26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

2020, Sumut Dapat Bantuan Benih Padi dan Jagung

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kabar gembira untuk para petani di Sumatera Utara. Pada 2020, Sumut akan mendapat bantuan dari pemerintah pusat berupa benih padi sebanyak 100 ribu hektare. Bantuan ini dalam rangka mendukung target produktivitas padi sawah 8 ton/hektare, dan bakal memenuhi 30 persen dari potensi lahan sawah yang ada di Sumut.

“Ini untuk pertama kalinya kita mendapatkan bantuan yang begitu besar dari pusat. Karena tahun sebelumnya, Sumut hanya mendapat bantuan 30 ribu hektare benih padi dari APBN. Ini patut kita apresiasi,” ujar Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Sumut, Dahler Lubis kepada wartawan, Minggu (3/11).

Selain benih padi, kata Dahler, Sumut juga mendapat bantuan 70 ribu hektare benih jagung. Bantuan ini akan lebih banyak disalurkan pada sentra-sentra produksi padi maupun jagung seperti di Kabupaten Deliserdang, Simalungun dan lainnya. Meski demikian, ia mengamini bahwa memang tidak semua areal bisa memproduksi 8 ton padi per hektare.

Atas dasar itu, ia mengambil kebijakan bahwa untuk lahan-lahan berpengairan, jumlah produksinya akan lebih digenjot. Lebih dari 8 ton per hektare. “Potensi lahan sawah irigasi kita ada 267.326 hekatre (62,57%), dan potensi lahan sawah non irigasi 159.935 hektare,” ucapnya.

Dirinya juga tak menampik untuk mendukung terwujudnya program itu, masih ada beberapa kendala yang dialami. Seperti ketersediaan benih unggul yang belum mencukupi kebutuhan, pemanfaatan ketersediaan air bersih, ketersediaan saprodi dan alsintan yang masih terbatas, serangan organisme penganggu tumbuhan hingga pada SDM pertanian yang masih relatif.

Pihaknya memaparkan, di semester satu 2019 ini, jumlah produksi padi Sumut telah mencapai 2.850.249 ton, dari target produksi 5.343.688 ton. “Kalau dibandingkan tahun lalu, produksi padi Sumut hanya 3.382.473 ton. Kebutuhan 1.772.373 ton, artinya surplus 1.610.100 ton. Sementara untuk jagung target produksinya 1.811.605 ton.

Realisasinya di semester pertama sudah mencapai 881.900 ton. Kedelai target tahun ini 8.905 ton dan realisasi di semester pertama sudah mencapai 3.711 ton. Untuk tahun 2020, target produksi padi kita 5.450.562 ton, jagung 1.847.873 ton, dan kedele 9.528 ton,” kata mantan Kadis Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut itu.

Karenanya sudah ada beberapa program utama yang akan dibuat di tahun depan yakni peningkatan produksi tanaman pangan seperti pengembangan budidaya padi inbrida dengan volume 10 ribu hekare, jagung hibrida dengan volume 5 ribu hektare, pengembangan sumber daya manusia pertanian, peningkatan produksi tanaman hortikultura, pemasaran dan pengolahan hasil serta program peningkatan sarana dan prasarana pertanian maupun pencegahan dan penanggulangan organisme pengganggu tanaman.

“Swasembada pangan juga tetap kita pertahankan, meningkatkan kualitas tanam bawang merah, putih dan kedelai serta menjaga stabilitasi produksi komoditas strategis akan menjadi prioritas kita juga di tahun depan,” ungkapnya.

Terkait masalah pupuk, di tahun depan juga kata Dahler tidak perlu dipersoalkan. Sampai dengan November ini pupuk di Sumut sudah mendapat tambahan 50 ribu ton. “Dan itu baru dua minggu lalu. Pupuknya seperti urea, SP36 dan lain sebagainya,” sebutnya.

