32 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Tantangan Tidak Berbicara

Gara-gara operasi itu, saya jadi belajar lebih banyak mengenai anatomi sendiri. Mulai belajar jalan, bagaimana menjaga berat badan supaya tidak mudah cedera, sampai bagaimana dampak satu bagian badan terhadap yang lain.

Saya bisa jadi lebih apresiatif terhadap para atlet yang bisa kembali strong, walau telah mengalami cedera hebat. Butuh kekuatan mental untuk bisa mengembalikan performa!

Yang paling saya ingat dari operasi ini: Bagaimana saya butuh hampir dua minggu rehabilitasi hanya untuk mengajari kaki kanan saya untuk tegak lurus lagi!

Tapi, gara-gara operasi lutut ini, saya tahu harus bagaimana ketika harus operasi lagi. Misalnya, waktu harus operasi patah tangan (pasang pelat) serta operasi bahu (tiga baut).

Berkat pengalaman, saya memiliki disiplin cukup untuk menjalani rehabilitasi yang kadang menyakitkan.

Hehehe, bahkan saya mampu membuktikan, bisa ikut event balap sepeda yang diselenggarakan hanya lima pekan setelah operasi bahu.

Nah, seminggu terakhir, saya dapat tantangan baru yang asyik. Tidak boleh berbicara sama sekali selama minimal seminggu.

Penyebabnya sudah sekitar enam bulan lalu. Waktu itu saya mengalami infeksi pita suara, tapi terus dibiarkan. Suara saya menjadi serak, sering tidak keluar. Disuruh dokter puasa bicara seminggu ya tidak bisa saya jalani. Lha kerjaan saya banyak meeting dan bicara, bagaimana bisa mengistirahatkan suara? Apalagi ada begitu banyak aktivitas di awal tahun.

Karena suara terus memburuk, dan rasanya semakin menyiksa untuk mengeluarkan suara, akhirnya periksa lagi. Endoskopi, hasilnya ada kista di pita suara saya. Muncul karena iritasi yang dibiarkan lama, dan pita suara itu terus dipaksa bekerja.

Operasi harus dilakukan.

Operasinya tidak susah kok. Kan kita tinggal tidur, dokter yang menyelesaikan, lalu kita bangun. Tidak susah, bukan?

Yang susah setelah itu. Dokter dengan tegas bilang tidak boleh berbicara selama minimal seminggu (sebenarnya dia bilang bisa dua minggu sampai sebulan, tapi waktu itu saya memilih tidak mendengarkan, jadi anggap saja seminggu lah).

Tantangan ini, rasanya jauh lebih sulit daripada belajar jalan lagi!

Ketika ingin sesuatu, tidak bisa bersuara. Harus bergerak, belajar menyampaikan dengan isyarat, atau menggerakkan mulut seperti lip sync.

Serunya kalau pesan makanan di restoran. Karena harus main tunjuk, biasanya dapat pelayanan ekstraramah karena saya dikira bisu. Wkwkwk…

Lucunya, kalau bicara dengan orang lain, orang lain itu juga ikut berbicara dengan suara rendah. Mungkin secara refleks dia mengira saya juga tuli…

Gara-gara tidak bisa bicara ini, saya jadi menyadari kenapa anak umur dua tahun dapat julukan ’’terrible two’’. Karena ketika anak umur dua tahun ingin sesuatu, dia masih belum bisa menyampaikan apa yang dia mau. Dan ketika tidak dapat, dia jadi mudah emosi dan menyulitkan!

Tidak boleh bicara rasanya seperti jadi umur dua tahun lagi…

Manusia ini memang luar biasa, punya berbagai kemampuan yang saling melengkapi. Sayang, kita kadang butuh diberi tantangan untuk benar-benar mengapresiasi segala kehebatan ini…

Untung saya masih bisa menulis. Dan ini Happy Wednesday pertama yang ditulis dalam kondisi tidak bisa bicara.

Menurut jadwal yang saya dengar (seminggu tidak bicara), hari Rabu ini (26 April 2017) adalah hari pertama saya boleh mengeluarkan suara. Tidak boleh bicara banyak, tapi sudah mulai berbicara.

Ada kemungkinan, karena yang dioperasi adalah pita suara, maka suara saya akan berubah. Tidak lagi serak, tapi mungkin juga tidak sama seperti sebelumnya.

