25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Hasil Panen Food Estet Humbahas Melimpah, Tahun Depan, Lahan Ditambah 2 Ribu Hektare

HUMBAHAS, SUMUTPOS.CO – Program lumbung pangan nasional atau Food Estate di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) mengalami perkembangan positif. Produksi hasil panen Food Estate Humbahas mengalami peningkatan signifikan.

PANEN KENTANG: Gubsu Edy Rahmayadi bersama Kapolda Sumut Irjen Pol Panca Putra Simanjuntak memanen kentang saat mendampingi Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan meninjau kawasan food estate di Desa Riaria, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbanghasundutan, Rabu (1/9).Diskominfo Provinsi Sumut For Sumut Pos.

Misalnya tanaman kentang, dari percobaan yang dilakukan PT Indofood selaku off-taker (investor), mampu menghasilkan 24 ton/hektare dengan asumsi minimal 1 hektare ditanami 24 ribu tanaman. Sedangkan untuk bawang putih, diprediksikan mampu mengahasilkan 8 ton/hektare, angka ini di atas rata-rata nasional yakni 6,3 ton/hektare.

“Inilah bukti Humbahas memiliki alam yang subur. Tuhan menciptakan ini untuk menjadi lumbung pangan, bukan hanya untuk Sumut, tetapi Indonesia juga. Seperti kata Pak Luhut (Menko Kemaritiman dan Investasi), bila ini sudah mantap kita lanjut ke tahap kedua dengan target lahan 2 ribu hektare,” kata Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi usai mendampingi Menko Marves, Luhut Binsar Panjaitan meninjau irigasi tetes dan panen kentang di food estate Desa Riaria, Humbahas, Rabu (1/9).

Melalui kerja sama yang kuat antarpetani, pemerintah dan juga off-taker, Edy optimis food estate Humbahasn

akan terus berkembang. “Ini tidak bisa dikerjakan hanya sepihak, kita harus bersama-sama, ada ahli pertanian, ahli infrastruktur, petani, pemerintah semua harus bergandengan tangan,” tambah Edy.

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan, food estate sangat menguntungkan petani. Selain mendapatkan pengolahan lahan modern petani juga mendapatkan pembersihan lahan, pembangunan jalan dan irigasi tanpa dipungut biaya plus sertifikat tanah. Karena itu, Luhut tidak ingin petani melewatkan kesempatan yang sangat berharga ini. “Dua tahun kita mengerjakan ini dan sudah terlihat perkembangannya secara signifikan. Ini sangat menguntungkan petani kita, mereka belajar dari ahlinya langsung, diajari pertanian modern dengan hasil yang jauh lebih besar. Jadi, jangan lewatkan kesempatan ini,” kata Luhut.

Luhut bersama Gubsu Edy Rahmayadi, Wamen LHK Alue Dohong, Kapolda Sumut Irjen Pol Panca Putra Simanjuntak dan Bupati Humbahas Dosmar Banjarnahor sempat memanen kentang hasil demplot PT Indofood. Hasilnya cukup memuaskan dengan berat rata-rata 1-2 kg/tanaman.

“Rakyat akan menikmati ini, hasil panen bila kita disiplin mengikuti arahan food estate hasilnya akan sangat memuaskan. Ini juga akan membebaskan petani dari tengkulak karena hasil tani akan diambil food estate dengan harga terbaik dan bapak/ibu sudah punya sertifikat sendiri, tak ada yang bisa ganggu asal tanahnya tidak digunakan selain pertanian,” kata Luhut.

Sementara itu, Manajer Lapangan Food Estate Humbahas Van Basten Panjaitan menjelaskan, hasil panen kentang petani akan meningkat di masa tanam ke dua dan ketiga di food estate. Hal ini dikarenakan kesuburan tanah semakin meningkat di masa tanam kedua dan tiga.