3 Ton Cabai

Kesempatan itu, Dahler menyampaikan bahwa prinsip ekonomi masih menjadi faktor utama kenapa cabai merah banyak dipasok keluar provinsi. Alasannya karena harga jual cabai di luar Sumut lebih tinggi dibandingkan di provinsi ini.

“Alasannya karena itu, harga jual lebih tinggi. Kalau kita lihat di pasar lelang cabai yang ada di Tapanuli Utara misalnya, sekali pelaksanaan pasar lelang mau sampai 3 ton cabai merah dikirim keluar. Kadang dalam seminggu, pasar lelangnya bisa dilaksanakan dalam dua kali,” ujarnya.

Bukan hanya di Taput, dari Kabupaten Karo ia juga melihat bertruk-truk cabai merah dikirim ke luar Sumut. Beberapa provinsi yang menerima produksi cabai merah dari Sumut itu yakni Batam, Pekanbaru dan Padang. Menurut Dahler, seharusnya dengan produksi yang mencukupi, cabai di Sumut tidak menjadi pemicu inflasi.

Karena seperti diketahui pasa 2018 saja, ia menyebutkan bahwa produksi cabai merah di Sumut mencapai 152.242 ton. Sedangkan kebutuhannya sebesar 144.030. “Artinya untuk tahun 2018, sebenarnya kita surplus 8.212 ton cabai merah produksi kita berada di peringkat ketiga nasional,” sebutnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, pada semester I 2019 ini, produksi cabai merah di Sumut juga sudah mencapai 72.993 ton dari target produksi 168.822 ton. Diharapkan tahun ini produksi cabai merah di Sumut juga kembali surplus. “Tahun 2020 target produksi cabai merah kita 173.886 ton, 2021 mencapai 179.103 ton dan di 2023 mencapai 190.000 ton,” katanya.

Begitupun dengan bawang merah, meskipun saat ini jumlah produksinya di Sumut belum bisa memenuhi kebutuhan bawang merah di provinsi ini, pihaknya tetap menargetkan di 2023, Sumut bisa swasembada bawang yang saat ini surplus 31.604 ton. (prn)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kabar gembira untuk para petani di Sumatera Utara. Pada 2020, Sumut akan mendapat bantuan dari pemerintah pusat berupa benih padi sebanyak 100 ribu hektare. Bantuan ini dalam rangka mendukung target produktivitas padi sawah 8 ton/hektare, dan bakal memenuhi 30 persen dari potensi lahan sawah yang ada di Sumut.

“Ini untuk pertama kalinya kita mendapatkan bantuan yang begitu besar dari pusat. Karena tahun sebelumnya, Sumut hanya mendapat bantuan 30 ribu hektare benih padi dari APBN. Ini patut kita apresiasi,” ujar Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Sumut, Dahler Lubis kepada wartawan, Minggu (3/11).

Selain benih padi, kata Dahler, Sumut juga mendapat bantuan 70 ribu hektare benih jagung. Bantuan ini akan lebih banyak disalurkan pada sentra-sentra produksi padi maupun jagung seperti di Kabupaten Deliserdang, Simalungun dan lainnya. Meski demikian, ia mengamini bahwa memang tidak semua areal bisa memproduksi 8 ton padi per hektare.

Atas dasar itu, ia mengambil kebijakan bahwa untuk lahan-lahan berpengairan, jumlah produksinya akan lebih digenjot. Lebih dari 8 ton per hektare. “Potensi lahan sawah irigasi kita ada 267.326 hekatre (62,57%), dan potensi lahan sawah non irigasi 159.935 hektare,” ucapnya.

Dirinya juga tak menampik untuk mendukung terwujudnya program itu, masih ada beberapa kendala yang dialami. Seperti ketersediaan benih unggul yang belum mencukupi kebutuhan, pemanfaatan ketersediaan air bersih, ketersediaan saprodi dan alsintan yang masih terbatas, serangan organisme penganggu tumbuhan hingga pada SDM pertanian yang masih relatif.

