26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Jelang Berakhir Masa Kampanye, Parpol Makin Gencar ke Akar Rumput

Ayo memilih

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sekitar dua minggu lagi, masyarakat Indonesia akan merayakan pesta demokrasi serentak pertama kalinya dalam sejarah. Partai politik di Sumatera Utara pun semakin gencar menyosialisasikan diri untuk meraih kemenangan, dan mengajak masyarakat datang ke tempat pemungutan suara (TPS) menyalurkan hak pilihnya.

Wakil Ketua Partai Gerindra Sumut, Sugiat Santoso mengatakan, menjelang hari pencoblosan 17 April nanti, pihaknya melalui seluruh calon legislatif yang berkontestasi terus turun ke daerah pemilihannya masing-masing. Mereka terus bersosialisasi tentang program, visi, misi dan mengajak agar masyarakat tidak golput. “Waktu (pemilu) yang bersamaan dengan Pilpres membuat kami lebih aktif mendatangi masyarakat dari pintu ke pintu. Cara tersebut jauh lebih efektif saat ini dibanding harus berkampanye besar-besaran,” katanya kepada Sumut Pos, Jumat (5/4).

Dia mengaku semua parpol ingin meraih kemenangan dan punya keterwakilan di semua tingkatan. Karenanya setiap konstestan dituntut untuk militan melakukan sosialisasi hingga ke akar rumput. “Gerindra sudah siap menghadapi pemilu kali ini, baik untuk legislatif maupun pilpres. Sembari menyosialisasikan program partai dan masing-masing caleg, semua kader maupun caleg yang bertarung wajib untuk mengajak masyarakat memilih Prabowo-Sandi sebagai presiden dan wakil presiden 2019-2024,” katanya.

Sekretaris Partai Golkar Sumut, Riza Fahrumi Tahir juga berpendapat serupa. Pihaknya begitu siap dan fokus dalam menghadapi Pemilu 2019, serta merealisasikan target perolehan kursi dari DPP. “Seluruh kader Golkar yang khususnya caleg yang bertarung tentu sudah memahami apa kebutuhan masyarakat di dapilnya. Tinggal bagaimana meyakinkan mereka untuk memilih kita dan partai kita, sehingga Golkar mampu kembali berjaya bahkan merebut kursi pimpinan dewan di semua tingkatan yang ada,” paparnya.

Ia menambahkan, posisi Golkar melalui survey hari ini masih cukup bagus. Itu artinya masih ada optimisme untuk merebut kemenangan dalam pesta demokrasi serentak pertama dalam sejarah. “Begitupun kami tetap himbau agar dengan sisa waktu yang ada ini, semua perangkat termasuk caleg yang maju untuk semakin meningkatkan intensitas turun ke dapil, mendatangi warga door to door, mendengarkan apa keluhan dan aspirasi mereka,” katanya.

Setali tiga uang, Wakil Ketua PDI Perjuangan Djumiran Abdi mengatakan menjelang hari pencoblosan seluruh caleg mereka semakin intens turun ke dapil masing-masing. Pihaknya juga senantiasa mengajak agar masyarakat menggunakan hak pilihnya untuk datang ke TPS. “Dengan begitu semakin menunjukkan bahwa demokrasi kita sudah berjalan baik. Bahwa golput sebenarnya menjadi masalah klasik dalam setiap momen pemilihan. Kami sebagai parpol punya tanggung jawab untuk ikut berpartisipasi meminimalisir angka golput,” katanya.

Partai Berkarya dan PSI juga terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat luas. “Seperti yang saya ucapkan beberapa waktu yang lalu, kami sepakat tidak melakukan kampanye akbar. Hal seperti itu sudah tidak efektif lagi, sudah bukan masanya lagi. Sekarang masyarakat sudah jauh lebih cerdas dan kami lebih memilih untuk mengunjungi masyarakat secara door to door. Semakin mendekati hari pemilu, kader-kader kami semakin gencar dan bersemangat dalam melakukannya,” ucap Ketua DPD Partai Berkarya, Rajamin Sirait kepada Sumut Pos, Jumat (5/4).

