Musk menjawabnya dengan antusias. Bahkan lebih dari 10 pertanyaan. Berturut-turut. Lama sekali.
Satu jam kemudian seorang analis masuk ke jaringan telepon. Tidak langsung bertanya. Hanya mengatakan mengapa Musk harus menjawab pertanyaan.
Begitulah hukum pasar modal. Pertanyaan apa pun harus dilayani.
Ibaratnya, ini kata-kata saya, perusahaan itu kalau sudah go public celana dalam pun harus diperlihatkan. Kalau ditanyakan.
Tapi Musk masih juga kelihatan sewot. Tidak mengomentari telepon tersebut. Dia justru ngomel sendiri. Soal bocornya beberapa rahasia perusahaan.
Misalnya bagaimana pabrik Tesla ternyata harus berhenti produksi selama 10 hari karena peralatan baru yang semi otomatis dan harus dipasang. Mengalami kesulitan. Di sektor pemasangan baterai.
Akibatnya produksi Model 3 terhambat. Janjinya meleset. Tidak bisa memproduksi 5.000 mobil perminggu. Jauh dari itu.
Itu yang membuat pasar modal ragu. Apakah janji Tesla yang lain akan terpenuhi: sudah bisa untung akhir tahun ini.
Hari itu Musk seperti tidak bisa menahan diri. Sialnya, tidak ada diantara eksekutifnya yang turun tangan. Menetralkannya. Ini pasti akan jadi bahasan kasus di seminar-seminar public relation. Maupun seminar manajemen.
Lihatlah bagaimana Musk masih terus sewot. ”Kalau memang masyarakat terpaku pada fluktuasi mestinya tidak usah beli saham Tesla,” katanya.
”Saya di sini tidak untuk mendorong Anda membeli saham (Tesla),” katanya lagi. ”Jangan beli saham (Tesla), kalau takut itu.”
Dooor!!!
Besoknya harga saham Tesla turun drastis. Lima koma enam persen. Dalam sehari.
Sebagai penggemar Tesla saya berdoa untuk yang terbaik. Apalagi saya tahu Tesla sedang mematangkan rencana membangun pabrik barunya di Shanghai.
Rambo akan ketemu Kungfu Panda. Di bidang mobil listrik.(***)