Pihaknya memaparkan, di semester satu 2019 ini, jumlah produksi padi Sumut telah mencapai 2.850.249 ton, dari target produksi 5.343.688 ton. “Kalau dibandingkan tahun lalu, produksi padi Sumut hanya 3.382.473 ton. Kebutuhan 1.772.373 ton, artinya surplus 1.610.100 ton. Sementara untuk jagung target produksinya 1.811.605 ton.

Realisasinya di semester pertama sudah mencapai 881.900 ton. Kedelai target tahun ini 8.905 ton dan realisasi di semester pertama sudah mencapai 3.711 ton. Untuk tahun 2020, target produksi padi kita 5.450.562 ton, jagung 1.847.873 ton, dan kedele 9.528 ton,” kata mantan Kadis Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut itu.

Karenanya sudah ada beberapa program utama yang akan dibuat di tahun depan yakni peningkatan produksi tanaman pangan seperti pengembangan budidaya padi inbrida dengan volume 10 ribu hekare, jagung hibrida dengan volume 5 ribu hektare, pengembangan sumber daya manusia pertanian, peningkatan produksi tanaman hortikultura, pemasaran dan pengolahan hasil serta program peningkatan sarana dan prasarana pertanian maupun pencegahan dan penanggulangan organisme pengganggu tanaman.

“Swasembada pangan juga tetap kita pertahankan, meningkatkan kualitas tanam bawang merah, putih dan kedelai serta menjaga stabilitasi produksi komoditas strategis akan menjadi prioritas kita juga di tahun depan,” ungkapnya.

Terkait masalah pupuk, di tahun depan juga kata Dahler tidak perlu dipersoalkan. Sampai dengan November ini pupuk di Sumut sudah mendapat tambahan 50 ribu ton. “Dan itu baru dua minggu lalu. Pupuknya seperti urea, SP36 dan lain sebagainya,” sebutnya.

3 Ton Cabai

Kesempatan itu, Dahler menyampaikan bahwa prinsip ekonomi masih menjadi faktor utama kenapa cabai merah banyak dipasok keluar provinsi. Alasannya karena harga jual cabai di luar Sumut lebih tinggi dibandingkan di provinsi ini.

“Alasannya karena itu, harga jual lebih tinggi. Kalau kita lihat di pasar lelang cabai yang ada di Tapanuli Utara misalnya, sekali pelaksanaan pasar lelang mau sampai 3 ton cabai merah dikirim keluar. Kadang dalam seminggu, pasar lelangnya bisa dilaksanakan dalam dua kali,” ujarnya.

Bukan hanya di Taput, dari Kabupaten Karo ia juga melihat bertruk-truk cabai merah dikirim ke luar Sumut. Beberapa provinsi yang menerima produksi cabai merah dari Sumut itu yakni Batam, Pekanbaru dan Padang. Menurut Dahler, seharusnya dengan produksi yang mencukupi, cabai di Sumut tidak menjadi pemicu inflasi.

Karena seperti diketahui pasa 2018 saja, ia menyebutkan bahwa produksi cabai merah di Sumut mencapai 152.242 ton. Sedangkan kebutuhannya sebesar 144.030. “Artinya untuk tahun 2018, sebenarnya kita surplus 8.212 ton cabai merah produksi kita berada di peringkat ketiga nasional,” sebutnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, pada semester I 2019 ini, produksi cabai merah di Sumut juga sudah mencapai 72.993 ton dari target produksi 168.822 ton. Diharapkan tahun ini produksi cabai merah di Sumut juga kembali surplus. “Tahun 2020 target produksi cabai merah kita 173.886 ton, 2021 mencapai 179.103 ton dan di 2023 mencapai 190.000 ton,” katanya.

Begitupun dengan bawang merah, meskipun saat ini jumlah produksinya di Sumut belum bisa memenuhi kebutuhan bawang merah di provinsi ini, pihaknya tetap menargetkan di 2023, Sumut bisa swasembada bawang yang saat ini surplus 31.604 ton. (prn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/