31 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Jelang Akhir

Sial bagi Diego Michiels. Kesemptannya untuk membela Timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2012 terancam buyar. Dia masuk sel. Dia jadi pesakitan karena ulahnya sendiri: mengeroyok Mef Paripurna di parkiran Basement 2, Senayan City, Jakarta  Pusat.

Padahal, kekasih artis Nikita Willy itu sejatinya mengavling tempat di skuad Merah-Putih. Tapi itu dia tadi, pemain naturalisasi dari Belanda itu gugur di jelang deadline. Ya, bukankah dia sudah masuk dalam training centre (TC) Timnas. Dengan kata lain, dia dalam posisi lolos seleksi awal; tinggal seleksi pemantapan skuad saja.

Memang, sampai saat ini belum ada keputusan final dari manajemen Timnas soal status Diego di skuad Garuda. Sejauh ini hukuman pada pemain bertato itu hanya sanksi denda sebesar Rp500 ribu. Namun, PSSI tampaknya sudah menyiapkan rencana lain, Diego bisa saja dilepaskan dari Timnas dan dibiarkan mendekam di sel di Polsek Tanah Abang. Pasalnya, Manajer Timnas PSSI Habil Marati mengatakan Rafael Margito dan Ruben Wuarbanaran adalah dua kandidat yang disiapkan untuk menggantikan Diego.

Begitulah, nasib seseorang memang bisa berubah dalam hitungan menit. Ya, siapa sangka seorang Diego yang langganan membela Indonesia bisa terbuang?
Terlepas itu sebab ulahnya sendiri, perubahan nasib memang bisa cukup cepat. Seorang pengusaha yang baru meraup keuntungan puluhan miliar pun bisa tiba-tiba meninggal karena sakit jantung. Ini tentunya bukan karena ulah dia sendiri. Intinya, ada faktor luar yang cukup menentukan. Untuk sang pengusaha, Tuhan adalah pengambil keputusan bukan?

Begitu pun dengan bursa calon gubernur Sumatera Utara yang ramai dibicarakan akhir-akhir ini. Rumor, isu, hingga keputusan siapa yang akan maju di Pilgubsu begitu cepat berganti. Partai politik sebagai pihak yang mengusung pun terlihat gamang. Seleksi ketat digelar. Survei kepopuleran seorang sosok hingga elektabilitas jadi acuan. Tidak itu saja, modal dana sosok yang akan diusung hingga ego partai pun menjadi faktor yang menentukan. Intinya, sebagian besar sosok yang menawarkan diri untuk diusung partai politik bisa kehilangan kepercayaan diri. Komitmen pun bukan lagi acuan, dia bisa berubah dengan cepat seiring perubahan peta poltik yang tercipta dengan seketika juga.

Misalnya begini, ada seorang kader partai tertentu yang ingin maju sebagai calon gubernur Sumatera Utara. Dia kaya. Nah, dia faktor ini sejatinya sudah bisa menjadi modal yang kuat bukan? Namun, di ujung masa pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur makin dekat, uang dan status kader ternyata bisa terpinggirkan. Ya, tiba-tiba saja ada sosok yang nonkader yang menyalip. Partai memilih nonkader karena punya target yang lain, misalnya koalisi hingga ketidakyakinan terhadap kader sendiri soal peluang menang.

Dan, saya kini membayangkan nama-nama yang akhirnya tak terpilih. Setidaknya ada beberapa nama yang sempat menonjol dan bahkan dikabarkan sudah dapat dukungan partai politik. Tapi, jelang deadline pendaftaran, mereka teringkirkan. Tak pelak,  mereka terbuang. Mereka tidak punya perahu. Mereka yang telah mengeluarkan banyak dana, waktu, pemikiran, hingga tenaga. Hm, bagaimana perasaan mereka? Apalagi, ketika mereka menyadari, telah begitu banyak foto wajah mereka terpajang di seputaran Sumatera Utara.

Ya, seperti apa perasaan istri mereka ketika sempat memikirkan program PKK. Adakah mereka menangis seperti Nikita Willy?
“Aku kaget, lututku rasanya lemas dan airmata nggak bisa berhenti mengalir,” begitu tulis Nikita dalam blog pribadinya, nikiwilly.wordpress.com
Ah, entahlah, gagal di jelang deadline memang menyedihkan. Kita tunggu sajalah kisah berikutnya. (*)

Sial bagi Diego Michiels. Kesemptannya untuk membela Timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2012 terancam buyar. Dia masuk sel. Dia jadi pesakitan karena ulahnya sendiri: mengeroyok Mef Paripurna di parkiran Basement 2, Senayan City, Jakarta  Pusat.

