SUMUTPOS.CO – Setelah 10 hari dinyatakan misterius karena tidak pulang ke rumahnya di Stabat, akhirnya Abdul Haris (51) ditemukan sudah tewas. Mayat pria yang berprofesi sebagai guru SDN 050660 di Desa Sidomulyo Stabat itu, diketahui pertama kali oleh Doni Erlangga (19) dan Anan Prayoga (18), di balik rerumputan yang sedang mereka arit.
Pengarit yang berdomisili di Jalan Pasar I, Dusun 8, Desa Tandem Hilir I, Hamparan Perak, Deliserdang tersebut, tepatnya menemukan jasad Abdul Haris di bawah pohon beringin, perbatasan antara Desa Tandem Hilir I dengan Desa Bulu Cina, Hamparan Perak Deliserdang, kemarin (4/9) petang.
Kedua pemuda itu langsung melaporkan temuan tersebut kepada Kades Tandem Hilir I, Heriyanto, hingga pesan kemudian diteruskan ke polisi. Tak lama berselang, petugas pun datang.
Sebelum diotopsi, ada seorang anak laki-laki mengenal mayat tersebut dari pakaian yang dikenakan korban. “Saat di TKP, ada pihak keluarga (korban) yang mengetahui ciri-ciri korban. Saya bilang kepada anak laki-lakinya, ini cincin ayahmu (saat di TKP). Ya, dia (anak) jawab,” ujar Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Binjai, AKP Ismawansa, Selasa (5/9).
Berdasarkan keterangan keluarga korban, lanjut Ismawansa, Abdul Haris mulanya pergi meninggalkan rumah sendirian berpamitan untuk menghadiri pesta teman SD pada 25 Agustus 2017 lalu. Namun hingga malam, korban tak juga kembali ke rumah.
Begitu juga hingga keesokan harinya. Lantas keluarga korban kemudian berusaha mencari informasi tentang keberadaannya. Sayang, Abdul Haris yang dikenal keluarga sebagai tulang punggung, sudah ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.
“Setelah dilakukan olah TKP oleh unit identifikasi, mayat dibawa ke RS Bhayangkara Medan guna otopsi lanjutan dan penyelidikan lebih lanjut,” sambung mantan Wakasat Narkoba Polresta Medan itu.
Dia menambahkan, ada ditemukan kejanggalan berupa sebuah bekas jeratan tali pinggang pada leher korban. Dugaan sementara, mayat tersebut adalah korban pembunuhan. (ted/yaa)