Off-taker Food Eestate Humbahas PT Indofood melakukan uji coba dengan benih kentang lokal di Desa Lintong Nihuta dengan di Food Estate lahan bukaan baru dengan luas 1 hektare. Kedua lahan ini ditanami 24.000 batang benih kentang. Ternyata benih kentang di Lintong Nihuta menghasilkan 32,3 ton, sedangkan di demplot food estate masa tanam pertama hanya menghasilkan 20,9 ton.

Dari percobaan ini, ternyata lahan yang sudah beberapa kali ditanami dengan pengolahan yang tepat akan memberikan hasil panen lebih besar. Jadi, petani akan mendapat keuntungan lebih besar di panen kedua dan ketiga. “Dengan treatment yang tepat hasil panen akan lebih besar di kedua dan ketiga. Tanahnya semakin subur di masa tanam kedua dan ketiga dengan treatment yang kita lakukan di FE,” kata Van Basten.

Salah satu petani, Haposan Lumbangaol mengaku mendapat banyak ilmu dari food estate ini. Selain itu, hasil pertaniannya juga meningkat dengan harga jual yang tinggi. “Selama ini tanah dari nenek moyang kami ini tidak terawat dengan baik, sekarang menjadi pertanian modern. Saya juga sangat bersyukur belajar ilmu baru bertani. Itu, kentang saya nolak ke FE dengan harga Rp6750 per kg. Saya harap ini tidak menurun, terus berjalan dengan baik,” kata Haposan.

Sementara, untuk menunjang distribusi pertanian di food estate Humbahas yang seluas 1.000 hektare, Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Bina Marga menyiapkan 8,9 Km jalan efektif. Jalan tersebut ditargetkan selesai Desember 2021. “Tinggal sedikit yang belum terhubung karen ada sedikit kendala, sebagain besar aspal, ada sertu dan pengerasan tanah. Mudah-mudahan akhir tahun selesai,” kata Direktur Jendral Bina Marga Hedy Rahadian.

Sentra Tanaman Herbal

Selain meninjau lokasi food estate, Meko Marves Luhut Binsar Panjaitan bersama Wamen Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong didampingi Gubsu Edy Rahmayadi, Kapolda Sumut RZ Panca Putra Simanjuntak, Kasdam I/BB Didied Pramudito, dan Bupati Humbahas Dosmar Banjarnahor, juga meninjau pembangunan Taman Sains dan Teknologi Herbal (TSTH) di Desa Aek Nauli, Kecamatan Pollung, Humbang Hasundutan (Humbahas). Dalam kesempatan itu, Edy Rahmayadi mengaku mendukung pengembangan tanaman herbal ada di Sumut.

Menurutnya, tanaman herbal sangat bermanfaat bagi seluruh masyarakat. Selain manfaat kesehatan, manfaat ekonomi juga akan didapatkan masyarakat, apabila pengembangan herbal tersebut berhasil. “Menurut saya, tanaman herbal ini cocok dikembangkan di Sumut, mengingat Sumut juga memiliki potensi besar dalam pengembangan bermacam tanaman, “ kata Edy Rahmayadi.

Namun, kata Edy, untuk mewujudkan itu, perlu dukungan semua pihak mulai dari pusat hingga daerah. “Untuk mewujudkan ini, tentu memerlukan dukungan penuh dari setiap pihak, “ kata Edy.

TSTH berfungsi sebagai tempat budidaya dan pengembangan tanaman herbal. Selain itu, TSTH juga menyediakan bibit unggul hingga pemberdayaan petani lokal. Saat ini persiapan pembangunan TSTH sudah memasuki proses land clearing atau pembersihan lahan seluas 200 hektare.

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, TSTH dilaksanakan berbagai universitas ternama mulai dari Institut Teknologi Del, Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM), dan Institut Pertanian Bogor (IPB). “Kita lihat tadi sudah (proses) masuk land clearing, persiapannya sudah kita lihat bagus, “ kata Luhut.

Luhut menargetkan, akhir Oktober atau November sudah memasuki proses groundbreaking pembangunan TSTH. Apabila program TSTH berhasil, Sumut akan menjadi percontohan tempat pengembangan tanaman herbal. “Semua sudah bagus, kalau pertanian ini nanti jalan, akan di-copy tempat lain, “ ungkap Luhut. (prn/dwi/rel)

HUMBAHAS, SUMUTPOS.CO – Program lumbung pangan nasional atau Food Estate di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) mengalami perkembangan positif. Produksi hasil panen Food Estate Humbahas mengalami peningkatan signifikan.