Rajamin mengatakan, partainya siap dalam menghadapi pemilu 2019 ini. Apalagi, sosialisasi secara door to door yang telah dilakukan partainya sejak jauh-jauh hari dianggap sudah cukup signifikan. “Jadi sebenarnya kalau sosialisasi itu harus sudah dari jauh-jauh hari. Saat mendekati hari pemilu seperti ini sebenarnya bahasa yang tepat itu bukan lagi sosialisasi, akan tetapi lebih kepada mengingatkan para masyarakat terhadap program-program partai yang telah kita sampaikan sebelumnya. Karena sosialisasi kita selama ini sudah sangat matang, maka kitapun siap dalam menyongsong Pemilu 2019 ini. Kita optimis menghadapi pemilu ini,” kata Rajamin.

Terkait fenomena ‘serangan fajar’ yang sangat sering terdengar saat hari-hari terakhir menjelang pemilu, Rajamin menyebutkan, itu adalah metode lama yang tidak perlu lagi terjadi dalam dunia politik di Indonesia. “Kapan mau maju bangsa ini kalau sedikit-sedikit ‘serangan fajar’. Sudahlah, masyarakat sudah harus bisa meninggalkan itu. Kalau masyarakat kita seperti itu terus, kapan majunya bangsa ini? Banyak yang datang kepada saya menawarkan jasa untuk mengumpulkan suara terhadap kader-kader kami, tapi saya bilang tidak. Cukuplah, saya juga bilang pada kader-kader kami yang menjadi Caleg agar jangan pernah mau dieksploitasi sama ‘pedagang-pedagang suara’ yang tidak benar itu”, tegasnya.

Senada dengan itu, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) juga terus melakukan sosialisasi saat menjelang hari-hari terakhir berkampanye. “Sesuai dengan arahan dari pak Jokowi, kami terus melakukan sosialisasi secara door to door sampai hari-hari terakhir dalam berkampanye”, ungkap ketua DPD PSI Sumut, Fuad Ginting kepada Sumut Pos, Jumat (5/4).

Menanggapi hal itu, pengamat sosial politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Sohibul Ansor Siregar mengatakan, waktu kampanye yang diberikan penyelenggara pemilu sudah cukup. Namun, semua itu tergantung kepada masing-masing partai politik dalam menggunakan waktu tersebut.

“Yang terpenting itu adalah efektivitas dalam melakukan sosialisasi dalam masa kampanye, bukan lamanya berkampanye. Waktu yang lama kalau tidak efektif juga percuma, yang ada justru membuat masyarakat jenuh dengan terus diperdengarkan visi dan misi. Maka, pastikan bahwa kampanye yang dilakukan itu efektif, waktu yang singkat atau pun tidak, itu bukanlah masalah”, ucap Sohibul kepada Sumut Pos, Jumat (5/4).

Apalagi, kata Sohibul, yang disebut dengan sosialisasi partai politik adalah hal yang harusnya dilakukan sejak jauh-jauh hari, bukan harus menunggu masa kampanye tiba. “Sekarang kan tren nya sudah berubah, kemeriahan kampanye itu sudah ‘diborong’ habis oleh kampanye pilpres.

Yang paling realistis untuk dilakukan partai politik saat ini adalah sosialisasi secara langsung dengan cara menemui masyarakat secara ‘face to face’. Sedangkan sosialisasi dengan cara itu kan sebenarnya sudah bisa dilakukan jauh sebelum masa kampanye itu tiba, tidak harus menunggu waktu yang telah dekat dengan pemilu. Makanya jelas, siapa yang mampu melakukan sosialisasi secara efektif, maka itu akan berdampak baik untuk pihaknya”, tutupnya. (prn/mag-1)

Ayo memilih

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sekitar dua minggu lagi, masyarakat Indonesia akan merayakan pesta demokrasi serentak pertama kalinya dalam sejarah. Partai politik di Sumatera Utara pun semakin gencar menyosialisasikan diri untuk meraih kemenangan, dan mengajak masyarakat datang ke tempat pemungutan suara (TPS) menyalurkan hak pilihnya.

