25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Kakak Beradik Dibunuh 3 Pria di Tanjungbalai

Foto: Ishak Lubis/Metro Asahan/SMG Jenazah Gek Im bersimbah darah di lantai toko tempatnya berjualan, di Jalan Letjen Suprapto, Kota Tanjung Balai, Minggu (4/1) sekira pukul 23.00 WIB.
Foto: Ishak Lubis/Metro Asahan/SMG
Jenazah Gek Im bersimbah darah di lantai toko tempatnya berjualan, di Jalan Letjen Suprapto, Kota Tanjung Balai, Minggu (4/1) sekira pukul 23.00 WIB.

TANJUNGBALAI, SUMUTPOS.CO – Dua kakak beradik, Gek Oe (59) dan Gek Im (57) ditemukan tewas di kediamannya Jalan Letjen Suprapto, Kota Tanjung Balai, Minggu (4/1) sekira pukul 23.00 WIB. Berdasarkan rekaman CCTV, pelaku berjumlah tiga orang, namun motifnya belum diketahui.

Gek Oe ditemukan bersimbah darah di kamar lantai dua, sementara adiknya ditemukan tewas di lantai 1. Ketika ditemukan warga setempat, keduanya sudah tidak bernyawa sehingga tidak dapat mendapat pertolongan medis, hingga kemudian dibawa ke RSU Tanjung Balai setelah pihak kepolisian turun kelokasi dan selanjutnya hari Senin (5/1) jenazah korban dibawa ke RSU Djasamen Saragih Pematangsiantar untuk kepentingan Otopsi.

Delima, adik korban yang ikut ke forensik RSU Djasamen Saragih enggan memberikan keterangan seputar kejadian terhadap media. Ketika ditanya, Delima mengaku mendengar kabar kalau kakaknya ditemukan meninggal dari warga, saat ia sedang berada di rumah saudaranya melangsungkan acara ulangtahun keponakannya.

Dikatakan, begitu datang ke lokasi kejadian, ia melihat rumah mereka sudah terbuka dan warga sudah banyak. “Kami jualan mainan dan makanan ringan untuk anak-anak. Sedangkan omsetnya palingan Rp400 ribu saja satu hari. Saya tidak tau apakah perampokan atau tidak. Namun HP mereka (korban) sudah tidak ada lagi,” terang Delima sembari sibuk bertelepon dengan menggunakan bahasa Tionghoa.

Ditanya apakah ada masalah selama ini, Delima yang berusia sekitar 40 ini mengatakan kalau mereka tidak memiliki masalah dengan siapa pun, kalau soal pembantu mereka juga tidak punya.

Namun, dari hasil rekaman CCTV yang sudah diserahkan ke Polres Tanjung Balai, terlihat ada tiga orang yang tidak dikenal masuk ke rumah. Namun bagaimana pelaku membunuh korban tidak diketahui.

“Saya tidak bisa banyak bicara lah, ini aja minuman mineral terasa pahit. Jadi saya tidak bisa lagi bercerita karena masih kalut,” terang wanita yang sempat berdebat dengan pihak kepolisian karena menolak korban untuk di otopsi. Setelah selesai otopsi dilakukan sekitar pukul 16.00 WIB, kedua korban kemudian dibawa ke Tanjung Balai untuk dimakamkan.

Brigadir P Tampubolon, petugas Polres Tanjung Balai mengatakan kalau pelakunya masih dalam penyelidikan. Sehingga apa motif dari pembunuhan itu belum bisa dipastikan.

Dokter Forensik, dr Reinhard Hutahean menjelaskan dari hasil otopsi bahwa terdapat banyak luka di sekujur tubuh kedua korban. Luka tersebut disebabkan karena benda tajam.

Untuk Gek Oe, luka tusukan mencapai 20 tusukan mulai dari bagian kepala, hingga kebagaian perut dan tangan. Diduga Gek Oe melakukan perlawanan karena dibagian tangannnya terdapat beberapa luka sayatan.

Sementara Gek Im juga mendapat luka tusukan sekitar 15 tusukan. Bagian leher kedua korban mendapat luka tusukan. Kematian korban karena mengalami pendarahan serta kerusakan pada organ tubuh seperti hati, jantung dan paru-paru. “Korban diduga telah meninggal sekitar empat jam sebelum ditemukan,” ujar dr Reinhard.

