25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Petani Pajang Foto Kerusakan Lingkungan di Kantor Bupati Dairi

DAIRI, SUMUTPOS.CO-Puluhan petani Dairi dari Kecamatan Silima Pungga-Pungga dan Kecamatan Sumbul, memperingati hari lingkungan hidup se dunia, dengan memajang foto dampak kerusakan lingkungan di depan Kantor Bupati Dairi di jalan Sisingamangaraja, Sidikalang, Rabu (5/6/2024).

Pemajangan foto dampak kerusakan lingkungan itu, sebagai bentuk aksi protes masuknya perusahaan pertambangan PT Dairi Prima Mineral di Kecamatan Silima Pungga-Pungga dan PT Gruti di Kecamatan Sumbul.

Koordinator aksi sekaligus Ketua Panitia peringatan hari lingkungan hidup se dunia, Paniel Limbong (53) serta Apni boru Sihotang (35) dari Kelompok Tani Bersatu Desa Sileuleu Parsaoran, Kecamatan Sumbul.

Paniel mengatakan, aksi mereka lakukan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat Kabupaten Dairi, agar turut serta menyelamatkan lingkungan yang rusak diakibatkan perusahaan tambang dan usaha galian c, serta kerusakan lingkungan pengalihan fungsi hutan jadi pertanian.

“Kita sengaja memajang foto kerusakan lingkungan yang kita ambil dari lokasi, maksud kita mengajak masyarakat menjaga lingkungan dari kerusakan,”katanya.

Paniel dan Apni mengatakan, mereka yang turun ke jalan memperingati hari lingkungan hidup itu ada sekitar 40 orang dari Persatuan Petani Organik Dairi (PPODA), Aliansi Petani Untuk Keadilan (APUK) serta Kelompok Tani Bersama (KTB) Desa Sileuleu Parsaoran

Dikatannya, mereka juga kembali turun ke jalan, untuk menolak kehadiran perusahaan yang merusak lingkungan hidup khususnya merusak areal pertanian.

“Kami mendorong pemerintah, agar pertanian Dairi mengarah ke pertanian organik. Pemerintah juga harus berpihak kepada masyarakat petani, bukan kepada korporasi dan juga tidak mengintimidasi”katanya.

Karena menurut Apni, petani mengalami intimidasi khususnya di wilayah Desa Sileuleu seperti terjadi pada tahun 2021-2022 oleh oknum aparat penegak hukum.

“Begitu juga kepada aktivis lingkungan, jangan diintimidasi. Aktivis lingkungan jangan dianggap provokator, kata Apni lagi.

Hal sama disampaikan Sandi Panjaitan warga Desa Bongkaras, masyarakat sampai saat ini masih trauma akibat banjir bandang menerjang daerah itu tahun 2018 silam.

Sandi menyebut, kerusakan dan banjir bandang terjadi di Desa Bongkaras dan Desa Bonian, sampai saat ini belum ada perbaikan dilakukan pemerintah.

“Areal lahan persawahan yang porakporanda akibat banjir bandang dimaksud, sampai sekarang belum mendapat pena ganan dari pemerintah Kabupaten Dairi,”ujar Sandi

Paniel Limbong mengimbau masyarakat Dairi, agar peka terhadap perubahan iklim yang terjadi saat ini. Menurutnya, perubahan iklim itu, tidak terlepas dari dampak kerusakan lingkungan.

“Kita harus antisipasi perubahan dimksud, tandas Paniel. Aksi mereka juga mendapat perhatian dari personil Polres Dairi,”pungkasnya. (rud/han).

DAIRI, SUMUTPOS.CO-Puluhan petani Dairi dari Kecamatan Silima Pungga-Pungga dan Kecamatan Sumbul, memperingati hari lingkungan hidup se dunia, dengan memajang foto dampak kerusakan lingkungan di depan Kantor Bupati Dairi di jalan Sisingamangaraja, Sidikalang, Rabu (5/6/2024).

Pemajangan foto dampak kerusakan lingkungan itu, sebagai bentuk aksi protes masuknya perusahaan pertambangan PT Dairi Prima Mineral di Kecamatan Silima Pungga-Pungga dan PT Gruti di Kecamatan Sumbul.

Koordinator aksi sekaligus Ketua Panitia peringatan hari lingkungan hidup se dunia, Paniel Limbong (53) serta Apni boru Sihotang (35) dari Kelompok Tani Bersatu Desa Sileuleu Parsaoran, Kecamatan Sumbul.

Paniel mengatakan, aksi mereka lakukan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat Kabupaten Dairi, agar turut serta menyelamatkan lingkungan yang rusak diakibatkan perusahaan tambang dan usaha galian c, serta kerusakan lingkungan pengalihan fungsi hutan jadi pertanian.

“Kita sengaja memajang foto kerusakan lingkungan yang kita ambil dari lokasi, maksud kita mengajak masyarakat menjaga lingkungan dari kerusakan,”katanya.

Paniel dan Apni mengatakan, mereka yang turun ke jalan memperingati hari lingkungan hidup itu ada sekitar 40 orang dari Persatuan Petani Organik Dairi (PPODA), Aliansi Petani Untuk Keadilan (APUK) serta Kelompok Tani Bersama (KTB) Desa Sileuleu Parsaoran

Dikatannya, mereka juga kembali turun ke jalan, untuk menolak kehadiran perusahaan yang merusak lingkungan hidup khususnya merusak areal pertanian.

“Kami mendorong pemerintah, agar pertanian Dairi mengarah ke pertanian organik. Pemerintah juga harus berpihak kepada masyarakat petani, bukan kepada korporasi dan juga tidak mengintimidasi”katanya.

Karena menurut Apni, petani mengalami intimidasi khususnya di wilayah Desa Sileuleu seperti terjadi pada tahun 2021-2022 oleh oknum aparat penegak hukum.

“Begitu juga kepada aktivis lingkungan, jangan diintimidasi. Aktivis lingkungan jangan dianggap provokator, kata Apni lagi.

Hal sama disampaikan Sandi Panjaitan warga Desa Bongkaras, masyarakat sampai saat ini masih trauma akibat banjir bandang menerjang daerah itu tahun 2018 silam.

Sandi menyebut, kerusakan dan banjir bandang terjadi di Desa Bongkaras dan Desa Bonian, sampai saat ini belum ada perbaikan dilakukan pemerintah.

“Areal lahan persawahan yang porakporanda akibat banjir bandang dimaksud, sampai sekarang belum mendapat pena ganan dari pemerintah Kabupaten Dairi,”ujar Sandi

Paniel Limbong mengimbau masyarakat Dairi, agar peka terhadap perubahan iklim yang terjadi saat ini. Menurutnya, perubahan iklim itu, tidak terlepas dari dampak kerusakan lingkungan.

“Kita harus antisipasi perubahan dimksud, tandas Paniel. Aksi mereka juga mendapat perhatian dari personil Polres Dairi,”pungkasnya. (rud/han).

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/