32 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Ada Luka Tikam, Tahanan Tewas Tergantung di Sel

Foto: Gibson/PM Andi Pangaribuan saat ditemukan tewas tergantung di sel Polres Tobasa.
Foto: Gibson/PM
Andi Pangaribuan saat ditemukan tewas tergantung di sel Polres Tobasa.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Keluarga Andi Pangaribuan (31), tahanan yang disebut jadi korban pembunuhan di dalam sel narkoba Polres Toba Samosir (Tobasa) melaporkan Kapolres Tobasa, AKBP Jidin Siagian ke Propam Poldasu, Senin (30/11).

Abang kandung korban Benni Pangaribuan (43) mengatakan, adiknya tewas di dalam sel tahanan dengan luka lebam di sekujur tubuh dan luka tikaman sebanyak tiga liang di leher sebelah kiri.

Selain itu, Andi juga ‘digantung’ di besi ventilasi udara menggunakan baju kemeja warna biru, sehari setelah ditangkap pada Jumat (6/11) lalu. Selain luka lebam dan tusuk, kain yang melilit lehernya juga bukan milik Andi. Sebab saat ditangkap, Andi tidak memakai kemeja biru tapi kaos oblong. “Banyak kejanggalan kematian adikku di sel tahanan Polres Tobasa,” katanya di halaman Propam Poldasu.

Diceritakan Bennu, kasus ini berawal pada Kamis (5/11) sekitar pukul 09. 00 WIB. Kala itu, Andi mendapat tugas mengawal bendahara PT Hutahaen di Desa Pintu Bosi, Kecamatan Laguboti yang hendak membayarkan gaji para karyawannya.

Malam harinya sekira pukul 19.00 WIB, Andi dan dan bendahara perusahaan tempatnya bekerja sebagai security itu kembali ke Laguboti mengendarai mobil perusahaan.

Tak disangka, ternyata malam itu mobil keduanya telah dibuntuti sekitar 5 polisi yang mengendarai mobil jenis Avanza. Tak lama berselang, mobil korban pun dihentikan polisi. Setelah itu dua polisi turun dari dan menghampiri mobil korban. “Mereka (polisi) hanya menyuruh adik saya saja yang turun,” bebernya didampingi anggota DPRDSU, Sutrisno Panggaribuan.

Lanjutnya, setelah menangkap dan memeriksa korban, polisi tidak menemukan apapun di badannya, sementara mobil yang dikendarainya tidak digeledah. “Adik saya saja yang digeledah tetapi polisi tidak menemukan apa-apa,” ujarnya.

Tak lama kemudian, rekan korban sempat mendengar jeritan dari mobil polisi yang melakukan penangkapan itu. “Tolonglah, jangan begitulah pak, itu bukan punya saya,” teriak Andi kala itu.

Tetapi jeritan itu hanya sebentar. Petugas kemudian memboyong korban ke Polsek Silaen dengan tangan diborgol. “Itulah jeritan adik saya terakhir. Mungkin polisi itu mau menjebak adik saya dengan narkoba makanya dia berteriak kalau itu bukan miliknya,”terangnya. Menurut dia, keesokan harinya, korban ditemukan tewas di sel tahanan secara tak wajar. Namun, polisi menjelaskan korban tewas karena gantung diri di dalam selnya. “Hasil autopsi adik saya belum keluar, tetapi siapapun orang yang melihat jenazah adik saya pasti tahu ada luka lembab di tubuhnya. Mulutnya mengeluarkan darah, itu bisa saya buktikan,”ungkapnya.

Sementara itu, Kapolres Tobasa, AKBP Jidin Siagian yang dikonfirmasi mengatakan, korban murni tewas karena gantung diri di dalam sel. “Dia, (korban) tewas karena gantung diri. Bahkan, saya sudah minta kepada pihak keluarga untuk dilakukan autopsi, tetapi pihak keluarga menolaknya,” ucap Jidin.

