SAMOSIR, SUMUTPOS.CO – Usai mengunjungi beberapa titik lokasi wisata di Pulau Samosir, Wakil Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Musa Rajekshah meminta agar pihak terkait dapat memberikan kontribusi mendukung pariwisata berupa fasilitas penunjang. Selain memfokuskan layanan kebersihan, penyediaan informasi dengan konsep edutourism (pariwisata pendidikan)n
Pesan itu disampaikan Wagub setelah melihat dan mendengar cerita di balik keberadaan dan keindahan Danau Toba. Mulai dari sejarah, hingga bentuk batuan yang terpampang di banyak lokasi di Pulau Samosir, dengan informasi bagaimana kejadian yang diperkirakan terjadi 500 ribu tahun lalu melalui letusan Gunung Toba. Karena itu perlu dijelaskan kepada masyarakat luas tentang pengetahuan tersebut.
“Ini harus kita buat papan informasi yang lengkap. Karena yang begini kan masyarakat belum banyak tahu tentang sejarah dan hal lain soal terbentuknya Danau Toba ini. Saya juga baru mengetahui sedetail ini,” ujar Wagub, usai mengunjungi sebuah Geosite di kawasan Ambarita, Simanindo beberapa waktu lalu.
Selain papan informasi, Wagub juga mengingatkan bahwa mengandalkan pariwisata, terpenting pertama adalah kebersihan. Sebab jika di satu tempat saja ada sampah yang terbuang tidak pada tempatnya, akan ada nilai buruk tentang itu dari pengunjung. Apalagi turis mancanegara yang sangat sensistif soal kebersihan.
“Selain itu, harus dihadirkan di sini tong sampah, seperti di dekat papan informasi nantinya. Nanti kita minta supaya dari Bank Sumut bisa memberikan dana CSR-nya untuk itu. Bisa ke Pemprov, bisa juga ke Pemkab Samosir, biar mereka yang pasang. Jadi nanti titik-titiknya mereka yang tahu,” sebut Wagub.
Program dan rencana tersebut, kata Musa Rajekshah yang lebih dikenal dengan sebutan Ijeck ini, bukan untuk saat ini saja, tetapi untuk keberlangsungan kehidupan dan dunia pariwisata hingga masa mendatang. Karena itu, dirinya menilai bahwa siapapun pemimpinnya, hal seperti ini harus terus berjalan untuk kebaikan masyarakat terutama generasi mendatang.
“Nanti selain tong sampah, perlu juga kita buat (tambah) lampu jalan yang pakai solar cell. Paling tidak beberapa titik ada penerangan,” kata Ijeck.
Setelah Ambarita, Wagub bersama rombongan pun mengunjungi Pantai Batu Hoda dan Pantai Situngkir yang kini banyak dikunjungi wisatawan pada akhir pekan atau masa liburan. Dirinya berharap Pemkab Samosir dapat memberikan perhatian serius dan berkelanjutan kepada dunia pariwisata di kabupaten tersebut. Sebab menurutnya, jika pertanian tidak begitu dapat menjamin peningkatan ekonomi, maka sektor ini pariwisata harus benar-benar memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat.
Kesempatan itu pula, Ijeck meminta agar Bank Sumut sebagai BUMD, bisa hadir di masyarakat, tidak hanya memberikan modal bagi warga yang ingin berusaha, tetapi juga meberikan pelatihan wirausaha kepada penduduk yang berkecimpung di bidang pariwisata.
“Beberapa tahun lalu saya datang dan lari pagi, banyak warga yang membalas sapaan saya, banyak juga yang diam tidak menjawab. Tetapi sekarang, saya lewat, masyarakatnya sudah ramah dan bahkan lebih dulu menyapa saya. Itulah tandanya ada kemajuan selama ini. Karena selain bersih, kita juga harus hadirkan rasa aman dan nyaman, serta ramah tamah kepada tamu,” pungkasnya.
Dalam kunjungannya itu, Ijcek juga sempat mendatangi satu gerai milik warga penenun kain ulos khas Toba binaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut. Di dalamnya bahkan Wagub membeli hasil produk kerajinan tangan dari masyarakat setempat.