Wakil Ketua Partai Gerindra Sumut, Sugiat Santoso mengatakan, menjelang hari pencoblosan 17 April nanti, pihaknya melalui seluruh calon legislatif yang berkontestasi terus turun ke daerah pemilihannya masing-masing. Mereka terus bersosialisasi tentang program, visi, misi dan mengajak agar masyarakat tidak golput. “Waktu (pemilu) yang bersamaan dengan Pilpres membuat kami lebih aktif mendatangi masyarakat dari pintu ke pintu. Cara tersebut jauh lebih efektif saat ini dibanding harus berkampanye besar-besaran,” katanya kepada Sumut Pos, Jumat (5/4).

Dia mengaku semua parpol ingin meraih kemenangan dan punya keterwakilan di semua tingkatan. Karenanya setiap konstestan dituntut untuk militan melakukan sosialisasi hingga ke akar rumput. “Gerindra sudah siap menghadapi pemilu kali ini, baik untuk legislatif maupun pilpres. Sembari menyosialisasikan program partai dan masing-masing caleg, semua kader maupun caleg yang bertarung wajib untuk mengajak masyarakat memilih Prabowo-Sandi sebagai presiden dan wakil presiden 2019-2024,” katanya.

Sekretaris Partai Golkar Sumut, Riza Fahrumi Tahir juga berpendapat serupa. Pihaknya begitu siap dan fokus dalam menghadapi Pemilu 2019, serta merealisasikan target perolehan kursi dari DPP. “Seluruh kader Golkar yang khususnya caleg yang bertarung tentu sudah memahami apa kebutuhan masyarakat di dapilnya. Tinggal bagaimana meyakinkan mereka untuk memilih kita dan partai kita, sehingga Golkar mampu kembali berjaya bahkan merebut kursi pimpinan dewan di semua tingkatan yang ada,” paparnya.

Ia menambahkan, posisi Golkar melalui survey hari ini masih cukup bagus. Itu artinya masih ada optimisme untuk merebut kemenangan dalam pesta demokrasi serentak pertama dalam sejarah. “Begitupun kami tetap himbau agar dengan sisa waktu yang ada ini, semua perangkat termasuk caleg yang maju untuk semakin meningkatkan intensitas turun ke dapil, mendatangi warga door to door, mendengarkan apa keluhan dan aspirasi mereka,” katanya.

Setali tiga uang, Wakil Ketua PDI Perjuangan Djumiran Abdi mengatakan menjelang hari pencoblosan seluruh caleg mereka semakin intens turun ke dapil masing-masing. Pihaknya juga senantiasa mengajak agar masyarakat menggunakan hak pilihnya untuk datang ke TPS. “Dengan begitu semakin menunjukkan bahwa demokrasi kita sudah berjalan baik. Bahwa golput sebenarnya menjadi masalah klasik dalam setiap momen pemilihan. Kami sebagai parpol punya tanggung jawab untuk ikut berpartisipasi meminimalisir angka golput,” katanya.

Partai Berkarya dan PSI juga terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat luas. “Seperti yang saya ucapkan beberapa waktu yang lalu, kami sepakat tidak melakukan kampanye akbar. Hal seperti itu sudah tidak efektif lagi, sudah bukan masanya lagi. Sekarang masyarakat sudah jauh lebih cerdas dan kami lebih memilih untuk mengunjungi masyarakat secara door to door. Semakin mendekati hari pemilu, kader-kader kami semakin gencar dan bersemangat dalam melakukannya,” ucap Ketua DPD Partai Berkarya, Rajamin Sirait kepada Sumut Pos, Jumat (5/4).

