Dulu waktu SMA, masih umur 16 tahun, saya masih belum sadar betapa ”terpencilnya” Ellinwood. Setelah menjalani tiga pekan camp bersama siswa pertukaran lain di dekat Seattle, kami baru mendapatkan kepastian sekolah di hari terakhir.
Semua diterjunkan ke kota-kota kecil. Ada yang ke Negara Bagian North Dakota, Iowa, Idaho, dan lain-lain. Azrul Ananda dapat jatah di Kansas.
Ada teman yang sempat stres karena harus tinggal di kota kecil selama setahun, bersama keluarga angkat entah siapa. Tapi, kemudian ada teman dari Jepang yang mengingatkan kita semua untuk tenang. Dia bilang: ”Tenang, ini hanya untuk setahun. Kalau kita hidup sampai 80 tahun, maka ini hanya 1/80 dari total hidup kita”.
Dalam kunjungan 20 Juni lalu, saya baru sadar betapa jauhnya.
Kalau dari Kansas City (yang terletak di Negara Bagian Missouri, bukan Kansas), kota metropolitan terdekat, jaraknya 410 km. Lebih jauh dari Surabaya–Jogjakarta. Pulang pergi, plus mampir ke beberapa kota kecil lain, total hari itu saya nyetir mobil hampir 900 km.
Karena ini Amerika, dan Kansas sangatlah flat (datar), maka perjalanan via highway hanya memakan waktu 3 jam 40 menit. Plus sekitar satu jam karena berhenti-berhenti untuk ke toilet, isi bahan bakar, atau makan.
Dan Kansas benar-benar flat. Datar sejauh mata memandang. Di perjalanan hanya ada ladang gandum, hutan kipas pembangkit listrik (terbesar kedua di Amerika), serta tambang-tambang minyak kecil milik warga. Juga melewati pinggiran Kota Chapman yang Mei lalu dilanda tornado (YouTube: Kansas Tornado 2016).
Di Kansas memang tidak ada pohon. Orang Eropa yang menanam pohon ketika dulu ada pergerakan migrasi dari timur ke barat Amerika.
Setelah sekian jam, sampailah di Ellinwood.
Kota ini nyaris tidak berubah. Saya –bersama keluarga– langsung menuju Main Street alias jalan utama, jalanan berbatu yang panjangnya tidak lebih dari 300 meter. Toko-toko kelontong masih ada. Sebuah hotel kecil juga ada. Beberapa stasiun pengisian bahan bakar juga ada, karena kota ini dilewati jalan antarkota, dan itu dulu jalan utama sebelum munculnya highway.
Dan ternyata, kantor koran lokal, Ellinwood Leader, juga masih ada. Keluarga angkat saya dulu pemilik koran ini. Di bangunan kecil inilah dulu saya ikut bekerja membantu mereka, belajar membuat koran.
Benar-benar takdir. Dikirim ke Amerika dengan jalur murah (beasiswa SMA) supaya tidak terlibat di industri media, ternyata malah ditampung keluarga pemilik koran.
Terbit sejak 1896, koran ini sudah beberapa kali berpindah tangan. Sekarang merupakan bagian dari jaringan koran regional di Kansas.
Masih terbit rutin. Dalam bentuk cetakan koran. Fokus memberitakan kejadian-kejadian Ellinwood, memperjuangkan kepentingan masyarakatnya.
Saya pun masuk ke dalamnya, disambut Karen La Pierre, manajer iklan The Leader. ”Maaf, mengganggu. Tapi, saya dulu bekerja di sini,” sapa saya.
Orang-orang di dalam kantor itu memang bengong. Ada apa ini orang Asia kok mengaku pernah kerja di situ. Karena dulu saya memang satu-satunya orang Asia di radius hampir 200 km. Bahkan, di SMA saya dulu, hampir semuanya kulit putih. Hanya satu Asia (saya) dan satu siswa kulit hitam.
Pekerjaan saya dulu di koran itu membantu sebagai fotografer dan layouter. Masih zaman film, sehingga saya harus menguasai peralatan manual dan cuci-cetak di kamar gelap. Dan masih zaman layout tempel manual, bukan komputer.
Setelah bincang-bincang sebentar, La Pierre langsung meminta waktu saya beberapa menit untuk wawancara. Artikelnya terbit di bagian bawah halaman depan edisi Jumat, 24 Juni lalu. Judulnya: ”Former Indonesian Exchange Student Recounts Year at EHS”.
Terjemahannya: ”Mantan Siswa Pertukaran Asal Indonesia Mengenang Masa-Masa di Ellinwood High School”.
Dan tujuan utama saya hari itu memang kembali ke SMA saya dulu.