia seperti itu? Jangankan meraih emas untuk satu nama secara berturut, sejarah mencatat, tak pebulutangkis Indonesia yang menerima emas dua kali.

Kenyataan ini rupanya mengingatkan saya dengan gonjang-ganjing PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum). Seperti dikabarkan, kontrak konsorsium Jepang akan berakhir pada Oktober 2013 mendatang. Berarti, pihak Konsorsium Jepang tidak akan bertahan. Kenapa? Bukankah usaha itu cukup menguntungkan?

Rupanya, Indonesia yang tak mau. Menurut pemerintah, dari kontrak kerja sama selama 30 tahun dengan Jepang, Indonesia sebetulnya mengalami kerugian 22 tahun. WOW. Itulah sebab, pemerintah telah menyediakan tujuh triliun rupiah untuk mengambil alih usaha tersebut. Dengan kata lain, Inalum harus kembali ke Indonesia!

Pertanyaannya, apaka konsorsium Jepang mau hengkang? Terserahlah, yang jelas kontrak mereka habis. Maka, timbula lagi pertanyaan baru, apakah setelah konsorsium Jepang hengkang, Inalum akan tetap berproduksi seperti itu? Entahlah, yang jelas rencana pengambilan alih itu malah menimbulkan gunjang-ganjing lain. Pihak Pemerintah Sumatera Utara ngotot minta saham sebanyak 60 persen. Mereka pun siap meminjam uang untuk pengambilalihan Inalum. Hm, pemerintah pusat bagaimana?

Kasus ini saya ras mirip dengan gonjang-ganjing medali emas Olimpiade dari cabang bulutangkis. Bukan maksud mengait-kaitkan, tapi dua bidang ini menunjukan sebuah ketidaksiapan Indonesia dalam melihat masa depan. Indonesia terlalu terlena dengan kejayaan masa silam: emas berulang kali di Olimpiade dan kekayaan aluminium di bumi Sumatera Utara. Hasilnya, di bulutangkis telah terbukti, tidak ada lagi emas yang berhasil didulang. Untuk Inalum, bukankah ada kemungkinan kalau aluminium telah habis? Ya, jika memang masih banyak cadangannya, kenapa Jepang mau hengkang. Ayolah, bukan sesuatu yang sulit untuk memperpanjang kontrak bukan? Satu lagi, kenapa kontrak harus habis pada 2013 mendatang? Artinya, Jepang sudah memprediksi segala kemungkinan bukan? Dia sisakan aluminium untuk dua atau tiga tahun ke depan, setelah itu habis. Sementara, tujuh triliun uang rakyat telah pindah ke tangan mereka. Hm, entahlah. Seperti kata catur, pertahanan yang baik adalah menyerang, tapi untuk melakukan itu dibutuhkan strategi dan konsentrasi yang kuat bukan? (*)

Menurut olahraga catur, menyerang adalah pertahanan terbaik. Dengan kata lain, ketika kita terus menyerang maka secara otomatis membuat lawan sulit menyerang. Jadi, serangan yang kita buat adalah pertahanan juga bukan?

Tapi, soal bertahan yang baik di catur tentunya berbeda dengan sepakbola. Pasalnya, jika terus bertahan kapan kita bisa membuat gol. Memang, Italia cukup berhasil memiliki strategi bertahan yang yahud. Dia mengandalkan kecepatan serangan balik ketika lawan sedang asyik menyerang. Bahkan, strategi Italia itu sempat mendapat cibiran sebagai sepakbola negatif. Negeri Pizza tak peduli, mereka tetap menggunakan strategi itu. Hasilnya, beberapa trofi Piala Dunia dan Piala Eropa pun berhasil mereka bawa pulang.

Begitulah, soal bertahan memang memiliki kelebihan dan kekurangan. Maksud catatan ini sejatinya bukan ke arah itu. Ini lebih mengarah pada bagaimana kita mempertahankan prestasi. Tentu hal ini terkait dengan Olimpiade London 2012 yang masih digelar.

