30.6 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Pengerajin Akar Kayu Kesulitan Kembangkan Usaha

Foto: BAMBANG/SUMUT POS
BEKERJA: Para pengerajin akar kayu bekerja menyelesaikan orderan pemesan, Kamis (2/11).

SUMUTPOS.CO – Pengerajin limbah akar kayu di Kecamatan Kutambaru, membutuhkan perhatian dari Pemkab Langkat. Pasalnya, hingga saat ini mereka kesulitan untuk meningkatkan usaha.

KEPADA Sumut Pos, Pendi Plawi (36) mengaku sudah memulai usahanya satu lalu. “Aku sudah mulai usaha dari setahun lalu bang,” terang pengrajin limbah akar kayu, Kamis (2/11).

Awalnya, usaha ukir akar kayu itu dilihatnya di beberapa daerah di Sumut. Lantas, ia berpikir untuk menjalankan usaha itu di daerahnya.

Sebab, kata Pendi, di daerahnya memiliki akar kayu gare dan suren yang ditanam pihak perkebunan pada tahun 1977.

“Awalnya terobsesi dari beberapa pengerajin di seputaran Sumut. Hingga akhirnya aku terobsesi untuk memulai usaha ini,” jelas dia.

Setelah dicoba, ternyata usaha kerajinan tangan itu memiliki nilai ekonomi. “Hasil kerajinan ini kami pasarkan ke Langkat, Medan, dan Tebing Tinggi,” ujar Pendi.

Untuk harga, hasil karyanya tersebut berkisar Rp2 juta per set. “Kalau satu set, tiga kursi satu meja. Untuk proses pembuatan bisa memakan waktu sampai 3 hari,” bebernya.

Pendi menjelaskan, untuk membuat kerajinan ini setiap akar kayu harus diberi pengawet. Tanpa ada pengawet, kayu akan cepat membusuk karena umur akar kayu sudah sangat tua.

Selanjutnya, akar kayu dicat atau dipernis agar tampak alami dan kilat. “Memang kami terkendala modal. Kalau bisa kami berharap, agar pemerintah memberikan semacam pelatihan. Sehingga kami bisa bersaing dengan pengrajin di dunia internasional. Tentunya bantuan modal juga sangat kami butuhkan,” harap Pendi.(bam/ala)

 

 

Foto: BAMBANG/SUMUT POS
BEKERJA: Para pengerajin akar kayu bekerja menyelesaikan orderan pemesan, Kamis (2/11).

SUMUTPOS.CO – Pengerajin limbah akar kayu di Kecamatan Kutambaru, membutuhkan perhatian dari Pemkab Langkat. Pasalnya, hingga saat ini mereka kesulitan untuk meningkatkan usaha.

KEPADA Sumut Pos, Pendi Plawi (36) mengaku sudah memulai usahanya satu lalu. “Aku sudah mulai usaha dari setahun lalu bang,” terang pengrajin limbah akar kayu, Kamis (2/11).

Awalnya, usaha ukir akar kayu itu dilihatnya di beberapa daerah di Sumut. Lantas, ia berpikir untuk menjalankan usaha itu di daerahnya.

Sebab, kata Pendi, di daerahnya memiliki akar kayu gare dan suren yang ditanam pihak perkebunan pada tahun 1977.

“Awalnya terobsesi dari beberapa pengerajin di seputaran Sumut. Hingga akhirnya aku terobsesi untuk memulai usaha ini,” jelas dia.

Setelah dicoba, ternyata usaha kerajinan tangan itu memiliki nilai ekonomi. “Hasil kerajinan ini kami pasarkan ke Langkat, Medan, dan Tebing Tinggi,” ujar Pendi.

Untuk harga, hasil karyanya tersebut berkisar Rp2 juta per set. “Kalau satu set, tiga kursi satu meja. Untuk proses pembuatan bisa memakan waktu sampai 3 hari,” bebernya.

Pendi menjelaskan, untuk membuat kerajinan ini setiap akar kayu harus diberi pengawet. Tanpa ada pengawet, kayu akan cepat membusuk karena umur akar kayu sudah sangat tua.

Selanjutnya, akar kayu dicat atau dipernis agar tampak alami dan kilat. “Memang kami terkendala modal. Kalau bisa kami berharap, agar pemerintah memberikan semacam pelatihan. Sehingga kami bisa bersaing dengan pengrajin di dunia internasional. Tentunya bantuan modal juga sangat kami butuhkan,” harap Pendi.(bam/ala)

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/