JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Niat pemerintah membangun Danau Toba disambut baik Kepala Humas Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Jeirry Sumampow. Menurutnya, Danau Toba adalah karunia Allah yang sangat berharga bagi masyarakat di sekitarnya, bahkan bagi Indonesia.
“Namun sayangnya Danau Toba kini tercemar oleh limbah berbagai industri pengolahan kayu dan peternakan, serta usaha perhotelan dan pariwisata yang tidak memperhatikan kelestarian dan keindahan lingkungan sekitar Danau Toba,” ujarnya.
Menurut Jeirry, PGI mengetahui kondisi yang ada, tidak saja berdasarkan informasi. Namun melihat langsung, apalagi sebelumnya PGI juga menggelar Sidang Majelis Pekerja Lengkap di Parapat pada 22-26 Januari lalu.
“Kehadiran berbagai industri itu justru merusak keindahan dan kelestarian danau itu. Danau yang indah terancam menjadi kubangan sampah dan limbah. Selain itu longsor dan banjir bandang mengancam kelangsungan hidup masyarakat setempat,” ujarnya.
Kerusakan lingkungan Danau Toba ini kata Jeirry, juga menjadi salah satu contoh dari krisis ekologis yang terjadi di berbagai tempat lain di Indonesia. Karena itu dalam konteks demikian, Sidang MPL PGI 2016 mendukung Gerakan Cinta Danau Toba sebagai langkah bersama pemerintah, masyarakat dan unsur-unsur masyarakat sipil.
“Tujuannya demi penyelamatan lingkungan Danau Toba. Seluruh upaya pengembangan pariwisata di sekitar Danau Toba mestilah ditujukan pada kelestarian dan keindahan Danau Toba, serta kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut,” ujar Jeirry. (gir)
JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Niat pemerintah membangun Danau Toba disambut baik Kepala Humas Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Jeirry Sumampow. Menurutnya, Danau Toba adalah karunia Allah yang sangat berharga bagi masyarakat di sekitarnya, bahkan bagi Indonesia.
“Namun sayangnya Danau Toba kini tercemar oleh limbah berbagai industri pengolahan kayu dan peternakan, serta usaha perhotelan dan pariwisata yang tidak memperhatikan kelestarian dan keindahan lingkungan sekitar Danau Toba,” ujarnya.
Menurut Jeirry, PGI mengetahui kondisi yang ada, tidak saja berdasarkan informasi. Namun melihat langsung, apalagi sebelumnya PGI juga menggelar Sidang Majelis Pekerja Lengkap di Parapat pada 22-26 Januari lalu.
“Kehadiran berbagai industri itu justru merusak keindahan dan kelestarian danau itu. Danau yang indah terancam menjadi kubangan sampah dan limbah. Selain itu longsor dan banjir bandang mengancam kelangsungan hidup masyarakat setempat,” ujarnya.
Kerusakan lingkungan Danau Toba ini kata Jeirry, juga menjadi salah satu contoh dari krisis ekologis yang terjadi di berbagai tempat lain di Indonesia. Karena itu dalam konteks demikian, Sidang MPL PGI 2016 mendukung Gerakan Cinta Danau Toba sebagai langkah bersama pemerintah, masyarakat dan unsur-unsur masyarakat sipil.
“Tujuannya demi penyelamatan lingkungan Danau Toba. Seluruh upaya pengembangan pariwisata di sekitar Danau Toba mestilah ditujukan pada kelestarian dan keindahan Danau Toba, serta kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut,” ujar Jeirry. (gir)