LANGKAT, SUMUTPOS.CO -Sepuluh tahun bukanlah sebentar dalam sebuah penantian. Selama itu pula, warga Desa Suka Makmur, Kecamatan Tanjungpura, Kabupaten Langkat, terus berharap agar pemerintah, khususnya Pemkab Langkat, membangunkan jembatan untuk mereka.
Karena jembatan ini sangat dibutuhkan warga untuk menghubungkan Desa Suka Makmur ke pusat perkotaan di Langkat.
“Kami terus berharap agar jembatan dibangun. Karena cuma ini yang bisa menghemat waktu dan biaya menuju kota,” ungkap Mukhtar, seorang warga sekitar, Selasa (1/8).
Selama ini, lanjut Mukhtar, karena tidak ada jembatan, warga sekitar harus menggunakan jasa penyeberangan, yakni getek. Sebab jika melalui jalur darat, maka warga harus memutar, dan memakan waktu hingga 30 menit. “Bukan tak bisa melalui jalur darat. Cuma kalau dari situ (jalur darat), jarak yang ditempuh sangat jauh. Bisa sampai puluhan kilometer dan jalannya juga rusak,” beber pria berkacamata ini.
Sunarsi, warga sekitar yang setiap hari menggunakan jasa penyeberangan getek, mengungkapkan hal senada. Menurutnya, ia bersama warga sekitar, terus berharap pemerintah membangunkan jembatan. Bahkan keinginan warga sudah puluhan kali disampaikan ke Pemkab Langkang maupun Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut, baik melalui lisan maupun tulisan. Namun sejauh ini harapan mereka belum juga terkabul. “Kami terus menanti. Semoga saja pemerintah bisa membuka mata dan membangun jembatan untuk kami,” harapnya.
Sebab, sambungnya, jika jembatan sudah dibangun, selain menghemat waktu dan biaya, aktivitas warga juga bisa berjalan lancar. Jembatan juga dapat memberikan kemudahan lainnya, dan sangat membantu anak-anak yang masih bersekolah. “Tiap hari ada ratusan orang yang menggunakan jasa penyeberangan getek, karena tidak ada jembatan, termasuk anak-anak sekolah,” jelas Sunarsi.
Menurut Sunarsi, menggunakan jasa penyeberangan getek, bukan tak berisiko. Karena bisa saja getek terbalik dan hanyut dibawa arus sungai yang deras. “Takut sih takut. Tapi kalau sudah seperti ini, mau bagaimana lagi? Kasihan anak-anak yang masih sekolah,” katanya.
“Kalau musim banjir, maka getek tidak bisa dipergunakan. Dan warga harus memutar arah untuk menuju ke kota Tanjugpura. Anak-anak pun harus pagi-pagi sekali berangkat ke sekolah. Kalau tidak, bisa terlambat, karena jalurnya cukup jauh jika melalui jalan darat,” pungkas Sunarsi, yang berharap Pemkab Langkat dan pemprov Sumut membuka mata. (bam/saz)