26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kita Semua Rasis

Azrul AnandaSudahlah, jangan mencoba menyangkal. Kita semua orang rasis. Kalaupun kita merasa tidak rasis, mungkin ada satu atau dua tindakan, atau perkataan, yang masih menandakan kita rasis.

***

Entah ada apa dengan dunia saat ini. Mungkin sedang ada virus yang menjalar di seluruh dunia, menjadikan dunia semakin terpecah-pecah.

Brexit telah terjadi. Langkah mundur kesatuan Eropa.

Donald Trump telah terpilih sebagai presiden ke-45 Amerika. Entah itu langkah mundur atau tidak untuk Amerika. Yang jelas, presiden yang dipilih –walau sangat ketat– adalah yang saat kampanye membuat takut kalangan minoritas dan pendatang.

Jangan bicara soal Indonesia. Entah itu kehebohan politik yang sampai turun ke jalan, atau itu kehebohan lain –perbedaan ras atau suku bangsa– yang juga sampai turun ke jalan.

Setelah ini entah apa lagi. Siapa tahu akan muncul kejutan lain di bagian dunia yang lain.

Segala sesuatu ini membuat saya berpikir, bukankah dalam beberapa dekade terakhir telah terjadi ”globalisasi” atau paling tidak ”pemersatuan” di mana-mana?
Prosesnya panjang, kadang berdarah-darah, dan sering menyakitkan. Tapi, bukankah saat ini toleransi telah menjadi lebih baik di berbagai penjuru dunia?
Oke, memang akan selalu ada orang yang berbeda. Yang punya sifat benci terhadap orang lain, khususnya yang memiliki latar belakang berbeda. Dan orang-orang seperti itu ada di seluruh penjuru dunia.

Walaupun ada, bukankah rasanya mereka itu sudah menjadi masyarakat yang ”tertinggal”, yang tidak lagi memiliki pengaruh besar secara keseluruhan?
Bukankah pendidikan seharusnya makin baik?
Bukankah alur pertukaran informasi sekarang lebih terbuka, memudahkan semua pihak untuk berkomunikasi lebih baik?
Apa yang terjadi dengan dunia sekarang???
***

Saya mendarat di Taipei, dalam perjalanan menuju Amerika, saat muncul berita Donald Trump menuju kemenangan mengejutkan. Konfirmasinya didapat begitu mendarat di San Francisco.

Malam itu, ada demo menolak Trump di tengah kota tersebut.

California, tempat San Francisco berada, merupakan negara bagian yang ”biru”. Artinya, ini wilayah Partai Demokrat dan Hillary Clinton. Ini negara bagian yang paling beragam masyarakatnya, datang dari berbagai suku bangsa.

Seorang teman baik saya, bule, mengaku takut dengan hasil kemenangan Trump. Apalagi, istrinya keturunan Meksiko.

Kemenangan Trump itu, ucap dia, membuatnya harus mengalibrasi ulang perasaan tentang negara sendiri. Pemilih Trump hampir semuanya adalah kulit putih, dan dominan laki-laki. ”Hasil pemilihan presiden ini membuat saya berpikir, ternyata negara saya ini tidak semaju seperti yang saya bayangkan,” katanya.

Teman saya ini termasuk yang ikut demo. Dan istrinya, yang sedang hamil tua, ikut berdemo.

Dengan lantang, dia mengatakan bahwa Trump adalah seorang rasis. ”Istri saya benar-benar ketakutan,” ujarnya.

Azrul AnandaSudahlah, jangan mencoba menyangkal. Kita semua orang rasis. Kalaupun kita merasa tidak rasis, mungkin ada satu atau dua tindakan, atau perkataan, yang masih menandakan kita rasis.

***

Entah ada apa dengan dunia saat ini. Mungkin sedang ada virus yang menjalar di seluruh dunia, menjadikan dunia semakin terpecah-pecah.

Brexit telah terjadi. Langkah mundur kesatuan Eropa.

Donald Trump telah terpilih sebagai presiden ke-45 Amerika. Entah itu langkah mundur atau tidak untuk Amerika. Yang jelas, presiden yang dipilih –walau sangat ketat– adalah yang saat kampanye membuat takut kalangan minoritas dan pendatang.

Jangan bicara soal Indonesia. Entah itu kehebohan politik yang sampai turun ke jalan, atau itu kehebohan lain –perbedaan ras atau suku bangsa– yang juga sampai turun ke jalan.

Setelah ini entah apa lagi. Siapa tahu akan muncul kejutan lain di bagian dunia yang lain.

Segala sesuatu ini membuat saya berpikir, bukankah dalam beberapa dekade terakhir telah terjadi ”globalisasi” atau paling tidak ”pemersatuan” di mana-mana?
Prosesnya panjang, kadang berdarah-darah, dan sering menyakitkan. Tapi, bukankah saat ini toleransi telah menjadi lebih baik di berbagai penjuru dunia?
Oke, memang akan selalu ada orang yang berbeda. Yang punya sifat benci terhadap orang lain, khususnya yang memiliki latar belakang berbeda. Dan orang-orang seperti itu ada di seluruh penjuru dunia.

Walaupun ada, bukankah rasanya mereka itu sudah menjadi masyarakat yang ”tertinggal”, yang tidak lagi memiliki pengaruh besar secara keseluruhan?
Bukankah pendidikan seharusnya makin baik?
Bukankah alur pertukaran informasi sekarang lebih terbuka, memudahkan semua pihak untuk berkomunikasi lebih baik?
Apa yang terjadi dengan dunia sekarang???
***

Saya mendarat di Taipei, dalam perjalanan menuju Amerika, saat muncul berita Donald Trump menuju kemenangan mengejutkan. Konfirmasinya didapat begitu mendarat di San Francisco.

Malam itu, ada demo menolak Trump di tengah kota tersebut.

California, tempat San Francisco berada, merupakan negara bagian yang ”biru”. Artinya, ini wilayah Partai Demokrat dan Hillary Clinton. Ini negara bagian yang paling beragam masyarakatnya, datang dari berbagai suku bangsa.

Seorang teman baik saya, bule, mengaku takut dengan hasil kemenangan Trump. Apalagi, istrinya keturunan Meksiko.

Kemenangan Trump itu, ucap dia, membuatnya harus mengalibrasi ulang perasaan tentang negara sendiri. Pemilih Trump hampir semuanya adalah kulit putih, dan dominan laki-laki. ”Hasil pemilihan presiden ini membuat saya berpikir, ternyata negara saya ini tidak semaju seperti yang saya bayangkan,” katanya.

Teman saya ini termasuk yang ikut demo. Dan istrinya, yang sedang hamil tua, ikut berdemo.

Dengan lantang, dia mengatakan bahwa Trump adalah seorang rasis. ”Istri saya benar-benar ketakutan,” ujarnya.

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/