PANGURURAN, SUMUTPOS.CO – Haminjon (kemenyan) dan ekaliptus termasuk di antara vegetasi yang ditanam untuk menghijaukan Pusuk Buhit, gunung tertinggi di kawasan Toba. Gunung ini juga menjadi sumber legenda sebagai tempat asal muasal bangso Batak, sejak ribuan tahun silam.
Penghijauan Pusuk Buhit di dekat kota Pangururan, ibukota kabupaten Samosir, Jumat 28 November, digagas oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) lokal, Save Lake Toba Foundation, pimpinan Ir Wilmar Simanjorang. Wilmar adalah putra setempat yang pernah menjadi pelaksana tugas Bupati Samosir, dan dikenal sebagai pecinta lingkungan hingga memperoleh beberapa penghargaan dari pemerintah.
Dengan mengerahkan puluhan anggota masyarakat, serta dibantu belasan pekerja profesional TobaPulp di bidang penanaman, lereng Belle berkemiringan 40 derajat seluas kira-kira 4 hektar di sisi selatan Pusuk Buhit ditanami 1.500 bibit ekaliptus dan 120 bibit haminjon.
Penanaman itu melengkapi puluhan jenis pohon –jumlahnya ratusan batang– yang sudah duluan ditanam, sudah tumbuh, dan bahkan sudah ada yang tingginya 5 meter seperti: sengon, ingul, hau raja, kopi serta haminjon dari bibit alam.
Sumbangan bibit ekaliptus dan haminjon dari TobaPulp adalah hasil kloning (clone) dapat tumbuh se-unggul induknya di hutan apabila dirawat secara benar (pupuk, siram, pengendalian gulma). Target bantuan mencapai 5.000 bibit ekaliptus dan 500 bibit haminjon.
Wilmar menunjukkan tekad besarnya mendorong penghijauan Pusuk Buhit dengan beragam tanaman, sehingga kelak menjadi semacam “agro wisata” sebagai tujuan pelancongan, “agro forestry” sebagai konservasi untuk perlindungan lingkungan, sekaligus untuk produksi.
Untuk tujuan produksi ia secepatnya menggalakkan penanaman kacang tanah dan bawang khas Samosir yang pernah terkenal. Keberadaan haminjon dalam “barisan” tanaman ia lukiskan sebagai bagian dari penghormatan terhadap leluhur bangso Batak yang memanfaatkan bau khas asap getahnya untuk ritual.
Saat menanam kemenyan kloning di bawah pohon sengon sebagai pelindung, Wilmar berdoa dalam bahasa Batak, antara lain bermakna: “Ya Tuhan, berkatilah penghijauan Pusuk Buhit ciptaan-MU ini, tempat awal berkembangnya bangso Batak.”
Sejarah Pusuk Buhit
Menurut sejarah, Pusuk Buhit dengan ketinggian 1.600 m di atas permukaan laut (dpl) tercipta pasca supervulcano gunung Toba, puluhan ribu tahun silam. Letusan supervulcano Gunung Toba ini juga melahirkan cekungan raksasa (kaldera), yang kemudian terisi air hujan bernama Danau Toba.
Sebagian gunung yang tercipta di seputar danau tampak seperti tandus, tidak ditumbuhi hutan, karena lapisan atas tanah (top soil)-nya yang tipis hanya bisa ditumbuhi semak dan rumput, sedangkan lapisan terbawah terdiri atas batu-batu cadas dan sirtu (pasir dan batu).
Dalam beberapa dekade terakhir Pusuk Buhit sebenarnya sudah sering dicoba hijaukan melalui berbagai program pemerintah tetapi kurang berhasil, termasuk di lereng yang cukup luas dan kaya rumput pada topografi agak landai –sering jadi ladang penggembalaan ternak kerbau– di sekitar batu hobon –yang memiliki legenda sebagai tempat penyimpanan harta karun– di kaki bukit. Wilmar menegaskan, kunci keberhasilan penghijauan tidak terletak pada eforia menanam, melainkan pada konsistensi pemeliharaan tanaman hingga tumbuh dewasa dan hidup mandiri. (rel/mea)