Dari lokasi kejadian, Nazaruddin, kepala lingkungan setempat mengaku tahu kasus pembunuhan tersebut setelah dijemput seorang warga warganya bernama Gayah.

Atas laporan itu, dirinya mendatangi TKP. Pintu lipat rumah hanya terbuka satu sisi. Saat dicek ke dalam, Gek Oe didapati tergeletak di lantai dengan bersimbah darah. Sejurus kemudian Nazaruddin bergegas ke Polsek Tanjungbalai Utara.

Hanya saja, sebelum pergi, dia sempat bertemu dengan Niko (24) anak korban. Kepadanya, Niko mengaku tidak berada di rumah saat kejadian. Namun, malam itu anjing peliharaan yang dipegang Niko dalam kondisi berdarah.

Begitu mendapat laporan dari Nazaruddin, Kapolsek Tanjungbalai Utara Kota, AKP Budi Ginting SSos dan Kanit Reskrim, Ipda Masrianto beserta beberapa personilnya mendatangi lokasi. Tak lama kemudian, tim identifikasi Polres Tanjungbalai juga tiba guna melakukan olah TKP.

Saat pemeriksaan dilakukan ke lantai 2, petugas menemukan Gek Im juga dalam kondisi tewas di tempat tidur. Usai proses identifikasi, sekira pukul 03.00 WIB, jenasah Gek Oe dievakuasi Gek Oe ke RSU Dr Teuku Mansyur, Tanjung Balai.

Sekitar 20 menit kemudian, menyusul jasad Gek Im yang dibawa ke rumah sakit serupa. Namun kedua jenasah tersebut hanya beberapa menit saja berada disana. Sekitar pukul 04.00 wib, kedua jenasah dibawa ke RSU Pematang Siantar guna kepentingan otopsi.

Sementara itu menurut warga sekitar, usaha grosir buka setiap hari tak terkecuali hari Minggu. Namun setiap menjelang malam, pintu lipat grosir hanya dibuka satu. Pun begitu, korban tetap melayani pembeli hingga lewat tengah malam. (pra/ilu/smg/ras)

Foto: Ishak Lubis/Metro Asahan/SMG Jenazah Gek Im bersimbah darah di lantai toko tempatnya berjualan, di Jalan Letjen Suprapto, Kota Tanjung Balai, Minggu (4/1) sekira pukul 23.00 WIB.
Foto: Ishak Lubis/Metro Asahan/SMG
Jenazah Gek Im bersimbah darah di lantai toko tempatnya berjualan, di Jalan Letjen Suprapto, Kota Tanjung Balai, Minggu (4/1) sekira pukul 23.00 WIB.

TANJUNGBALAI, SUMUTPOS.CO – Dua kakak beradik, Gek Oe (59) dan Gek Im (57) ditemukan tewas di kediamannya Jalan Letjen Suprapto, Kota Tanjung Balai, Minggu (4/1) sekira pukul 23.00 WIB. Berdasarkan rekaman CCTV, pelaku berjumlah tiga orang, namun motifnya belum diketahui.

Gek Oe ditemukan bersimbah darah di kamar lantai dua, sementara adiknya ditemukan tewas di lantai 1. Ketika ditemukan warga setempat, keduanya sudah tidak bernyawa sehingga tidak dapat mendapat pertolongan medis, hingga kemudian dibawa ke RSU Tanjung Balai setelah pihak kepolisian turun kelokasi dan selanjutnya hari Senin (5/1) jenazah korban dibawa ke RSU Djasamen Saragih Pematangsiantar untuk kepentingan Otopsi.

Delima, adik korban yang ikut ke forensik RSU Djasamen Saragih enggan memberikan keterangan seputar kejadian terhadap media. Ketika ditanya, Delima mengaku mendengar kabar kalau kakaknya ditemukan meninggal dari warga, saat ia sedang berada di rumah saudaranya melangsungkan acara ulangtahun keponakannya.

Dikatakan, begitu datang ke lokasi kejadian, ia melihat rumah mereka sudah terbuka dan warga sudah banyak. “Kami jualan mainan dan makanan ringan untuk anak-anak. Sedangkan omsetnya palingan Rp400 ribu saja satu hari. Saya tidak tau apakah perampokan atau tidak. Namun HP mereka (korban) sudah tidak ada lagi,” terang Delima sembari sibuk bertelepon dengan menggunakan bahasa Tionghoa.

