JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Provinsi Sumatera Utara (Sumut) akan menggelar Pemilihan Gubernur pada 2018. Selain itu, pada saat bersamaan juga akan ada pemilihan bupati/wali kota di delapan daerah di Sumut. Dengan demikian, total ada sembilan pilkada di Sumut.
Menurut anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Mohammad Afifuddin, berdasar Indeks Kerawanan Pemilu (lKP) Pilkada 2018 terdapat dua pemilihan di Sumut yang masuk kategori kerawanan sedang. Yakni, Pilgub Sumut dengan indeks kerawanan 2,86 dan Pilkada Kabupaten Dairi dengan indeks kerawanan 2,01.
“Pilgub Sumut memang masuk kategori kerawanan sedang. Tapi itu angkanya mendekati kerawanan tinggi. Kontrubusi terbesar kerawanan berasal dari dimensi penyelenggaraan dengan indeks 3,24,” ujar Afif di Jakarta, Minggu (3/12).
Variabel integritas penyelenggara, kata Afif, menjadi paling rawan dengan skor 4,00. Artinya, persoalan integritas penyelenggara merupakan hal paling krusial yang perlu diantisipasi.
“Jika ditinjau lebih jauh, hal ini tidak lepas dari adanya enam pengaduan terkait penyelenggara (KPU, red) pada Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 lalu. Dua yang diadukan mendapatkan peringatan keras dari DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu, red). Bahkan kasus serupa juga pernah muncul pada Pilkada 2013 di mana ada dua aduan pada tahapan pencalonan,” ucapnya.
Lebih lanjut Afif mengatakan, selain soal integritas penyelenggara, dimensi kontestasi juga perlu diwaspadai. Sebab, kerawanan dalam dimensi kontestasi di Sumut masuk kategori kerawanan sedang, khususnya pada variabel kampanye dengan indeks kerawanan 5,00.
Kerawanan itu bersumber dari temuan materi kampanye yang berbau SARA. Belum lagi juga kasus politik uang serta pelibatan aparatur sipil negara dalam kampanye.
Afifuddin menjelaskan, angka kerawanan pada aspek dimensi hingga aspek variabel juga terekam di sejumlah kabupaten/kota di Sumatera Utara. Meski kerawananannya relatif sedang dan rendah, namun saat ditelisik lebih jauh terlihat beberapa catatan yang perlu diperhatikan.