PANEN KENTANG: Gubsu Edy Rahmayadi bersama Kapolda Sumut Irjen Pol Panca Putra Simanjuntak memanen kentang saat mendampingi Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan meninjau kawasan food estate di Desa Riaria, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbanghasundutan, Rabu (1/9).Diskominfo Provinsi Sumut For Sumut Pos.

Misalnya tanaman kentang, dari percobaan yang dilakukan PT Indofood selaku off-taker (investor), mampu menghasilkan 24 ton/hektare dengan asumsi minimal 1 hektare ditanami 24 ribu tanaman. Sedangkan untuk bawang putih, diprediksikan mampu mengahasilkan 8 ton/hektare, angka ini di atas rata-rata nasional yakni 6,3 ton/hektare.

“Inilah bukti Humbahas memiliki alam yang subur. Tuhan menciptakan ini untuk menjadi lumbung pangan, bukan hanya untuk Sumut, tetapi Indonesia juga. Seperti kata Pak Luhut (Menko Kemaritiman dan Investasi), bila ini sudah mantap kita lanjut ke tahap kedua dengan target lahan 2 ribu hektare,” kata Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi usai mendampingi Menko Marves, Luhut Binsar Panjaitan meninjau irigasi tetes dan panen kentang di food estate Desa Riaria, Humbahas, Rabu (1/9).

Melalui kerja sama yang kuat antarpetani, pemerintah dan juga off-taker, Edy optimis food estate Humbahasn

akan terus berkembang. “Ini tidak bisa dikerjakan hanya sepihak, kita harus bersama-sama, ada ahli pertanian, ahli infrastruktur, petani, pemerintah semua harus bergandengan tangan,” tambah Edy.

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan, food estate sangat menguntungkan petani. Selain mendapatkan pengolahan lahan modern petani juga mendapatkan pembersihan lahan, pembangunan jalan dan irigasi tanpa dipungut biaya plus sertifikat tanah. Karena itu, Luhut tidak ingin petani melewatkan kesempatan yang sangat berharga ini. “Dua tahun kita mengerjakan ini dan sudah terlihat perkembangannya secara signifikan. Ini sangat menguntungkan petani kita, mereka belajar dari ahlinya langsung, diajari pertanian modern dengan hasil yang jauh lebih besar. Jadi, jangan lewatkan kesempatan ini,” kata Luhut.

Luhut bersama Gubsu Edy Rahmayadi, Wamen LHK Alue Dohong, Kapolda Sumut Irjen Pol Panca Putra Simanjuntak dan Bupati Humbahas Dosmar Banjarnahor sempat memanen kentang hasil demplot PT Indofood. Hasilnya cukup memuaskan dengan berat rata-rata 1-2 kg/tanaman.

“Rakyat akan menikmati ini, hasil panen bila kita disiplin mengikuti arahan food estate hasilnya akan sangat memuaskan. Ini juga akan membebaskan petani dari tengkulak karena hasil tani akan diambil food estate dengan harga terbaik dan bapak/ibu sudah punya sertifikat sendiri, tak ada yang bisa ganggu asal tanahnya tidak digunakan selain pertanian,” kata Luhut.

Sementara itu, Manajer Lapangan Food Estate Humbahas Van Basten Panjaitan menjelaskan, hasil panen kentang petani akan meningkat di masa tanam ke dua dan ketiga di food estate. Hal ini dikarenakan kesuburan tanah semakin meningkat di masa tanam kedua dan tiga.

Off-taker Food Eestate Humbahas PT Indofood melakukan uji coba dengan benih kentang lokal di Desa Lintong Nihuta dengan di Food Estate lahan bukaan baru dengan luas 1 hektare. Kedua lahan ini ditanami 24.000 batang benih kentang. Ternyata benih kentang di Lintong Nihuta menghasilkan 32,3 ton, sedangkan di demplot food estate masa tanam pertama hanya menghasilkan 20,9 ton.