Ditanya apakah ada masalah selama ini, Delima yang berusia sekitar 40 ini mengatakan kalau mereka tidak memiliki masalah dengan siapa pun, kalau soal pembantu mereka juga tidak punya.

Namun, dari hasil rekaman CCTV yang sudah diserahkan ke Polres Tanjung Balai, terlihat ada tiga orang yang tidak dikenal masuk ke rumah. Namun bagaimana pelaku membunuh korban tidak diketahui.

“Saya tidak bisa banyak bicara lah, ini aja minuman mineral terasa pahit. Jadi saya tidak bisa lagi bercerita karena masih kalut,” terang wanita yang sempat berdebat dengan pihak kepolisian karena menolak korban untuk di otopsi. Setelah selesai otopsi dilakukan sekitar pukul 16.00 WIB, kedua korban kemudian dibawa ke Tanjung Balai untuk dimakamkan.

Brigadir P Tampubolon, petugas Polres Tanjung Balai mengatakan kalau pelakunya masih dalam penyelidikan. Sehingga apa motif dari pembunuhan itu belum bisa dipastikan.

Dokter Forensik, dr Reinhard Hutahean menjelaskan dari hasil otopsi bahwa terdapat banyak luka di sekujur tubuh kedua korban. Luka tersebut disebabkan karena benda tajam.

Untuk Gek Oe, luka tusukan mencapai 20 tusukan mulai dari bagian kepala, hingga kebagaian perut dan tangan. Diduga Gek Oe melakukan perlawanan karena dibagian tangannnya terdapat beberapa luka sayatan.

Sementara Gek Im juga mendapat luka tusukan sekitar 15 tusukan. Bagian leher kedua korban mendapat luka tusukan. Kematian korban karena mengalami pendarahan serta kerusakan pada organ tubuh seperti hati, jantung dan paru-paru. “Korban diduga telah meninggal sekitar empat jam sebelum ditemukan,” ujar dr Reinhard.

Dari lokasi kejadian, Nazaruddin, kepala lingkungan setempat mengaku tahu kasus pembunuhan tersebut setelah dijemput seorang warga warganya bernama Gayah.

Atas laporan itu, dirinya mendatangi TKP. Pintu lipat rumah hanya terbuka satu sisi. Saat dicek ke dalam, Gek Oe didapati tergeletak di lantai dengan bersimbah darah. Sejurus kemudian Nazaruddin bergegas ke Polsek Tanjungbalai Utara.

Hanya saja, sebelum pergi, dia sempat bertemu dengan Niko (24) anak korban. Kepadanya, Niko mengaku tidak berada di rumah saat kejadian. Namun, malam itu anjing peliharaan yang dipegang Niko dalam kondisi berdarah.

Begitu mendapat laporan dari Nazaruddin, Kapolsek Tanjungbalai Utara Kota, AKP Budi Ginting SSos dan Kanit Reskrim, Ipda Masrianto beserta beberapa personilnya mendatangi lokasi. Tak lama kemudian, tim identifikasi Polres Tanjungbalai juga tiba guna melakukan olah TKP.

Saat pemeriksaan dilakukan ke lantai 2, petugas menemukan Gek Im juga dalam kondisi tewas di tempat tidur. Usai proses identifikasi, sekira pukul 03.00 WIB, jenasah Gek Oe dievakuasi Gek Oe ke RSU Dr Teuku Mansyur, Tanjung Balai.

Sekitar 20 menit kemudian, menyusul jasad Gek Im yang dibawa ke rumah sakit serupa. Namun kedua jenasah tersebut hanya beberapa menit saja berada disana. Sekitar pukul 04.00 wib, kedua jenasah dibawa ke RSU Pematang Siantar guna kepentingan otopsi.

Sementara itu menurut warga sekitar, usaha grosir buka setiap hari tak terkecuali hari Minggu. Namun setiap menjelang malam, pintu lipat grosir hanya dibuka satu. Pun begitu, korban tetap melayani pembeli hingga lewat tengah malam. (pra/ilu/smg/ras)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/