31.8 C
Medan
Sunday, May 5, 2024

Masuk Tentara Karena Keinginan Orangtua

Prada Bambang Budiansyah Sitepu tewas di sel tahanan Subdenpom 1/2-3 Padangsidimpuan, Rabu (4/2/2015).
Prada Bambang Budiansyah Sitepu tewas di sel tahanan Subdenpom 1/2-3 Padangsidimpuan, Rabu (4/2/2015).

SIDIMPUAN, SUMUTPOS.CO – Tak hanya keluarga, teman dan tetangganya kaget mendengar kematian Prada Bambang Budiansyah Sitepu (23) karena gantung diri di kamar mandi sel tahanan Subdenpom 1/2-3 Padangsidimpuan (Psp).

“Selama ini kami mengenal dia sosok yang baik, begitu juga dengan pergaulannya sehari-hari. Tapi belakangan ini ia memang sering keluar tanpa izin dan tidak kembali ke Mako, makanya diserahkan ke Denpom dan ditahan,” ungkap rekan-rekan seangkatannya.

Mengenai kepergian almarhum, mereka juga tidak menduganya. “Yang kami tahu hanya karena sakit, itu saja,” tukas mereka tanpa mau berkomentar banyak.

Para tetangga berkata senada. Almarhum adalah sosok anak yang penurut dan patuh pada orangtua, sampai-sampai ia mau masuk militer akibat permintaan orangtuanya.

“Memang kami tahu kalau masuk TNI itu bukan permintaannya, melainkan orangtuanya. Mungkin dirasanya agak berat menjalani yang bukan kemauannya,” tukas para tetangga.

“Kami belum tahu pasti apa penyebab meninggalnya. Keluarganya ikut membawa jenazah ke Medan,” kata para jiran.(

 

TERTEKAN

Aksi gantung diri Prada Bambang terjadi karena korban mengalami tekanan mental yang sangat parah. Korban makin terbebani karena pekerjaanya sebagai anggota TNI adalah keinginan orangtuanya. Hal ini dikatakan Psikolog Sumut, Irna Minauli saat dihubungi kru koran ini, Rabu (4/2) malam. “Korban diduga mengalami tekanan karena tidak menyukai pekerjaannya. Tekanan yang dialaminya berasal dari dalam dirinya sendiri, keluarga dan dari pekerjaannya. Pekerjaan sebagai tentara adalah pekerjaan yang stressful, penuh dengan tekanan,” ucapnya.

Karena itu, tambah alumni UNPAD tahun 1994 ini, tidak semua orang bisa menjalankan profesi itu dengan baik. Latihan yang sangat keras serta pekerjaan yang penuh resiko membuat mereka yang tidak memiliki minat dan bakat dalam bidang tersebut akan mengalami tekanan. “Konflik yang dirasakan korban berbentuk avoidance-avoidance conflict (konflik menjauh-menjauh). Konflik ini terjadi karena jika dirinya menjalankan pekerjaan tersebut, ia akan merasa tertekan,”tukasnya.

Sementara di sisi lain, beber Direktur Minauli Consulting ini, jika ia tidak menjalankan tugas ketentaraannya, maka ia juga akan merasakan situasi yang menekan dan tidak menyenangkan. Misalnya, dihukum dan dipecat dari pekerjaannya serta akan mendapat tekanan dari keluarganya yang sangat menginginkan keberhasilannya sebagai tentara. “Mereka yang mengalami konflik ini selalu dihadapkan pada situasi yang sama-sama tidak menyenangkan, apa pun yang dia pilih. Ibarat memakan buah simalakama. Kesemuanya sangat tidak menyenangkan,” tegasnya.

Konflik yang dirasakan membuat korban sepertinya memilih melarikan diri dari tugasnya (desersi). Pelarian dari tugas seperti ini terbukti malah memperparah kondisinya. “Konflik yang berkepanjangan juga berpotensi menimbulkan stress yang kemudian mengarah pada depresi. Pada saat kondisi depresi, seseorang kemudian merasakan keputusasaan sehingga mereka cenderung ingin mengakhiri kesulitan hidupnya dengan jalan bunuh diri,” pungkasnya. (smg/ind/trg/deo)

Prada Bambang Budiansyah Sitepu tewas di sel tahanan Subdenpom 1/2-3 Padangsidimpuan, Rabu (4/2/2015).
Prada Bambang Budiansyah Sitepu tewas di sel tahanan Subdenpom 1/2-3 Padangsidimpuan, Rabu (4/2/2015).