Benar-benar bikin penasaran! (*)

Gara-gara operasi itu, saya jadi belajar lebih banyak mengenai anatomi sendiri. Mulai belajar jalan, bagaimana menjaga berat badan supaya tidak mudah cedera, sampai bagaimana dampak satu bagian badan terhadap yang lain.

Saya bisa jadi lebih apresiatif terhadap para atlet yang bisa kembali strong, walau telah mengalami cedera hebat. Butuh kekuatan mental untuk bisa mengembalikan performa!

Yang paling saya ingat dari operasi ini: Bagaimana saya butuh hampir dua minggu rehabilitasi hanya untuk mengajari kaki kanan saya untuk tegak lurus lagi!

Tapi, gara-gara operasi lutut ini, saya tahu harus bagaimana ketika harus operasi lagi. Misalnya, waktu harus operasi patah tangan (pasang pelat) serta operasi bahu (tiga baut).

Berkat pengalaman, saya memiliki disiplin cukup untuk menjalani rehabilitasi yang kadang menyakitkan.

Hehehe, bahkan saya mampu membuktikan, bisa ikut event balap sepeda yang diselenggarakan hanya lima pekan setelah operasi bahu.

Nah, seminggu terakhir, saya dapat tantangan baru yang asyik. Tidak boleh berbicara sama sekali selama minimal seminggu.

Penyebabnya sudah sekitar enam bulan lalu. Waktu itu saya mengalami infeksi pita suara, tapi terus dibiarkan. Suara saya menjadi serak, sering tidak keluar. Disuruh dokter puasa bicara seminggu ya tidak bisa saya jalani. Lha kerjaan saya banyak meeting dan bicara, bagaimana bisa mengistirahatkan suara? Apalagi ada begitu banyak aktivitas di awal tahun.

Karena suara terus memburuk, dan rasanya semakin menyiksa untuk mengeluarkan suara, akhirnya periksa lagi. Endoskopi, hasilnya ada kista di pita suara saya. Muncul karena iritasi yang dibiarkan lama, dan pita suara itu terus dipaksa bekerja.

Operasi harus dilakukan.

Operasinya tidak susah kok. Kan kita tinggal tidur, dokter yang menyelesaikan, lalu kita bangun. Tidak susah, bukan?

Yang susah setelah itu. Dokter dengan tegas bilang tidak boleh berbicara selama minimal seminggu (sebenarnya dia bilang bisa dua minggu sampai sebulan, tapi waktu itu saya memilih tidak mendengarkan, jadi anggap saja seminggu lah).

Tantangan ini, rasanya jauh lebih sulit daripada belajar jalan lagi!

Ketika ingin sesuatu, tidak bisa bersuara. Harus bergerak, belajar menyampaikan dengan isyarat, atau menggerakkan mulut seperti lip sync.

Serunya kalau pesan makanan di restoran. Karena harus main tunjuk, biasanya dapat pelayanan ekstraramah karena saya dikira bisu. Wkwkwk…

Lucunya, kalau bicara dengan orang lain, orang lain itu juga ikut berbicara dengan suara rendah. Mungkin secara refleks dia mengira saya juga tuli…

Gara-gara tidak bisa bicara ini, saya jadi menyadari kenapa anak umur dua tahun dapat julukan ’’terrible two’’. Karena ketika anak umur dua tahun ingin sesuatu, dia masih belum bisa menyampaikan apa yang dia mau. Dan ketika tidak dapat, dia jadi mudah emosi dan menyulitkan!

Tidak boleh bicara rasanya seperti jadi umur dua tahun lagi…

Manusia ini memang luar biasa, punya berbagai kemampuan yang saling melengkapi. Sayang, kita kadang butuh diberi tantangan untuk benar-benar mengapresiasi segala kehebatan ini…

Untung saya masih bisa menulis. Dan ini Happy Wednesday pertama yang ditulis dalam kondisi tidak bisa bicara.

Menurut jadwal yang saya dengar (seminggu tidak bicara), hari Rabu ini (26 April 2017) adalah hari pertama saya boleh mengeluarkan suara. Tidak boleh bicara banyak, tapi sudah mulai berbicara.

Ada kemungkinan, karena yang dioperasi adalah pita suara, maka suara saya akan berubah. Tidak lagi serak, tapi mungkin juga tidak sama seperti sebelumnya.

Benar-benar bikin penasaran! (*)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/