Foto: Gibson/PM Andi Pangaribuan saat ditemukan tewas tergantung di sel Polres Tobasa.
Foto: Gibson/PM
Andi Pangaribuan saat ditemukan tewas tergantung di sel Polres Tobasa.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Keluarga Andi Pangaribuan (31), tahanan yang disebut jadi korban pembunuhan di dalam sel narkoba Polres Toba Samosir (Tobasa) melaporkan Kapolres Tobasa, AKBP Jidin Siagian ke Propam Poldasu, Senin (30/11).

Abang kandung korban Benni Pangaribuan (43) mengatakan, adiknya tewas di dalam sel tahanan dengan luka lebam di sekujur tubuh dan luka tikaman sebanyak tiga liang di leher sebelah kiri.

Selain itu, Andi juga ‘digantung’ di besi ventilasi udara menggunakan baju kemeja warna biru, sehari setelah ditangkap pada Jumat (6/11) lalu. Selain luka lebam dan tusuk, kain yang melilit lehernya juga bukan milik Andi. Sebab saat ditangkap, Andi tidak memakai kemeja biru tapi kaos oblong. “Banyak kejanggalan kematian adikku di sel tahanan Polres Tobasa,” katanya di halaman Propam Poldasu.

Diceritakan Bennu, kasus ini berawal pada Kamis (5/11) sekitar pukul 09. 00 WIB. Kala itu, Andi mendapat tugas mengawal bendahara PT Hutahaen di Desa Pintu Bosi, Kecamatan Laguboti yang hendak membayarkan gaji para karyawannya.

Malam harinya sekira pukul 19.00 WIB, Andi dan dan bendahara perusahaan tempatnya bekerja sebagai security itu kembali ke Laguboti mengendarai mobil perusahaan.

Tak disangka, ternyata malam itu mobil keduanya telah dibuntuti sekitar 5 polisi yang mengendarai mobil jenis Avanza. Tak lama berselang, mobil korban pun dihentikan polisi. Setelah itu dua polisi turun dari dan menghampiri mobil korban. “Mereka (polisi) hanya menyuruh adik saya saja yang turun,” bebernya didampingi anggota DPRDSU, Sutrisno Panggaribuan.

Lanjutnya, setelah menangkap dan memeriksa korban, polisi tidak menemukan apapun di badannya, sementara mobil yang dikendarainya tidak digeledah. “Adik saya saja yang digeledah tetapi polisi tidak menemukan apa-apa,” ujarnya.

Tak lama kemudian, rekan korban sempat mendengar jeritan dari mobil polisi yang melakukan penangkapan itu. “Tolonglah, jangan begitulah pak, itu bukan punya saya,” teriak Andi kala itu.

Tetapi jeritan itu hanya sebentar. Petugas kemudian memboyong korban ke Polsek Silaen dengan tangan diborgol. “Itulah jeritan adik saya terakhir. Mungkin polisi itu mau menjebak adik saya dengan narkoba makanya dia berteriak kalau itu bukan miliknya,”terangnya. Menurut dia, keesokan harinya, korban ditemukan tewas di sel tahanan secara tak wajar. Namun, polisi menjelaskan korban tewas karena gantung diri di dalam selnya. “Hasil autopsi adik saya belum keluar, tetapi siapapun orang yang melihat jenazah adik saya pasti tahu ada luka lembab di tubuhnya. Mulutnya mengeluarkan darah, itu bisa saya buktikan,”ungkapnya.

Sementara itu, Kapolres Tobasa, AKBP Jidin Siagian yang dikonfirmasi mengatakan, korban murni tewas karena gantung diri di dalam sel. “Dia, (korban) tewas karena gantung diri. Bahkan, saya sudah minta kepada pihak keluarga untuk dilakukan autopsi, tetapi pihak keluarga menolaknya,” ucap Jidin.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/