Padahal, kekasih artis Nikita Willy itu sejatinya mengavling tempat di skuad Merah-Putih. Tapi itu dia tadi, pemain naturalisasi dari Belanda itu gugur di jelang deadline. Ya, bukankah dia sudah masuk dalam training centre (TC) Timnas. Dengan kata lain, dia dalam posisi lolos seleksi awal; tinggal seleksi pemantapan skuad saja.

Memang, sampai saat ini belum ada keputusan final dari manajemen Timnas soal status Diego di skuad Garuda. Sejauh ini hukuman pada pemain bertato itu hanya sanksi denda sebesar Rp500 ribu. Namun, PSSI tampaknya sudah menyiapkan rencana lain, Diego bisa saja dilepaskan dari Timnas dan dibiarkan mendekam di sel di Polsek Tanah Abang. Pasalnya, Manajer Timnas PSSI Habil Marati mengatakan Rafael Margito dan Ruben Wuarbanaran adalah dua kandidat yang disiapkan untuk menggantikan Diego.

Begitulah, nasib seseorang memang bisa berubah dalam hitungan menit. Ya, siapa sangka seorang Diego yang langganan membela Indonesia bisa terbuang?
Terlepas itu sebab ulahnya sendiri, perubahan nasib memang bisa cukup cepat. Seorang pengusaha yang baru meraup keuntungan puluhan miliar pun bisa tiba-tiba meninggal karena sakit jantung. Ini tentunya bukan karena ulah dia sendiri. Intinya, ada faktor luar yang cukup menentukan. Untuk sang pengusaha, Tuhan adalah pengambil keputusan bukan?

Begitu pun dengan bursa calon gubernur Sumatera Utara yang ramai dibicarakan akhir-akhir ini. Rumor, isu, hingga keputusan siapa yang akan maju di Pilgubsu begitu cepat berganti. Partai politik sebagai pihak yang mengusung pun terlihat gamang. Seleksi ketat digelar. Survei kepopuleran seorang sosok hingga elektabilitas jadi acuan. Tidak itu saja, modal dana sosok yang akan diusung hingga ego partai pun menjadi faktor yang menentukan. Intinya, sebagian besar sosok yang menawarkan diri untuk diusung partai politik bisa kehilangan kepercayaan diri. Komitmen pun bukan lagi acuan, dia bisa berubah dengan cepat seiring perubahan peta poltik yang tercipta dengan seketika juga.

Misalnya begini, ada seorang kader partai tertentu yang ingin maju sebagai calon gubernur Sumatera Utara. Dia kaya. Nah, dia faktor ini sejatinya sudah bisa menjadi modal yang kuat bukan? Namun, di ujung masa pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur makin dekat, uang dan status kader ternyata bisa terpinggirkan. Ya, tiba-tiba saja ada sosok yang nonkader yang menyalip. Partai memilih nonkader karena punya target yang lain, misalnya koalisi hingga ketidakyakinan terhadap kader sendiri soal peluang menang.

Dan, saya kini membayangkan nama-nama yang akhirnya tak terpilih. Setidaknya ada beberapa nama yang sempat menonjol dan bahkan dikabarkan sudah dapat dukungan partai politik. Tapi, jelang deadline pendaftaran, mereka teringkirkan. Tak pelak,  mereka terbuang. Mereka tidak punya perahu. Mereka yang telah mengeluarkan banyak dana, waktu, pemikiran, hingga tenaga. Hm, bagaimana perasaan mereka? Apalagi, ketika mereka menyadari, telah begitu banyak foto wajah mereka terpajang di seputaran Sumatera Utara.

Ya, seperti apa perasaan istri mereka ketika sempat memikirkan program PKK. Adakah mereka menangis seperti Nikita Willy?
“Aku kaget, lututku rasanya lemas dan airmata nggak bisa berhenti mengalir,” begitu tulis Nikita dalam blog pribadinya, nikiwilly.wordpress.com
Ah, entahlah, gagal di jelang deadline memang menyedihkan. Kita tunggu sajalah kisah berikutnya. (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/