Dari percobaan ini, ternyata lahan yang sudah beberapa kali ditanami dengan pengolahan yang tepat akan memberikan hasil panen lebih besar. Jadi, petani akan mendapat keuntungan lebih besar di panen kedua dan ketiga. “Dengan treatment yang tepat hasil panen akan lebih besar di kedua dan ketiga. Tanahnya semakin subur di masa tanam kedua dan ketiga dengan treatment yang kita lakukan di FE,” kata Van Basten.

Salah satu petani, Haposan Lumbangaol mengaku mendapat banyak ilmu dari food estate ini. Selain itu, hasil pertaniannya juga meningkat dengan harga jual yang tinggi. “Selama ini tanah dari nenek moyang kami ini tidak terawat dengan baik, sekarang menjadi pertanian modern. Saya juga sangat bersyukur belajar ilmu baru bertani. Itu, kentang saya nolak ke FE dengan harga Rp6750 per kg. Saya harap ini tidak menurun, terus berjalan dengan baik,” kata Haposan.

Sementara, untuk menunjang distribusi pertanian di food estate Humbahas yang seluas 1.000 hektare, Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Bina Marga menyiapkan 8,9 Km jalan efektif. Jalan tersebut ditargetkan selesai Desember 2021. “Tinggal sedikit yang belum terhubung karen ada sedikit kendala, sebagain besar aspal, ada sertu dan pengerasan tanah. Mudah-mudahan akhir tahun selesai,” kata Direktur Jendral Bina Marga Hedy Rahadian.

Sentra Tanaman Herbal

Selain meninjau lokasi food estate, Meko Marves Luhut Binsar Panjaitan bersama Wamen Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong didampingi Gubsu Edy Rahmayadi, Kapolda Sumut RZ Panca Putra Simanjuntak, Kasdam I/BB Didied Pramudito, dan Bupati Humbahas Dosmar Banjarnahor, juga meninjau pembangunan Taman Sains dan Teknologi Herbal (TSTH) di Desa Aek Nauli, Kecamatan Pollung, Humbang Hasundutan (Humbahas). Dalam kesempatan itu, Edy Rahmayadi mengaku mendukung pengembangan tanaman herbal ada di Sumut.

Menurutnya, tanaman herbal sangat bermanfaat bagi seluruh masyarakat. Selain manfaat kesehatan, manfaat ekonomi juga akan didapatkan masyarakat, apabila pengembangan herbal tersebut berhasil. “Menurut saya, tanaman herbal ini cocok dikembangkan di Sumut, mengingat Sumut juga memiliki potensi besar dalam pengembangan bermacam tanaman, “ kata Edy Rahmayadi.

Namun, kata Edy, untuk mewujudkan itu, perlu dukungan semua pihak mulai dari pusat hingga daerah. “Untuk mewujudkan ini, tentu memerlukan dukungan penuh dari setiap pihak, “ kata Edy.

TSTH berfungsi sebagai tempat budidaya dan pengembangan tanaman herbal. Selain itu, TSTH juga menyediakan bibit unggul hingga pemberdayaan petani lokal. Saat ini persiapan pembangunan TSTH sudah memasuki proses land clearing atau pembersihan lahan seluas 200 hektare.

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, TSTH dilaksanakan berbagai universitas ternama mulai dari Institut Teknologi Del, Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM), dan Institut Pertanian Bogor (IPB). “Kita lihat tadi sudah (proses) masuk land clearing, persiapannya sudah kita lihat bagus, “ kata Luhut.

Luhut menargetkan, akhir Oktober atau November sudah memasuki proses groundbreaking pembangunan TSTH. Apabila program TSTH berhasil, Sumut akan menjadi percontohan tempat pengembangan tanaman herbal. “Semua sudah bagus, kalau pertanian ini nanti jalan, akan di-copy tempat lain, “ ungkap Luhut. (prn/dwi/rel)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/