32.8 C
Medan
Monday, May 6, 2024

Dugaan Penganiayaan Pelajar SD hingga Meninggal Dunia, PGRI: Kasek Takut Salah Cakap

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Persatuan Guru Republik Indonesia Kota Binjai berharap agar tindakan Kepala Sekolah Dasar Negeri 023971, Afrida Hutagalung yang bungkam terkait kejadian dugaan penganiayaan pelajar SD hingga meninggal dunia harap dimaklumi.

“Dia kan sudah ada pengacara, jadi nanti kalau dia (ngomong) salah cakap, jadi masalah. Salah cakap kita, masalah juga. Sementara dia sudah punya pengacara,” jelas Ketua PGRI Binjai, M Nur saat diminta tanggapannya, akhir pekan lalu. “Dia kan perempuan, rasa takutnya ada. Enggak bisa juga kalian salahkan itu, sabar ajalah kalian dulu, sama-sama kita maklumi dulu,” seru pria yang menjabat salah satu kepala sekolah dasar negeri di Kota Binjai ini.

Dalam persoalan ini, kata dia, juga terjadi silang pendapat. Namun demikian, dia menegaskan, pihaknya hanya dapat menunggu hasil penyidikan polisi dan visum yang telah dilakukan kepada korban dengan cara membongkar kuburan atau ekshumasi.

“Bukan dari Pemko pengacaranya. Kita tunggu saja hasil kepolisian, enggak berani kita berasumsi, nanti bisa salah,” kata dia.

Menurut dia, pihaknya sudah memberi imbauan kepada seluruh guru yang ada di Kota Binjai untuk dapat berhati-hati di era kemajuan teknologi saat ini. Bahkan sebelum kejadian ini, dia bilang, terus memberi imbauan tersebut. “Sudah kita kasih (imbauan), yakni tingkatkan kewaspadaan di sekolah dan hati-hati sekarang ini. Enggak pun masalah, bisa jadi masalah. Karena itu, kita tunggu saja hasil visum,” tukasnya.

Dalam hal ini, Kepala Sekolah Dasar Negeri 023971, Afrida Hutagalung memilih bungkam saat dikonfirmasi wartawan terkait dugaan penganiayaan yang dilakukan murid hingga mengakibatkan nyawa anak berinisial MIA (11) meninggal dunia. “Nanti ya, nanti ya,” ujar dia saat dikonfirmasi, Rabu (22/6) lalu.

Dia beralasan sedang banyak kegiatan. Saat ditanya sedang di mana agar didatangi, Afrida menolaknya.

Konfirmasi yang dilakukan wartawan awalnya bertanya mengenai dugaan penganiayaan tersebut, apakah terjadi di sekolah atau luar. Namun, Afrida tidak memberikan jawaban. Bahkan, dia juga buru-buru mengakhiri sambungan telepon. “Nanti saja ya, nanti saya hubungi bapak,” ujar Afrida.

Hingga Minggu (26/6), Afrida mengingkari janjinya untuk menghubungi wartawan. Dihubungi kembali pada Selasa (28/6) siang, sang Kasek juga ogah berkomentar. “Harusnya kalau mau konfirmasi, datang lah ke sekolah,” ujar dia.

Meski demikian, Afrida juga memilih mengunci mulutnya untuk dikonfirmasi wartawan. (ted/ram)

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Persatuan Guru Republik Indonesia Kota Binjai berharap agar tindakan Kepala Sekolah Dasar Negeri 023971, Afrida Hutagalung yang bungkam terkait kejadian dugaan penganiayaan pelajar SD hingga meninggal dunia harap dimaklumi.

“Dia kan sudah ada pengacara, jadi nanti kalau dia (ngomong) salah cakap, jadi masalah. Salah cakap kita, masalah juga. Sementara dia sudah punya pengacara,” jelas Ketua PGRI Binjai, M Nur saat diminta tanggapannya, akhir pekan lalu. “Dia kan perempuan, rasa takutnya ada. Enggak bisa juga kalian salahkan itu, sabar ajalah kalian dulu, sama-sama kita maklumi dulu,” seru pria yang menjabat salah satu kepala sekolah dasar negeri di Kota Binjai ini.

Dalam persoalan ini, kata dia, juga terjadi silang pendapat. Namun demikian, dia menegaskan, pihaknya hanya dapat menunggu hasil penyidikan polisi dan visum yang telah dilakukan kepada korban dengan cara membongkar kuburan atau ekshumasi.

“Bukan dari Pemko pengacaranya. Kita tunggu saja hasil kepolisian, enggak berani kita berasumsi, nanti bisa salah,” kata dia.

Menurut dia, pihaknya sudah memberi imbauan kepada seluruh guru yang ada di Kota Binjai untuk dapat berhati-hati di era kemajuan teknologi saat ini. Bahkan sebelum kejadian ini, dia bilang, terus memberi imbauan tersebut. “Sudah kita kasih (imbauan), yakni tingkatkan kewaspadaan di sekolah dan hati-hati sekarang ini. Enggak pun masalah, bisa jadi masalah. Karena itu, kita tunggu saja hasil visum,” tukasnya.

Dalam hal ini, Kepala Sekolah Dasar Negeri 023971, Afrida Hutagalung memilih bungkam saat dikonfirmasi wartawan terkait dugaan penganiayaan yang dilakukan murid hingga mengakibatkan nyawa anak berinisial MIA (11) meninggal dunia. “Nanti ya, nanti ya,” ujar dia saat dikonfirmasi, Rabu (22/6) lalu.

Dia beralasan sedang banyak kegiatan. Saat ditanya sedang di mana agar didatangi, Afrida menolaknya.

Konfirmasi yang dilakukan wartawan awalnya bertanya mengenai dugaan penganiayaan tersebut, apakah terjadi di sekolah atau luar. Namun, Afrida tidak memberikan jawaban. Bahkan, dia juga buru-buru mengakhiri sambungan telepon. “Nanti saja ya, nanti saya hubungi bapak,” ujar Afrida.

Hingga Minggu (26/6), Afrida mengingkari janjinya untuk menghubungi wartawan. Dihubungi kembali pada Selasa (28/6) siang, sang Kasek juga ogah berkomentar. “Harusnya kalau mau konfirmasi, datang lah ke sekolah,” ujar dia.

Meski demikian, Afrida juga memilih mengunci mulutnya untuk dikonfirmasi wartawan. (ted/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/