Sementara mendampingi Wagub, Kepala Dinas Kebudayan dan Pariwisata Sumut Wan Hidayati menyebutkan, pihaknya berharap Geopark Kaldera Toba (Danau Toba secara menyeluruh) dapat diterima menjadi anggota UNESCO. Sehingga nantinya kawasan taman bumi di provinsi ini mendapat perhatian penuh dari organisasi yang bergerak di bidang tersebut. “Ya kita terus mengupayakan agar Geopark Kaldera Toba bisa diterima menjadi anggota UNESCO. Kita tunggu dan berdoa, September ini diumumkan. Karena Danau Toba ini punya cerita dan sejarah kejadian sejak ratusan ribu tahun lalu, hingga menjadi seperti sekarang ini. Itulah yang mau kita angkat supaya menjadi daya tarik juga bagi wisatawan mancanegara, selain juga adat istiadat serta lingkungan hidupnya,” tandas Hidayati.
Festival Musik Etnik
Sebagai upaya peningkatan kunjungan wisatawan, Disbudpar Sumut akan menggelar festival musik etnik dengan menghadirkan musisi dan penata musik prefesional. Festival musik etnik ini nantinya akan memadukan kolaborasi antara tradisi, budaya, musik etnik dengan musik modern dunia.
Dengan mengambil tema milenial berbudaya, diharapkan melalui even ini kaum milenial yang memiliki potensi dalam dunia musik menjadi pendongkrak pembangunan daerah melalui wisata musik. Apalagi, para peserta diwajibkan membawakan satu lagu daerah yang diarransment ulang dengan perpaduan alat musik tradisional dan modern.
Meski even ini baru pertama kalinya digelar secara resmi oleh Pemerintah Sumatera Utara, diharapkan program wisata musik ini dapat terlaksana dan teragenda tahunan khususnya. “Selain olahraga dan kuliner, musik juga menjadi potensi wisata yang bisa dikembangkan. Lihat saja berbagai festival musik besar yang diadakan tahunan. Jangankan hanya di Jakarta, yang diadakan di perbatasan pun minimal didatangi penduduk negara tetangga, Malaysia atau Singapura,” beber Hidayati.
Diakuinya, konsep music tourism ini memang baru gencar dikumandangan pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata di bawah kepemimpinan Menteri Pariwisata Arief Yahya. Namun jauh sebelumnya, Java Jazz atau Djakarta Warehouse Project menjadi bagian dari promosi wisata musik di Tanah Air, negara di belahan dunia lain sudah kerap melakukannya.
“Meski menjadi tahap awal dan mendasar bagi kita Pemprovsu berharap dapat terealisssi secara maksimal setiap pelaksaannya. Karena juga menjadi bagian program visi-misi Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara dalam menciptakan penduduk yang berbudaya,” tutur Hidayati.
Sekedar informasi dan refrensi, papar Hidayati lagi, Dalam katalog ‘100 Wonderful Event Indonesia 2018’ yang diterbitkan oleh Kementerian Pariwisata, ada 10 acara nasional ditentukan oleh tim kurator sebagai acara pilihan di Indonesia.
Satu-satunya acara yang terkait musik dalam daftar tersebut adalah ‘Java Jazz Festival’, festival yang dianggap banyak netizen tak lagi nge-jazz. “Kegiatan ini juga sebagai wujud kepedulian kami pemerintah daerah, dalam mendukung program pemerintah pusat serta penghargaan terhadap peringatan perayaan Hari Musik Nasional, yang jatuh pada 9 Maret. Tanggal tersebut diambil karena bertepatan dengan hari kelahiran Wage Rudolf (WR) Supratman, sang pencipta lagu kebangsaan ‘Indonesia Raya’,” pungkasnya.
Pelaksanaan Musik Etnik 2019 Disbudpar Sumut ini diikuti 10 peserta lokal yang terdiri dari beberapa kabupaten/kota di Sumatera Utara, mahasiswa musikilogi Universitas Sumatera Utara (USU) Universitas Negeri Medan (Unimed), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Diantaranya, Dr. Project, Mineralle,El Cocolaci, Scrupture, Senja Bay,Naposo Band, Hour Glass,Green Light, Akar Primitive.(prn/gus)