29 C
Medan
Sunday, October 20, 2024
spot_img

Takdir, Bisnis, dan LeBron

Saya percaya, orang yang sukses di level tertinggi, di bidang apa pun, adalah orang yang punya kepintaran ekstra di atas bakat mereka di bidang tersebut.

Kepintaran ekstra itu memberi mereka kapasitas ekstra untuk berbuat lebih dari orang hebat lain di bidang yang sama.

Ayrton Senna, Michael Schumacher, dan Sebastian Vettel begitu di dunia Formula 1. Valentino Rossi juga begitu di MotoGP. Begitu pula para megastar di sepak bola.

Michael Jordan dan Kobe Bryant begitu di basket, dan LeBron James telah menunjukkan kedahsyatan yang sama.

Kepintaran ekstra itu membuat mereka juga supersukses di luar lapangan.

LeBron James ini termasuk yang paling ekstrem. Baru saja masuk NBA, dia langsung memecat agen/manajernya, Aaron Goodwin. Padahal, Goodwin itu punya nama sangat besar. Sebagai pengganti, James memilih tiga sahabatnya sejak kecil. Maverick Carter, Richard Paul, dan Randy Mims. Berempat, mereka membentuk manajemen bernama LRMR.

Keputusan gila? Di atas kertas, ya. Bagaimana bisa teman-teman ’’biasa’’ mengalahkan para super-agen? Apalagi mereka punya beban menjadikan James sebagai atlet dengan penghasilan tertinggi di dunia.

Seperti keputusan James meninggalkan Cavaliers pada 2010, keputusan menunjuk teman sebagai agen itu juga menuai hujatan dan cibiran.

Tapi, LeBron James tahu apa yang dia mau. Silakan menghujat. Silakan mencibir. Waktu akan menunjukkan siapa yang benar!
Di sekolah bisnis Harvard, di tingkat MBA, salah satu peluang bisnis LeBron James dijadikan contoh. Para MBA students harus memosisikan diri sebagai James dan LRMR, lalu memilih tiga penawaran pemasukan dari industri video game. Itu terjadi pada 2008, saat James mulai memosisikan diri sebagai the best player.

Waktu itu, LRMR dapat tiga penawaran menggiurkan.

Dari Electronic Arts (EA Sports), untuk permainan NBA Live, James ditawari kontrak dua tahun. Nilainya USD 400 ribu pada tahun pertama, USD 300 ribu pada tahun kedua. Electronic Arts merupakan produsen game paling kondang saat itu. Jadi, mereka merasa tidak perlu memberikan penawaran lebih.

Dari 2K Games, James juga ditawari kontrak dua tahun. Dan tampak sangat menggiurkan. Bayaran di depan: USD 300 ribu pada tahun pertama, USD 350 ribu pada tahun kedua. Plus bonus penjualan yang nilainya USD 250 ribu hingga USD 1,5 juta per tahun. Plus bonus-bonus lain kalau James terus aktif mempromosikan game NBA 2K di berbagai media.

Lalu, ada penawaran dari Microsoft Xbox Live. Jangka waktunya lebih fleksibel. Di depan, James akan dibayar USD 250 ribu. Tapi kemudian akan mendapat bagian hingga 20 persen dari penjualan kotor. Penawaran itu juga memberikan peluang kreatif ekstra: James boleh merancang permainan apa saja. Tidak harus basket. Sehingga LRMR bisa lebih bebas meng-explore diri, tidak hanya di basket.

Yang mana dipilih?
Di tingkat MBA, kasus itu didiskusikan seru. Kebetulan saya ikut dalam diskusi kasus yang sama saat mengikuti program Executive Education di Harvard, awal Juni lalu.

Dalam diskusi, kebanyakan memilih opsi kedua. Karena nilai uangnya dianggap berpotensi terbaik, lebih baik dari opsi pertama. Selain itu, untuk mendapatkan uangnya juga tidak seribet opsi ketiga, yang menuntut banyak waktu dan energi untuk menciptakan game.

Benarkah keputusan itu?
Maverick Carter ternyata sempat berkunjung ke Harvard untuk membahas/menjawab langsung kasus itu kepada para peserta program.

Jawaban dia ternyata out of the box: James dan LRMR tidak memilih tiga-tiganya!
Lho, kok bisa?
Di sinilah muncul kepintaran LeBron James, menunjukkan betapa keputusannya untuk memilih teman/sahabat sebagai agen/manajer adalah opsi yang lebih baik. Terbaik untuk dirinya.

