Dalam hobi pun sama. Ada teman yang malas latihan sepeda, dan berharap dengan membeli berbagai aksesori termahal bisa membantunya jadi lebih kuat. Atau yang malas latihan lari, dan berharap dengan membeli sepatu termahal bisa melaju lebih kencang.
Hasilnya? Tetap saja kalah sama yang niat dan rajin latihan. Kasarnya, modal dengkul tetap bisa mengalahkan segala merek sepeda dan sepatu.
Tapi bukan sekadar modal dengkul. Karena dengkulnya harus siap bersakit-sakit lantaran harus dilatih untuk menjadi kuat…
Karena saya tidak percaya dengan hal instan, apakah itu berarti saya tidak percaya dengan keajaiban? Nah, ini cara berpikirnya agak beda lagi.
Saya pernah menulis soal ini, bahwa saya menganut alirannya Michael Schumacher, sang legenda Formula 1. Dia selalu bilang, semakin keras kita berusaha, semakin besar peluang kita meraih keberuntungan.
Atau ungkapan lainnya yang senada: The impossible we do, miracles take a bit longer.
Artinya, kalau bahasa Inggris Anda pas-pasan (dan itu berarti Anda harus belajar dengan segera dan penuh niat!): Hal-hal yang tidak mungkin bisa kita kerjakan, tapi butuh sedikit lebih banyak waktu untuk menghasilkan keajaiban.
Intinya semua sama lah: Harus dikerjakan dan diusahakan!
Bisa tidak ya pola berpikir berusaha dan bekerja ini menjadi bagian dari kultur kita? Mendarah daging supaya selalu berusaha keras bukan sekadar berdoa dan mencari jalan pintas?
Mohon maaf, sekali lagi saya harus mengacu pada negara yang peradabannya terbukti lebih maju.
Di Amerika, sejak kecil pelajarnya selalu ditekankan dengan konsep bernama ”American Dream”. Bahwa semua warga negara harus punya peluang yang sama dalam meraih kesuksesan dan kekayaan melalui kerja keras, tekad, kreativitas, pengorbanan, dan keberanian mengambil risiko.
Penegasannya: Seseorang hanya bisa meraih American Dream lewat kerja keras.
Bukan lewat mengharapkan keajaiban, kesaktian, dan hal-hal gaib yang seharusnya bikin kita semua geleng-geleng kepala dan tepok jidat! (*)