29 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Pasangan Erry-Ngogesa Final, Kader Jangan Ribut di Medsos

Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) HT Erry Nuradi dan Bupati Langkat Ngogesa Sitepu terlihat kompak dalam berbagai kegiatan.

Wagirin berharap, 201 anggota DPRD Fraksi Golkar provinsi, kabupaten/kota, sejak saat ini sudah mulai berbuat nyata dalam menyosialisasikan pemenangan pasangan Erry-Ngogesa kepada konstituennya masing-masing. Misalnya dengan pemasangan banner, baliho, spanduk dan sejenisnya.

Pengamat politik, Sohibul Anshor Siregar menilai, bukan hal yang baru dalam Partai Golkar istilah politik dua kaki. Apalagi ketika berkaca pada pengalaman Pilkada sebelumnya. Dimana tidak seluruh kader partai Golkar bergerak untuk memenangkan paslon yang di usung.

Hal itu juga dibuktikan dengan keoknya paslon yang di usung Partai Golkar pada Pilgubsu 2008 dan 2013. “Istilah politik dua kaki di Golkar itu lumrah,” katanya.

Ancaman pemecatan, dianggapnya juga tidak akan berjalan efektif. Sebab, hal yang sama juga terjadi ketika Pilgubsu sebelumnya. Menurutnya, tidak sedikit kader Partai Golkar yang kecewa dengan keputusan Ketua Umum Setya Novanto untuk menduetkan Erry-Ngogesa.

“Alasan pertama, Erry sudah menyebrang ke partai lain. Kedua, saat Rapimda beberapa waktu lalu, mayoritas kader Golkar menginginkan agar Ngogesa menjadi calon Gubernur. Tapi, DPP malah menjadikan Ngogesa pendamping Erry,” ungkapnya.

Kedua alasan ini, disebut Sohibul sebagai alasan mengapa banyak kader Partai Golkar yang tidak akan patuh dengan keputusan tersebut.

Sedangkan Pengamat Politik Agus Suryadi menilai, ancaman Nurdin Halid tersebut akan merugikan Golkar dan pasangan Tengku Erry Nuradi dan Ngogesa Sitepu pada Pilgubsu 2018 mendatang. “Ancaman itu menunjukkan seolah-olah Golkar tidak solid mendukung Tengku Erry dan Ngogesa. Ini tentu peluang bagi lawannya untuk mencari celah,” ujarnya kepada Sumut Pos, Selasa (5/9) malam.

Dijelaskan, bukan rahasia lagi kader Golkar sering pecah pada Pilkada. Seperti yang terjadi pada Pilgubsu sebelumnya. “Sebagai tokoh nasional, Nurdin Halid seharusnya bukan memberikan ancaman, tapi motivasi,” tambahnya.

Elite Golkar disebutkan, seharusnya memperkokoh daya dukung kader dan mengatur strategi pemenangan, bukan mengeluarkan statemen-statemen yang tidak produktif. “Saya pesemis ancaman itu membuat kader Golkar takut, tapi sebaliknya membuat mereka semakin mendua,” pungkasnya.(dik/prn/adz)

Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) HT Erry Nuradi dan Bupati Langkat Ngogesa Sitepu terlihat kompak dalam berbagai kegiatan.

Wagirin berharap, 201 anggota DPRD Fraksi Golkar provinsi, kabupaten/kota, sejak saat ini sudah mulai berbuat nyata dalam menyosialisasikan pemenangan pasangan Erry-Ngogesa kepada konstituennya masing-masing. Misalnya dengan pemasangan banner, baliho, spanduk dan sejenisnya.

Pengamat politik, Sohibul Anshor Siregar menilai, bukan hal yang baru dalam Partai Golkar istilah politik dua kaki. Apalagi ketika berkaca pada pengalaman Pilkada sebelumnya. Dimana tidak seluruh kader partai Golkar bergerak untuk memenangkan paslon yang di usung.

Hal itu juga dibuktikan dengan keoknya paslon yang di usung Partai Golkar pada Pilgubsu 2008 dan 2013. “Istilah politik dua kaki di Golkar itu lumrah,” katanya.

Ancaman pemecatan, dianggapnya juga tidak akan berjalan efektif. Sebab, hal yang sama juga terjadi ketika Pilgubsu sebelumnya. Menurutnya, tidak sedikit kader Partai Golkar yang kecewa dengan keputusan Ketua Umum Setya Novanto untuk menduetkan Erry-Ngogesa.

“Alasan pertama, Erry sudah menyebrang ke partai lain. Kedua, saat Rapimda beberapa waktu lalu, mayoritas kader Golkar menginginkan agar Ngogesa menjadi calon Gubernur. Tapi, DPP malah menjadikan Ngogesa pendamping Erry,” ungkapnya.

Kedua alasan ini, disebut Sohibul sebagai alasan mengapa banyak kader Partai Golkar yang tidak akan patuh dengan keputusan tersebut.

Sedangkan Pengamat Politik Agus Suryadi menilai, ancaman Nurdin Halid tersebut akan merugikan Golkar dan pasangan Tengku Erry Nuradi dan Ngogesa Sitepu pada Pilgubsu 2018 mendatang. “Ancaman itu menunjukkan seolah-olah Golkar tidak solid mendukung Tengku Erry dan Ngogesa. Ini tentu peluang bagi lawannya untuk mencari celah,” ujarnya kepada Sumut Pos, Selasa (5/9) malam.

Dijelaskan, bukan rahasia lagi kader Golkar sering pecah pada Pilkada. Seperti yang terjadi pada Pilgubsu sebelumnya. “Sebagai tokoh nasional, Nurdin Halid seharusnya bukan memberikan ancaman, tapi motivasi,” tambahnya.

Elite Golkar disebutkan, seharusnya memperkokoh daya dukung kader dan mengatur strategi pemenangan, bukan mengeluarkan statemen-statemen yang tidak produktif. “Saya pesemis ancaman itu membuat kader Golkar takut, tapi sebaliknya membuat mereka semakin mendua,” pungkasnya.(dik/prn/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/