29 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Demi Para Sopir Angkot

Karena penumpang makin jarang, mereka jadi lebih sering ngetem menunggu penumpang. Alhasil, mereka harus makin kuat hati karena makin sering diteriaki orang lantaran dianggap bikin jalan macet.

Dan mungkin, karena semakin lama menunggu penumpang, penumpang yang telanjur duduk juga semakin kurang happy, karena butuh waktu semakin lama sampai ke tujuan.

Si sopir pun harus bekerja lebih panjang untuk mengejar omzet yang diharapkan.

Nah, pada saat situasi angkot dan sopirnya semakin membuat kita kasihan, para penumpangnya kini punya makin banyak pilihan.

Sepeda motor benar-benar membantu mobilitas kebanyakan orang, khususnya kalangan menengah ke bawah. Tidak perlu lagi naik angkot, karena bisa naik motor yang irit, cepat, lincah, dan bisa berhenti di mana saja mereka mau.

Semakin banyak pula orang yang mampu membeli mobil, yang makin lama makin masal dan terus keluar varian yang makin terjangkau.

Sarana jalur pedestrian juga terus membaik di berbagai kota, sehingga orang kadang nyaman berjalan kaki dari satu tempat ke tempat yang lain. Bersepeda pun menjadi opsi bagi beberapa orang untuk bekerja.

Belum lagi pembangunan sarana transportasi masal yang tidak akan terelakkan. Cepat atau lambat, semua kota besar akan memiliki subway, MRT, atau lain-lain. Ke mana-mana jadi lebih cepat, lebih murah, dan semakin tidak antre plus tidak kepanasan.

Atau, mungkin dalam waktu tidak terlalu lama ditemukan teknologi seperti dalam serial Star Trek. Orang bisa pindah dari satu tempat ke tempat yang lain secara instan dengan sarana teleportasi!
Mungkin tidak akan terelakkan kalau angkot bakal punah. Bahwa 30 tahun lagi, kalau saya diberi umur, angkot bakal jadi cerita masa lalu bagi cucu saya kelak. Seperti ketika ayah saya cerita tentang sekolah berjalan kaki pada zaman dahulu kala.

Kalau ke depan memang begitu, lalu siapa yang memikirkan nasib para sopir angkot saat ini? Siapa yang membantu mereka menyiapkan masa depan, bahkan mungkin membantu mereka keluar dari situasi yang sepertinya tidak akan membaik?
Yang jelas, masyarakat mungkin tidak bisa membantu banyak.

Kalau masyarakat memang berniat membantu para sopir angkot, mereka tentu akan bertahan menggunakannya, bukan? Faktanya, banyak warga yang sekarang memilih menggunakan sarana yang lain.

Semoga, Semoga segera ada yang memikirkan nasib para sopir angkot. (*)

Karena penumpang makin jarang, mereka jadi lebih sering ngetem menunggu penumpang. Alhasil, mereka harus makin kuat hati karena makin sering diteriaki orang lantaran dianggap bikin jalan macet.

Dan mungkin, karena semakin lama menunggu penumpang, penumpang yang telanjur duduk juga semakin kurang happy, karena butuh waktu semakin lama sampai ke tujuan.

Si sopir pun harus bekerja lebih panjang untuk mengejar omzet yang diharapkan.

Nah, pada saat situasi angkot dan sopirnya semakin membuat kita kasihan, para penumpangnya kini punya makin banyak pilihan.

Sepeda motor benar-benar membantu mobilitas kebanyakan orang, khususnya kalangan menengah ke bawah. Tidak perlu lagi naik angkot, karena bisa naik motor yang irit, cepat, lincah, dan bisa berhenti di mana saja mereka mau.

Semakin banyak pula orang yang mampu membeli mobil, yang makin lama makin masal dan terus keluar varian yang makin terjangkau.

Sarana jalur pedestrian juga terus membaik di berbagai kota, sehingga orang kadang nyaman berjalan kaki dari satu tempat ke tempat yang lain. Bersepeda pun menjadi opsi bagi beberapa orang untuk bekerja.

Belum lagi pembangunan sarana transportasi masal yang tidak akan terelakkan. Cepat atau lambat, semua kota besar akan memiliki subway, MRT, atau lain-lain. Ke mana-mana jadi lebih cepat, lebih murah, dan semakin tidak antre plus tidak kepanasan.

Atau, mungkin dalam waktu tidak terlalu lama ditemukan teknologi seperti dalam serial Star Trek. Orang bisa pindah dari satu tempat ke tempat yang lain secara instan dengan sarana teleportasi!
Mungkin tidak akan terelakkan kalau angkot bakal punah. Bahwa 30 tahun lagi, kalau saya diberi umur, angkot bakal jadi cerita masa lalu bagi cucu saya kelak. Seperti ketika ayah saya cerita tentang sekolah berjalan kaki pada zaman dahulu kala.

Kalau ke depan memang begitu, lalu siapa yang memikirkan nasib para sopir angkot saat ini? Siapa yang membantu mereka menyiapkan masa depan, bahkan mungkin membantu mereka keluar dari situasi yang sepertinya tidak akan membaik?
Yang jelas, masyarakat mungkin tidak bisa membantu banyak.

Kalau masyarakat memang berniat membantu para sopir angkot, mereka tentu akan bertahan menggunakannya, bukan? Faktanya, banyak warga yang sekarang memilih menggunakan sarana yang lain.

Semoga, Semoga segera ada yang memikirkan nasib para sopir angkot. (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

Terpopuler

Artikel Terbaru

/