Saya percaya, orang yang sukses di level tertinggi, di bidang apa pun, adalah orang yang punya kepintaran ekstra di atas bakat mereka di bidang tersebut.

Kepintaran ekstra itu memberi mereka kapasitas ekstra untuk berbuat lebih dari orang hebat lain di bidang yang sama.

Ayrton Senna, Michael Schumacher, dan Sebastian Vettel begitu di dunia Formula 1. Valentino Rossi juga begitu di MotoGP. Begitu pula para megastar di sepak bola.

Michael Jordan dan Kobe Bryant begitu di basket, dan LeBron James telah menunjukkan kedahsyatan yang sama.

Kepintaran ekstra itu membuat mereka juga supersukses di luar lapangan.

LeBron James ini termasuk yang paling ekstrem. Baru saja masuk NBA, dia langsung memecat agen/manajernya, Aaron Goodwin. Padahal, Goodwin itu punya nama sangat besar. Sebagai pengganti, James memilih tiga sahabatnya sejak kecil. Maverick Carter, Richard Paul, dan Randy Mims. Berempat, mereka membentuk manajemen bernama LRMR.

Keputusan gila? Di atas kertas, ya. Bagaimana bisa teman-teman ’’biasa’’ mengalahkan para super-agen? Apalagi mereka punya beban menjadikan James sebagai atlet dengan penghasilan tertinggi di dunia.

Seperti keputusan James meninggalkan Cavaliers pada 2010, keputusan menunjuk teman sebagai agen itu juga menuai hujatan dan cibiran.

Tapi, LeBron James tahu apa yang dia mau. Silakan menghujat. Silakan mencibir. Waktu akan menunjukkan siapa yang benar!
Di sekolah bisnis Harvard, di tingkat MBA, salah satu peluang bisnis LeBron James dijadikan contoh. Para MBA students harus memosisikan diri sebagai James dan LRMR, lalu memilih tiga penawaran pemasukan dari industri video game. Itu terjadi pada 2008, saat James mulai memosisikan diri sebagai the best player.

Waktu itu, LRMR dapat tiga penawaran menggiurkan.

Dari Electronic Arts (EA Sports), untuk permainan NBA Live, James ditawari kontrak dua tahun. Nilainya USD 400 ribu pada tahun pertama, USD 300 ribu pada tahun kedua. Electronic Arts merupakan produsen game paling kondang saat itu. Jadi, mereka merasa tidak perlu memberikan penawaran lebih.

Dari 2K Games, James juga ditawari kontrak dua tahun. Dan tampak sangat menggiurkan. Bayaran di depan: USD 300 ribu pada tahun pertama, USD 350 ribu pada tahun kedua. Plus bonus penjualan yang nilainya USD 250 ribu hingga USD 1,5 juta per tahun. Plus bonus-bonus lain kalau James terus aktif mempromosikan game NBA 2K di berbagai media.

Lalu, ada penawaran dari Microsoft Xbox Live. Jangka waktunya lebih fleksibel. Di depan, James akan dibayar USD 250 ribu. Tapi kemudian akan mendapat bagian hingga 20 persen dari penjualan kotor. Penawaran itu juga memberikan peluang kreatif ekstra: James boleh merancang permainan apa saja. Tidak harus basket. Sehingga LRMR bisa lebih bebas meng-explore diri, tidak hanya di basket.

Yang mana dipilih?
Di tingkat MBA, kasus itu didiskusikan seru. Kebetulan saya ikut dalam diskusi kasus yang sama saat mengikuti program Executive Education di Harvard, awal Juni lalu.

Dalam diskusi, kebanyakan memilih opsi kedua. Karena nilai uangnya dianggap berpotensi terbaik, lebih baik dari opsi pertama. Selain itu, untuk mendapatkan uangnya juga tidak seribet opsi ketiga, yang menuntut banyak waktu dan energi untuk menciptakan game.

Benarkah keputusan itu?
Maverick Carter ternyata sempat berkunjung ke Harvard untuk membahas/menjawab langsung kasus itu kepada para peserta program.

Jawaban dia ternyata out of the box: James dan LRMR tidak memilih tiga-tiganya!
Lho, kok bisa?
Di sinilah muncul kepintaran LeBron James, menunjukkan betapa keputusannya untuk memilih teman/sahabat sebagai agen/manajer adalah opsi yang lebih baik. Terbaik untuk dirinya.

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/