33.9 C
Medan
Friday, May 10, 2024

Erry Ditinggal, Edy Panen

Inkonsistensi Politik

Berubahnya arah dukungan pencalonan sejumlah partai politik menjelang pendaftaran peserta Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumatera Utara (Sumut) 2018 dinilai sebagai inkonsistensi organisasi dan tentu akan membuat pertanyaan apa alasan penarikan dukungan yang sebelumnya sudah diberikan.

Pengamat Politk dan Pemerintahan dari UMSU, Rio Affandi Siregar mengatakan, tindakan menarik mengubah arah dukungan yang dilakukan sejumlah partai politik saat menjelang masa pendaftaran peserta menjadi pertanyaan terkait konsistensi sebuah organisasi besar. Sebab, dengan bergesernya keputusan mengusung seorang calon seperti Tengku Erry Nuradi, dinilai ketidak dewasaan partai politik mengambil kebijakan.

“Tentu keputusan tidak konsisten ini bisa dipertanyakan. Karena namanya politik itu tentu siap menang dan siap kalah, dan tentu hak memilih itu ada di partai politik. Tetapi secara etika tentu kita melihat tidak pantas, karena tentu calon yang mereka usung sejak awal itu sudah siap dan memohon untuk bisa dicalonkan dari partai politik,” ujar Rio, Jumat (5/1).

Hal seperti ini juga, lanjutnya, membuat orang lebih memilh jalur independen untuk maju di Pilkada. Sebab selain sikap inkonsistensi partai politik, mesin partai yang ada juga lebih sering terlihat tidak berjalan efektif. Ini dibuktikan dengan jumlah suara dan partisipasi pemilih pada beberapa Pilkada serentak yang lalu, meskipun seorang calon diusung oleh banyak partai dengan jumlah dukungan kursi legislatif cukup banyak.

Inkonsistensi Politik

Berubahnya arah dukungan pencalonan sejumlah partai politik menjelang pendaftaran peserta Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumatera Utara (Sumut) 2018 dinilai sebagai inkonsistensi organisasi dan tentu akan membuat pertanyaan apa alasan penarikan dukungan yang sebelumnya sudah diberikan.

Pengamat Politk dan Pemerintahan dari UMSU, Rio Affandi Siregar mengatakan, tindakan menarik mengubah arah dukungan yang dilakukan sejumlah partai politik saat menjelang masa pendaftaran peserta menjadi pertanyaan terkait konsistensi sebuah organisasi besar. Sebab, dengan bergesernya keputusan mengusung seorang calon seperti Tengku Erry Nuradi, dinilai ketidak dewasaan partai politik mengambil kebijakan.

“Tentu keputusan tidak konsisten ini bisa dipertanyakan. Karena namanya politik itu tentu siap menang dan siap kalah, dan tentu hak memilih itu ada di partai politik. Tetapi secara etika tentu kita melihat tidak pantas, karena tentu calon yang mereka usung sejak awal itu sudah siap dan memohon untuk bisa dicalonkan dari partai politik,” ujar Rio, Jumat (5/1).

Hal seperti ini juga, lanjutnya, membuat orang lebih memilh jalur independen untuk maju di Pilkada. Sebab selain sikap inkonsistensi partai politik, mesin partai yang ada juga lebih sering terlihat tidak berjalan efektif. Ini dibuktikan dengan jumlah suara dan partisipasi pemilih pada beberapa Pilkada serentak yang lalu, meskipun seorang calon diusung oleh banyak partai dengan jumlah dukungan kursi legislatif cukup banyak.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/