26.7 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Tolong Ibu, Aku Jangan Dipasung Lagi…

Foto: New Tapanuli/SPG
Mustina Sinaga mengintip dari dalam gubuk. Dia dipasung orangtuanya karena diduga memiliki sakit kejiwaan.

Setelah melahirkan seorang anak, Mustina Sinaga yang merupakan tamatan Madrasyah Aliyah Negeri Barus Tapteng mulai mengalami perubahan. Mentalnya mulai terganggu.

—–

“Setelah 20 hari melahirkan anak pertamanya, ada masalah dalam rumah tangga mereka. Suaminya pergi kerja satu harian tidak pulang-pulang tanpa memberi kabar dan pesan. Hal itu membuat Mustina terpukul mentalnya. Dari situlah awalnya Mustina tidak sadarkan diri,” terang Ompung Parulian.

Melihat kondisi tersebut, Mustina sempat dibawa berobat dan sehat kembali. Menyusul pulangnya kembali suami Mustina. Dan, setelah melahirkan anak keduanya, penyakit Mustina kambuh kembali dan kelakuannya menjadi aneh. Terkadang, Mustina mau memaki orang, jalan-jalan ke kampung tetangga hingga bermalam di rumah orang lain.

“Karena takut terjadi yang tidak diinginkan, maka keluarganya, termasuk orangtuanya mengurung Mustina,” tambah Ompung Parulian.

Melihat kondisi Mustina yang ‘semakin parah’, sang suami pun pergi meninggalkannya dan membawa kedua anak mereka.

“Kondisi itulah yang membuat Mustina semakin terpukul, tidak bisa ketemu dengan kedua anaknya. Karena kedua orangtua Mustina adalah orang miskin, tidak sanggup membawa berobat ke rumah sakit jiwa, salah satu cara mereka adalah dengan mengurungnya dalam ruangan kecil itu. Kedua orangtua Mustina sangat mengharapkan dukungan dari dermawan yang mau membawa putri pertamanya berobat ke rumah sakit jiwa,” jelas Ompung Parulian.

Namun, sekian waktu tak ada perubahan. Mustina tetap dipasung di lokasi sepi, jauh dari pemukiman. Mustina pun berulangkali memelas kepada ibunya, dan sepertinya trauma ketika dipasung dan dikurung di persawahan karena dugaan penyakit jiwa yang dialaminya selama hampir satu tahun.

Akhirnya, berkat pemberitaan di koran grup ini, Mustina dilepaskan dari pasungan. Tepatnya, Senin (13/11) sore. Proses pelepasan ibu dua orang anak itu terjadi setelah pihak Pemkab Tapteng melalui Camat Andam Dewi Agusman Simajuntak dan pihak puskesmas setempat dan Kepala BKIA Sri Handayani AmKeb memantau dan menjamini keamanan jiwa Mustina.

Foto: New Tapanuli/SPG
Mustina Sinaga mengintip dari dalam gubuk. Dia dipasung orangtuanya karena diduga memiliki sakit kejiwaan.

Setelah melahirkan seorang anak, Mustina Sinaga yang merupakan tamatan Madrasyah Aliyah Negeri Barus Tapteng mulai mengalami perubahan. Mentalnya mulai terganggu.

—–

“Setelah 20 hari melahirkan anak pertamanya, ada masalah dalam rumah tangga mereka. Suaminya pergi kerja satu harian tidak pulang-pulang tanpa memberi kabar dan pesan. Hal itu membuat Mustina terpukul mentalnya. Dari situlah awalnya Mustina tidak sadarkan diri,” terang Ompung Parulian.

Melihat kondisi tersebut, Mustina sempat dibawa berobat dan sehat kembali. Menyusul pulangnya kembali suami Mustina. Dan, setelah melahirkan anak keduanya, penyakit Mustina kambuh kembali dan kelakuannya menjadi aneh. Terkadang, Mustina mau memaki orang, jalan-jalan ke kampung tetangga hingga bermalam di rumah orang lain.

“Karena takut terjadi yang tidak diinginkan, maka keluarganya, termasuk orangtuanya mengurung Mustina,” tambah Ompung Parulian.

Melihat kondisi Mustina yang ‘semakin parah’, sang suami pun pergi meninggalkannya dan membawa kedua anak mereka.

“Kondisi itulah yang membuat Mustina semakin terpukul, tidak bisa ketemu dengan kedua anaknya. Karena kedua orangtua Mustina adalah orang miskin, tidak sanggup membawa berobat ke rumah sakit jiwa, salah satu cara mereka adalah dengan mengurungnya dalam ruangan kecil itu. Kedua orangtua Mustina sangat mengharapkan dukungan dari dermawan yang mau membawa putri pertamanya berobat ke rumah sakit jiwa,” jelas Ompung Parulian.

Namun, sekian waktu tak ada perubahan. Mustina tetap dipasung di lokasi sepi, jauh dari pemukiman. Mustina pun berulangkali memelas kepada ibunya, dan sepertinya trauma ketika dipasung dan dikurung di persawahan karena dugaan penyakit jiwa yang dialaminya selama hampir satu tahun.

Akhirnya, berkat pemberitaan di koran grup ini, Mustina dilepaskan dari pasungan. Tepatnya, Senin (13/11) sore. Proses pelepasan ibu dua orang anak itu terjadi setelah pihak Pemkab Tapteng melalui Camat Andam Dewi Agusman Simajuntak dan pihak puskesmas setempat dan Kepala BKIA Sri Handayani AmKeb memantau dan menjamini keamanan jiwa Mustina.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/