SUMUTPOS.CO – SETIAP umat beragama memiliki adat atau tradisinya masing-masing dalam menjalankan ibadah. Keberagaman itu pun menjadi seni budaya yang menjadi daya tarik di Indonesia.
Seperti Budaya Hindu misalnya, Minggu (30/7) kemarin, umat Hindu Kota Binjai dan sekitarnya melaksanakan ibadah Thiruvila atau Sembahyang Kuil di Kuil Shri Mariamman, Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat.
Pada perayaan atau Sembahyang Kuil itu, dirangkai dengan berbagai kegiatan. Mulai dari pemujaan para dewa dan dewi, hingga memberikan sesembahan.
Bahkan, sejumlah umat Hindu juga rela untuk mencucuk pipi, lidah dan tubuh bagian belakang hingga tembus. Selain itu, serta menginjak parang.
Prosesi ritual ini pun menjadi perhatian warga setempat. Pun begitu, semua prosesi Sembahyang Kuil tersebut berjalan dengan lancar setelah dijaga oleh Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri Abri (FKPPI) Kecamatan Binjai Barat dan Polmas maupun Babinsa.
Saat Sembahyang Kuil berlangsung, umat Hindu awalnya mengadakan pemujaan di Kuil Shri Mariamman milik keluarga Selwa. Setelah pemujaan, semua umat Hindu berjalan ke lokasi ritual sekitar 2 kilometer dari lokasi kuil.
Dengan membawa patung dewi, umat Hindu secara perlahan tiba di lokasi ritual. Di lokasi ritual ini, umat Hindu yang ingin mengadakan ritual membuat berbagai persiapan yang dibutuhkan.
Sekitar satu jam, akhirnya umat Hindu yang ingin melakukan ritual satu persatu dicucuk pipi, lidah dan tubuh bagian belakangnya, hingga menginjak parang yang cukup besar. Ritual ini tidak hanya dilakukan oleh umat yang sudah dewasa, tetapi dilakukan juga oleh anak-anak.
Setelah semua ritual selesai, akhirnya semua umat Hindu kembali ke Kuil Shri Mariamman untuk mencabut besi yang menembus pipi, lidah dan tubuh.
Sebelum besi itu dicabut, umat Hindu terlebih dahulu mengelilingi kuil. Selanjutnya, satu persatu besi dicabut dan umat yang melakukan ritual itu tetap menari seakan tidak merasakan sakit.
Matha Riswan S. PdH, pendeta yang membawakan ritual di kuil itu, menerangkan bahwa Sembahyang Kuil ini dilakukan di Bulan Adi dan diselenggarakan di seluruh Indonesia.
“Bulan Adi bisa dikatakan sebagai bulan kemenangan. Karena pada zaman dulu di India, terjadi kemarau panjang dan menimbulkan penyakit. Nah, kemarau dan penyakit itu dapat diatasi setelah melakukan Sembahyang Kuil ini,” ujar Matha.
Karena itu, lanjut Matha, setiap tanggal 17 Juli sampai 17 Agustus, diadakan Sembahyang Kuil. “Karena dibulan inilah Bulan Adi atau bulan kemenangan itu,” paparnya.
Terkait umat yang mencucuk pipi, lidah dan tubuhnya, sambung Matha, merupakan ritual untuk menjalankan niat atau nazar yang pernah diucapkan. “Misalnya seseorang ingin bekerja atau menikah, jika terkabul dia akan menjalani ritual cucuk. Nah, ketika niat sudah terkabul, maka nazar harus dilaksanakan,” terangnya sembari mengatakan, ritual ini hanya bisa dilakukan di Bulan Adi.
Sementara itu, Selwa, keluarga dari pemilik kuil, mengucapkan terima kasih kepada FKPPI. “Baru tahun ini Sembahyang Kuil diselenggarakan dengan cukup besar. Semua ini berkat FKPPI dan semua prosesi berjalan aman, nyaman dan lancar,” kata Selwa.
Hadir pada kegiatan ini, Mohan yang akrab disapa Kibo, selaku Wadan Satgas FK-PPI Kota Binjai. Dia turun langsung untuk mengamankan situasi Sembahyang Kuil.(bam/ala)