Rajamin mengatakan, partainya siap dalam menghadapi pemilu 2019 ini. Apalagi, sosialisasi secara door to door yang telah dilakukan partainya sejak jauh-jauh hari dianggap sudah cukup signifikan. “Jadi sebenarnya kalau sosialisasi itu harus sudah dari jauh-jauh hari. Saat mendekati hari pemilu seperti ini sebenarnya bahasa yang tepat itu bukan lagi sosialisasi, akan tetapi lebih kepada mengingatkan para masyarakat terhadap program-program partai yang telah kita sampaikan sebelumnya. Karena sosialisasi kita selama ini sudah sangat matang, maka kitapun siap dalam menyongsong Pemilu 2019 ini. Kita optimis menghadapi pemilu ini,” kata Rajamin.

Terkait fenomena ‘serangan fajar’ yang sangat sering terdengar saat hari-hari terakhir menjelang pemilu, Rajamin menyebutkan, itu adalah metode lama yang tidak perlu lagi terjadi dalam dunia politik di Indonesia. “Kapan mau maju bangsa ini kalau sedikit-sedikit ‘serangan fajar’. Sudahlah, masyarakat sudah harus bisa meninggalkan itu. Kalau masyarakat kita seperti itu terus, kapan majunya bangsa ini? Banyak yang datang kepada saya menawarkan jasa untuk mengumpulkan suara terhadap kader-kader kami, tapi saya bilang tidak. Cukuplah, saya juga bilang pada kader-kader kami yang menjadi Caleg agar jangan pernah mau dieksploitasi sama ‘pedagang-pedagang suara’ yang tidak benar itu”, tegasnya.

Senada dengan itu, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) juga terus melakukan sosialisasi saat menjelang hari-hari terakhir berkampanye. “Sesuai dengan arahan dari pak Jokowi, kami terus melakukan sosialisasi secara door to door sampai hari-hari terakhir dalam berkampanye”, ungkap ketua DPD PSI Sumut, Fuad Ginting kepada Sumut Pos, Jumat (5/4).

Menanggapi hal itu, pengamat sosial politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Sohibul Ansor Siregar mengatakan, waktu kampanye yang diberikan penyelenggara pemilu sudah cukup. Namun, semua itu tergantung kepada masing-masing partai politik dalam menggunakan waktu tersebut.

“Yang terpenting itu adalah efektivitas dalam melakukan sosialisasi dalam masa kampanye, bukan lamanya berkampanye. Waktu yang lama kalau tidak efektif juga percuma, yang ada justru membuat masyarakat jenuh dengan terus diperdengarkan visi dan misi. Maka, pastikan bahwa kampanye yang dilakukan itu efektif, waktu yang singkat atau pun tidak, itu bukanlah masalah”, ucap Sohibul kepada Sumut Pos, Jumat (5/4).

Apalagi, kata Sohibul, yang disebut dengan sosialisasi partai politik adalah hal yang harusnya dilakukan sejak jauh-jauh hari, bukan harus menunggu masa kampanye tiba. “Sekarang kan tren nya sudah berubah, kemeriahan kampanye itu sudah ‘diborong’ habis oleh kampanye pilpres.

Yang paling realistis untuk dilakukan partai politik saat ini adalah sosialisasi secara langsung dengan cara menemui masyarakat secara ‘face to face’. Sedangkan sosialisasi dengan cara itu kan sebenarnya sudah bisa dilakukan jauh sebelum masa kampanye itu tiba, tidak harus menunggu waktu yang telah dekat dengan pemilu. Makanya jelas, siapa yang mampu melakukan sosialisasi secara efektif, maka itu akan berdampak baik untuk pihaknya”, tutupnya. (prn/mag-1)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/