Raya. Besar. Ya, pada Agustus tahun ini memang ada dua momen besar yang dihadapi Indonesia. Pertama, ulang tahun hari kemerdekaan. Dan kedua, bulan suci Ramadan yang berujung pada Idul Fitri. Agustus pun menjadi bulan yang istimewa.
Hal ini mengingatkan saya pada Kaisar Romawi yang termasyur, Gaius Julius Caesar Augustus. Bagaimana tidak, kaisar yang bergelar Kaisar Oktavianus Augustus atau Kaisar Agustus adalah Kaisar Romawi pertama dan salah satu yang paling berpengaruh. Ia mengakhiri perang saudara berkepanjangan dan menciptakan kedamaian, kesejahteraan, dan kemegahan di Kekaisaran Romawi, yang dikenal dengan sebutan Pax Romana atau kedamaian Romawi. Hm, mirip arti kemerdekaan dan Idul Fitri bukan?
Begini, kemerdekaan yang diraih Indonesia yang telah dirayakan selama 67 tahun adalah sebuah hasil yang patut dipuji dan harus dihargai. Pasalnya, Indonesia bisa menjadi negara yang mandiri setelah sekian tahun berperang melawan penjajah. Setelah merdeka, Indonesia pun bebas berbuat, termasuk menciptakan kedamaian, kesejahteraan, dan kemegahan bagi warganya. Lalu, Idul Fitri. Hari raya bagi umat islam ini diartikan sebagai hari kemenangan setelah sebulan penuh ‘berperang’ melawan hawa nafsu dalam bulan puasa. Nah, melalui Idul Fitri, umat Islam pun mampu menciptakan kesejahteraan dan kemegahan bagi saudaranya yang kurang beruntung. Itulah sebab kemerdekaan dan Idul Fitri merupakan hari yang ditunggu oleh semua orang bukan?
Nah, persis yang dilakukan Kaisar Agustus. Setelah sekian waktu Romawi mengalami perang saudara, dia berhasil mendamaikannya. Tidak itu saja, dia juga mampu menciptakan kesejahteraan, dan kemegahan di Kekaisaran Romawi. Bedanya, kaisar ini cenderung agak ‘nyeleneh’. Ya, demi kekuasaannya, ia mengubah jumlah hari pada bulan dan mengurangi jumlah hari bulan Februari. Dan, menjadikan bulan kedelapan dengan namanya. ‘Narsis’ ya?
Terserahlah, yang jelas begitu menyadari hari kemerdekaan dan Lebaran tahun ini bertemu di bulan Agustus, saya langsung tergoda untuk mengingat kaisar dari Romawi tadi. Kenarsisannya pun mengingatkan saya pada seorang teman. Beda dengan sang kaisar, teman saya ini memilih ‘narsis’ dalam urusan 17-an dan Lebaran. Ya, dia mengubah isi rumahnya. Beberapa pigura yang berisi gambar pemandangan, diubahnya menjadi fotonya; ada foto dia memakai baju koko lengkap dengan kopiah hitamnya dan ada foto dia memakai baju militer (padahal dia bukan aparat keamanan) sambil memegang bendera merah putih. Fiuh… lucu juga.
“Foto pakai baju koko karena menyambut hari raya (Idul Fitri, Pen),” katanya.
“Foto pakai baju militer karena menyambut perayaan kemerdekaan,” sambungnya.
Hm, teman yang aneh. Saking anehnya, dia pun menginsipirasi saya untuk menulis catatan ini.
Ah, sudahlah. Selamat hari raya! (*)