25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Bola Panas

Seorang pemain sepak bola biasanya menanti rekannya mengoper. Biasanya, setelah bola dioper, dia akan berperan dalam pertandingan itu. Untung-untung, dia bisa menciptakan asist maupun gol. Maka, namanya pun tercatat sebagai sosok yang menentukan.

Tapi, bola yang saya maksud di sini bukan seperti bola dalam permainan sepak bola. Di sini, operan bola bisa saja menjadi bumerang; istilah sepak bolanya blunder. Tentu ini soal bola yang dioper Menteri BUMN Dahlan Iskan kepada Badan Kehormatan (BK) DPR RI. Ya, tentang oknum DPR RI yang memeras BUMN. Jadi, bak bola panas.

Ceritanya, Dahlan oleh berbagai pihak dianggap pintar setelah mengoper bola panas tadi. Dengan kata lain, setelah melaporkan nama oknum DPR RI yang bermasalah, Dahlan bisa dikatakan terbebas. “Saya serahkan sepenuhnya kepada BK untuk membuka atau tidak membuka nama-nama tersebut,” begitu kata Dahlan usai bertemu BK.

Apakah ini bisa dikatakan kalau Dahlan lepas tangan? Artinya, biarkan saja BK yang repot. Atau, biarkan saja BK yang berkoar soal nama yang disebutkan Dahlan. Dengan kata lain, Dahlan kan bisa mengatakan, “Kan buka aku yang ngomong, itukan BK.”

Tunggu dulu, apa yang dilakukan Dahlan tentunya bukan seperti itu. Saya percaya Dahlan menghormati BK sebagai lembaga yang memang mengurusi etika anggota dewan. Jadi, ketika Dahlan langsung berkoar tentang nama itu tanpa ‘permisi’ pada BK, bukankah dia bisa dikatakan kurang ajar? Selain itu, bukankah dengan mengoper ke BK berarti peran BK diakui?

Tapi, soal bola panas memang bisa menebarkan suhu yang panas juga. Apalagi ketika diketahui Dahlan hanya menyetor dua nama. Maka, munculah isu kalau Dahlan diintervensi. Pasalnya, sebelum bertemu BK, Dahlan sempat menyebut lebih dari dua oknum. Alih-alih takut, Dahlan malah makin semangat. Hari ini dia malah mau kembali ke BK, dia mau menyetor delapan nama lagi!

Wow, apakah tingkah Dahlan ini juga bisa dianggap kurang ajar? Ayolah, negara ini kan cukup terbiasa dengan kabr burung dan kabar angin. Setidaknya, ada yang menganggap Dahlan lagi sibuk mencari perhatian. Termasuk soal kerugian negara terkait PLN yang beritanya marak itu. Dikatakan kerugian negara mencapai 37 triliun, Dahlan sebagai sosok yang bertanggung jawab di PLN saat kerugian tiu tercipta malah cuek. Dan, dia katakan kerugian yang digembar-gemborkan itu masih sedikit, harusnya mencapai 100 triliun!

Pertanyaannya, bukankah jarang ada orang seperti itu? Maksud saya, ketika ada bola panas semacam kerugian negara tadi, harusnya Dahlan membela diri dengan menurunkan angka kerugian itu bukan? Kok dia malah menambah angka kerugian itu?

“Saya 15 tahun jadi anak buah Dahlan. Dia orang yang apa adanya, cuek, nothing to lose,” bela anggota DPR RI, Ramadhan Pohan.
“Saya yakin, Dahlan all out. Kita lihat proses dan endingnya,” tambahnya.

Ya, ending. Hasil pertandingan. Siapa yang menang. Bola panas itu mengarah ke gawang siapa, kita tunggu saja. (*)

Seorang pemain sepak bola biasanya menanti rekannya mengoper. Biasanya, setelah bola dioper, dia akan berperan dalam pertandingan itu. Untung-untung, dia bisa menciptakan asist maupun gol. Maka, namanya pun tercatat sebagai sosok yang menentukan.

Tapi, bola yang saya maksud di sini bukan seperti bola dalam permainan sepak bola. Di sini, operan bola bisa saja menjadi bumerang; istilah sepak bolanya blunder. Tentu ini soal bola yang dioper Menteri BUMN Dahlan Iskan kepada Badan Kehormatan (BK) DPR RI. Ya, tentang oknum DPR RI yang memeras BUMN. Jadi, bak bola panas.

Ceritanya, Dahlan oleh berbagai pihak dianggap pintar setelah mengoper bola panas tadi. Dengan kata lain, setelah melaporkan nama oknum DPR RI yang bermasalah, Dahlan bisa dikatakan terbebas. “Saya serahkan sepenuhnya kepada BK untuk membuka atau tidak membuka nama-nama tersebut,” begitu kata Dahlan usai bertemu BK.

Apakah ini bisa dikatakan kalau Dahlan lepas tangan? Artinya, biarkan saja BK yang repot. Atau, biarkan saja BK yang berkoar soal nama yang disebutkan Dahlan. Dengan kata lain, Dahlan kan bisa mengatakan, “Kan buka aku yang ngomong, itukan BK.”

Tunggu dulu, apa yang dilakukan Dahlan tentunya bukan seperti itu. Saya percaya Dahlan menghormati BK sebagai lembaga yang memang mengurusi etika anggota dewan. Jadi, ketika Dahlan langsung berkoar tentang nama itu tanpa ‘permisi’ pada BK, bukankah dia bisa dikatakan kurang ajar? Selain itu, bukankah dengan mengoper ke BK berarti peran BK diakui?

Tapi, soal bola panas memang bisa menebarkan suhu yang panas juga. Apalagi ketika diketahui Dahlan hanya menyetor dua nama. Maka, munculah isu kalau Dahlan diintervensi. Pasalnya, sebelum bertemu BK, Dahlan sempat menyebut lebih dari dua oknum. Alih-alih takut, Dahlan malah makin semangat. Hari ini dia malah mau kembali ke BK, dia mau menyetor delapan nama lagi!

Wow, apakah tingkah Dahlan ini juga bisa dianggap kurang ajar? Ayolah, negara ini kan cukup terbiasa dengan kabr burung dan kabar angin. Setidaknya, ada yang menganggap Dahlan lagi sibuk mencari perhatian. Termasuk soal kerugian negara terkait PLN yang beritanya marak itu. Dikatakan kerugian negara mencapai 37 triliun, Dahlan sebagai sosok yang bertanggung jawab di PLN saat kerugian tiu tercipta malah cuek. Dan, dia katakan kerugian yang digembar-gemborkan itu masih sedikit, harusnya mencapai 100 triliun!

Pertanyaannya, bukankah jarang ada orang seperti itu? Maksud saya, ketika ada bola panas semacam kerugian negara tadi, harusnya Dahlan membela diri dengan menurunkan angka kerugian itu bukan? Kok dia malah menambah angka kerugian itu?

“Saya 15 tahun jadi anak buah Dahlan. Dia orang yang apa adanya, cuek, nothing to lose,” bela anggota DPR RI, Ramadhan Pohan.
“Saya yakin, Dahlan all out. Kita lihat proses dan endingnya,” tambahnya.

Ya, ending. Hasil pertandingan. Siapa yang menang. Bola panas itu mengarah ke gawang siapa, kita tunggu saja. (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/