SIDIMPUAN, SUMUTPOS.CO – Tak hanya keluarga, teman dan tetangganya kaget mendengar kematian Prada Bambang Budiansyah Sitepu (23) karena gantung diri di kamar mandi sel tahanan Subdenpom 1/2-3 Padangsidimpuan (Psp).

“Selama ini kami mengenal dia sosok yang baik, begitu juga dengan pergaulannya sehari-hari. Tapi belakangan ini ia memang sering keluar tanpa izin dan tidak kembali ke Mako, makanya diserahkan ke Denpom dan ditahan,” ungkap rekan-rekan seangkatannya.

Mengenai kepergian almarhum, mereka juga tidak menduganya. “Yang kami tahu hanya karena sakit, itu saja,” tukas mereka tanpa mau berkomentar banyak.

Para tetangga berkata senada. Almarhum adalah sosok anak yang penurut dan patuh pada orangtua, sampai-sampai ia mau masuk militer akibat permintaan orangtuanya.

“Memang kami tahu kalau masuk TNI itu bukan permintaannya, melainkan orangtuanya. Mungkin dirasanya agak berat menjalani yang bukan kemauannya,” tukas para tetangga.

“Kami belum tahu pasti apa penyebab meninggalnya. Keluarganya ikut membawa jenazah ke Medan,” kata para jiran.(

 

TERTEKAN

Aksi gantung diri Prada Bambang terjadi karena korban mengalami tekanan mental yang sangat parah. Korban makin terbebani karena pekerjaanya sebagai anggota TNI adalah keinginan orangtuanya. Hal ini dikatakan Psikolog Sumut, Irna Minauli saat dihubungi kru koran ini, Rabu (4/2) malam. “Korban diduga mengalami tekanan karena tidak menyukai pekerjaannya. Tekanan yang dialaminya berasal dari dalam dirinya sendiri, keluarga dan dari pekerjaannya. Pekerjaan sebagai tentara adalah pekerjaan yang stressful, penuh dengan tekanan,” ucapnya.

Karena itu, tambah alumni UNPAD tahun 1994 ini, tidak semua orang bisa menjalankan profesi itu dengan baik. Latihan yang sangat keras serta pekerjaan yang penuh resiko membuat mereka yang tidak memiliki minat dan bakat dalam bidang tersebut akan mengalami tekanan. “Konflik yang dirasakan korban berbentuk avoidance-avoidance conflict (konflik menjauh-menjauh). Konflik ini terjadi karena jika dirinya menjalankan pekerjaan tersebut, ia akan merasa tertekan,”tukasnya.

Sementara di sisi lain, beber Direktur Minauli Consulting ini, jika ia tidak menjalankan tugas ketentaraannya, maka ia juga akan merasakan situasi yang menekan dan tidak menyenangkan. Misalnya, dihukum dan dipecat dari pekerjaannya serta akan mendapat tekanan dari keluarganya yang sangat menginginkan keberhasilannya sebagai tentara. “Mereka yang mengalami konflik ini selalu dihadapkan pada situasi yang sama-sama tidak menyenangkan, apa pun yang dia pilih. Ibarat memakan buah simalakama. Kesemuanya sangat tidak menyenangkan,” tegasnya.

Konflik yang dirasakan membuat korban sepertinya memilih melarikan diri dari tugasnya (desersi). Pelarian dari tugas seperti ini terbukti malah memperparah kondisinya. “Konflik yang berkepanjangan juga berpotensi menimbulkan stress yang kemudian mengarah pada depresi. Pada saat kondisi depresi, seseorang kemudian merasakan keputusasaan sehingga mereka cenderung ingin mengakhiri kesulitan hidupnya dengan jalan bunuh diri,” pungkasnya. (smg/ind/trg/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/