25.6 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Sepanjang Tahun 2014-2018, 586 Balita di Asahan Alami Gizi Buruk

Ilustrasi

ASAHAN, SUMUTPOS.CO – Sepanjang tahun 2014 hingga 2018, tercatat sebanyak 586 balita di Kabupaten Asahan mengalami gizi buruk.

Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Asahan, dr Aris Yudhariansyah saat ditemui Sumut Pos,Jumat (1/3).

Untuk menekan angka tersebut, Aris meminta agar para ibu hamil dan orangtua harus memperhatikan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). “Harus diperhatikan mulai dari kandungan hingga anak usia 2 tahun. Sebab pada masa itu, pembentukan sel jaringan otak sedang berjalan sebanyak 70 persen.”terang Aris.

Dijelaskan Aris lagi, seorang bayi harus mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan. “Kemudian, bayi diperkenankan mendapatkan makanan pendamping yang bernutrisi dan bergizi berimbang agar anak bisa tumbuh sehat dan cerdas,”terangnya.

Berdasarkan data yang dihimpun di Dinkes Asahan, jumlah balita yang mengalami gizi buruk pada tahun 2014 tercatat 96 kasus, tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 117 kasus, tahun 2016 naik menjadi 136 kasus. Kemudian tahun 2017, angka anak mengalami gizi buruk mengalami penurunan sebanyak 132 kasus, dan pada tahun 2018 dapat ditekan menjadi 87 kasus. “Namun berkat kerja keras serta berbagai program yang dijalankan Dinkes Asahan. Kasus gizi buruk ini bisa ditekan,”pungkasnya.

Hal itu dikatakan Aris, Promkes seperti kelas ibu hamil yang dilakukan satu bulan sekali di setiap desa dapat menumbukan pemhamaman yang positif.

“Mereka akhirnya paham begitu pentingnya kesehatan bagi ibu yang mengandung bayi hingga masa nifas,”pungkasnya. (omi/han)

Ilustrasi

ASAHAN, SUMUTPOS.CO – Sepanjang tahun 2014 hingga 2018, tercatat sebanyak 586 balita di Kabupaten Asahan mengalami gizi buruk.

Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Asahan, dr Aris Yudhariansyah saat ditemui Sumut Pos,Jumat (1/3).

Untuk menekan angka tersebut, Aris meminta agar para ibu hamil dan orangtua harus memperhatikan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). “Harus diperhatikan mulai dari kandungan hingga anak usia 2 tahun. Sebab pada masa itu, pembentukan sel jaringan otak sedang berjalan sebanyak 70 persen.”terang Aris.

Dijelaskan Aris lagi, seorang bayi harus mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan. “Kemudian, bayi diperkenankan mendapatkan makanan pendamping yang bernutrisi dan bergizi berimbang agar anak bisa tumbuh sehat dan cerdas,”terangnya.

Berdasarkan data yang dihimpun di Dinkes Asahan, jumlah balita yang mengalami gizi buruk pada tahun 2014 tercatat 96 kasus, tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 117 kasus, tahun 2016 naik menjadi 136 kasus. Kemudian tahun 2017, angka anak mengalami gizi buruk mengalami penurunan sebanyak 132 kasus, dan pada tahun 2018 dapat ditekan menjadi 87 kasus. “Namun berkat kerja keras serta berbagai program yang dijalankan Dinkes Asahan. Kasus gizi buruk ini bisa ditekan,”pungkasnya.

Hal itu dikatakan Aris, Promkes seperti kelas ibu hamil yang dilakukan satu bulan sekali di setiap desa dapat menumbukan pemhamaman yang positif.

“Mereka akhirnya paham begitu pentingnya kesehatan bagi ibu yang mengandung bayi hingga masa nifas,”pungkasnya. (omi/han)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/