Seperti diberitakan, tradisi meraih medali emas di cabang bulutangkis selama ini telah lenyap. Tidak ada lagi pendekar beraket kebanggaan Indonesia yang bisa meraih prestasi tertinggi. Semuanya kandas.

Itulah sebab kenapa saya tuliskan di awal soal catur tadi. Idealnya, Indonesia harus terus menciptakan atlet andal di bulutangkis agar negara lain tak sempat mencetak yang andal juga. Kenyataannya, prestasi Indonesia terus mundur. Jangankan untuk ‘menyerang’, mempertahankan prestasi saja sulit.

Saya jadi iri dengan perenang Michael Phelps. Bagaimana tidak, perenang AMerika Serikat itu kembali meraih medali emas. Emas di nomor 200 meter gaya ganti perseorangan pada Olimpiade 2012 tersebut merupakan medali emas yang ke-16. Secara keseluruhan ia telah mengoleksi 20 medali. Ia juga menjadi perenang pertama dalam sejarah yang berhasil mempertahankan gelar dua kali, setelah juara di nomor yang sama di Olimpiade Athena dan Olimpiade London. Fiuh. Bisakah pebulutangkis Indonesia seperti itu? Jangankan meraih emas untuk satu nama secara berturut, sejarah mencatat, tak pebulutangkis Indonesia yang menerima emas dua kali.

Kenyataan ini rupanya mengingatkan saya dengan gonjang-ganjing PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum). Seperti dikabarkan, kontrak konsorsium Jepang akan berakhir pada Oktober 2013 mendatang. Berarti, pihak Konsorsium Jepang tidak akan bertahan. Kenapa? Bukankah usaha itu cukup menguntungkan?

Rupanya, Indonesia yang tak mau. Menurut pemerintah, dari kontrak kerja sama selama 30 tahun dengan Jepang, Indonesia sebetulnya mengalami kerugian 22 tahun. WOW. Itulah sebab, pemerintah telah menyediakan tujuh triliun rupiah untuk mengambil alih usaha tersebut. Dengan kata lain, Inalum harus kembali ke Indonesia!

Pertanyaannya, apaka konsorsium Jepang mau hengkang? Terserahlah, yang jelas kontrak mereka habis. Maka, timbula lagi pertanyaan baru, apakah setelah konsorsium Jepang hengkang, Inalum akan tetap berproduksi seperti itu? Entahlah, yang jelas rencana pengambilan alih itu malah menimbulkan gunjang-ganjing lain. Pihak Pemerintah Sumatera Utara ngotot minta saham sebanyak 60 persen. Mereka pun siap meminjam uang untuk pengambilalihan Inalum. Hm, pemerintah pusat bagaimana?

Kasus ini saya ras mirip dengan gonjang-ganjing medali emas Olimpiade dari cabang bulutangkis. Bukan maksud mengait-kaitkan, tapi dua bidang ini menunjukan sebuah ketidaksiapan Indonesia dalam melihat masa depan. Indonesia terlalu terlena dengan kejayaan masa silam: emas berulang kali di Olimpiade dan kekayaan aluminium di bumi Sumatera Utara. Hasilnya, di bulutangkis telah terbukti, tidak ada lagi emas yang berhasil didulang. Untuk Inalum, bukankah ada kemungkinan kalau aluminium telah habis? Ya, jika memang masih banyak cadangannya, kenapa Jepang mau hengkang. Ayolah, bukan sesuatu yang sulit untuk memperpanjang kontrak bukan? Satu lagi, kenapa kontrak harus habis pada 2013 mendatang? Artinya, Jepang sudah memprediksi segala kemungkinan bukan? Dia sisakan aluminium untuk dua atau tiga tahun ke depan, setelah itu habis. Sementara, tujuh triliun uang rakyat telah pindah ke tangan mereka. Hm, entahlah. Seperti kata catur, pertahanan yang baik adalah menyerang, tapi untuk melakukan itu dibutuhkan strategi dan konsentrasi yang kuat bukan? (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/