25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Takut Anak Kena Affluenza

Azrul Ananda

Bukan, bukan influenza. Melainkan A-F-F-L-U-E-N-Z-A. Istilah yang diberikan kepada anak/seseorang yang tidak sadar atas akibat dari tindakan/perbuatannya, karena dia begitu terlindungi secara finansial atau perlakuan.

***
Ada cerita yang terus berulang dalam sejarah negara kita. Anak pejabat atau dari keluarga berada, kehilangan kontrol saat mengemudikan mobil, lantas menimbulkan korban jiwa.

Dan ceritanya sering berlanjut sama: Anak tersebut mendapatkan perlakuan yang lebih istimewa, apabila dibandingkan dengan orang kebanyakan yang melakukan perbuatan sama.

Kemungkinan besar karena kemampuan finansial atau kemampuan pengaruh keluarganya dalam memengaruhi dampak/sanksi akhir yang dia dapatkan.

Eh ternyata, di Amerika juga ada cerita seperti itu.

Ketika liburan akhir tahun yang baru berakhir, hampir setiap hari berita yang muncul di TV atau koran adalah tentang kasus anak ’’affluenza’’ asal Texas bernama Ethan Couch.

Pada Juni 2013 lalu, saat masih berumur 16 tahun, Couch mengemudikan mobil secara ilegal (SIM-nya masih punya batasan), ngebut, plus dalam kondisi terpengaruh alkohol. Dia kehilangan kendali, menabrak sekelompok orang. Empat orang tewas, dan total sembilan orang cedera.

Datang dari keluarga berada, tim pembela Couch mampu menyuguhkan argumentasi hebat di persidangan. Pengacaranya bilang Couch tidak perlu dipenjara, cukup harus menjalani rehabilitasi.

Alasannya: Couch punya masalah ’’affluenza’’. Tidak bisa memahami konsekuensi atas perbuatannya, akibat terlalu dimanja dan dilindungi orang tuanya.

Misalnya, Couch sudah nyetir sendiri ke sekolah saat masih berusia 13 tahun. Ketika kepala sekolahnya menegur, orang tua Couch malah mengancam balik. Bahkan mengancam akan membeli sekolahnya!
Pada akhirnya, hakim hanya menjatuhkan hukuman rehabilitasi. Keputusan yang mengundang reaksi keras dari berbagai penjuru Amerika.

Couch juga harus menjalani masa percobaan selama sepuluh tahun, di mana dia dilarang mengonsumsi narkoba, alkohol, plus tidak boleh mengemudikan mobil.

Selesai? Tidak.

Akhir 2015 lalu, Couch terekspos via media sosial sedang berpesta dan mengonsumsi alkohol. Kalau bukti itu diterima pengadilan, dia pun terancam penjara sepuluh tahun.

Apa yang terjadi kemudian? Bukannya diserahkan ke yang berwajib, ibu Couch, Tonya, malah membantunya melarikan diri ke Meksiko. Pada 28 Desember lalu, keduanya tertangkap di Puerto Vallarta, Meksiko. Sang ibu sekarang sudah diterbangkan balik ke Amerika untuk menjalani proses hukum, sedangkan Couch masih di Meksiko menunggu proses selanjutnya.

Berbagai cerita muncul dari pelarian ibu dan anak di Meksiko itu. Bahkan kabarnya, sang ibu tetap memanjakan sang anak, dengan membayar segala tingkah lakunya, termasuk mengunjungi klub tari telanjang.

***

Azrul Ananda

Bukan, bukan influenza. Melainkan A-F-F-L-U-E-N-Z-A. Istilah yang diberikan kepada anak/seseorang yang tidak sadar atas akibat dari tindakan/perbuatannya, karena dia begitu terlindungi secara finansial atau perlakuan.

***
Ada cerita yang terus berulang dalam sejarah negara kita. Anak pejabat atau dari keluarga berada, kehilangan kontrol saat mengemudikan mobil, lantas menimbulkan korban jiwa.

Dan ceritanya sering berlanjut sama: Anak tersebut mendapatkan perlakuan yang lebih istimewa, apabila dibandingkan dengan orang kebanyakan yang melakukan perbuatan sama.

Kemungkinan besar karena kemampuan finansial atau kemampuan pengaruh keluarganya dalam memengaruhi dampak/sanksi akhir yang dia dapatkan.

Eh ternyata, di Amerika juga ada cerita seperti itu.

Ketika liburan akhir tahun yang baru berakhir, hampir setiap hari berita yang muncul di TV atau koran adalah tentang kasus anak ’’affluenza’’ asal Texas bernama Ethan Couch.

Pada Juni 2013 lalu, saat masih berumur 16 tahun, Couch mengemudikan mobil secara ilegal (SIM-nya masih punya batasan), ngebut, plus dalam kondisi terpengaruh alkohol. Dia kehilangan kendali, menabrak sekelompok orang. Empat orang tewas, dan total sembilan orang cedera.

Datang dari keluarga berada, tim pembela Couch mampu menyuguhkan argumentasi hebat di persidangan. Pengacaranya bilang Couch tidak perlu dipenjara, cukup harus menjalani rehabilitasi.

Alasannya: Couch punya masalah ’’affluenza’’. Tidak bisa memahami konsekuensi atas perbuatannya, akibat terlalu dimanja dan dilindungi orang tuanya.

Misalnya, Couch sudah nyetir sendiri ke sekolah saat masih berusia 13 tahun. Ketika kepala sekolahnya menegur, orang tua Couch malah mengancam balik. Bahkan mengancam akan membeli sekolahnya!
Pada akhirnya, hakim hanya menjatuhkan hukuman rehabilitasi. Keputusan yang mengundang reaksi keras dari berbagai penjuru Amerika.

Couch juga harus menjalani masa percobaan selama sepuluh tahun, di mana dia dilarang mengonsumsi narkoba, alkohol, plus tidak boleh mengemudikan mobil.

Selesai? Tidak.

Akhir 2015 lalu, Couch terekspos via media sosial sedang berpesta dan mengonsumsi alkohol. Kalau bukti itu diterima pengadilan, dia pun terancam penjara sepuluh tahun.

Apa yang terjadi kemudian? Bukannya diserahkan ke yang berwajib, ibu Couch, Tonya, malah membantunya melarikan diri ke Meksiko. Pada 28 Desember lalu, keduanya tertangkap di Puerto Vallarta, Meksiko. Sang ibu sekarang sudah diterbangkan balik ke Amerika untuk menjalani proses hukum, sedangkan Couch masih di Meksiko menunggu proses selanjutnya.

Berbagai cerita muncul dari pelarian ibu dan anak di Meksiko itu. Bahkan kabarnya, sang ibu tetap memanjakan sang anak, dengan membayar segala tingkah lakunya, termasuk mengunjungi klub tari telanjang.

***

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/